[3] -Pertemuan-

3.3K 246 16
                                    

🐱🐱🐱

Hohoho kembali lagi bersama Shei >▪<
Kali ini updatenya juga pendek...maaf...
Shei kali ini ingin menulis cepat karena mumpung ada ide/imajinasi ^○^

Bagian 3 ini mungkin sangat membosankan dan memuakkan. Jadi bagi yang tidak enak atau enggan jangan di baca!

Saya hanya menyarankan kalian untuk tidak membaca bagian ini, karena mungkin terdapat unsur" yang tidak pantas dan memuat kekerasan. Terimakasih ^_^

Selamat membaca ✌

***

Jin merasa cemas karena pengakuan Chen kemarin. Ia sangat takut jika misinya selama ini gagal begitu saja.

Kini pria berumur 27 tahun itu terlihat bingung. Dia bimbang akan keputusanya untuk menjauhkan Chen dari pangeran Huang Lei.

Dari perkataan ayahnya, pangeran Lei telah memakan 5 korban dalam kurun waktu terjadinya bulan purnama tahun kemarin. Korbannya semakin meningkat dari waktu ke waktu. Pertama 2, lalu 3, dan kemarin 5.

Jin semakin cemas saat mengetahui fakta bahwa sebentar lagi bulan purnama akan muncul. Hanya butuh waktu dua bulan lagi saat peristiwa itu terjadi. Mungkin tahun ini akan memakan banyak wanita karena pertambahan usia pangeran Lei.

Jin memang harus memberitahu ayahnya akan hal penting ini. Pikiranya jadi tersumbat karena kecemasanya sendiri. Ia hanya dapat melamun karena memikirkan segala rencananya.

"Akhhhh......."

Sebuah suara teriakan yang cukup keras, membuyarkan lamunan Jin seketika. Suara itu terdengar sangat familiar di telinganya. Segera Jin berlari cepat keluar gubuk dengan perasaan cemas dan khawatir yang sangat.

"Dayang Shan ada apa? Ke...."

Jin tidak jadi meneruskan kata-katanya karena Syok. Sekarang tepat di depan matanya, terdapat seekor beruang besar yang mati terkapar bersimbah darah.

"A..apa yang terjadi Chen? Kenapa ada seekor beruang di sini?" Tanya Jin kepada Chen yang berdiri tegak dibelakang beruang mati itu. Tanganya berlumuran darah beruang.

"Aku hanya ingin menolong bibi Shan. Beruang itu kelaparan dan keluar dari hutan untuk mencari makan. Dia hendak menerkam bibi Shan tadi" Ucap Chen dengan intonasi tingginya yang khas. "Jadi aku membunuhnya karena bibi Shan berteriak keras" tambahnya dengan menendang beruang mati di depannya. Ia terlihat kesal.

"Astaga. Seharusnya kau berteriak memanggilku tadi. Sekarang tanganmu jadi kotor kan" Tutur Jin sambil mendekat ke tempat Chen berada. Dia mengusap lembut tangan Chen yang terkena darah.

"Ha....habisnya aku sudah panik tadi. Aku takut jika beruang itu me..melukai bibi Shan" Ucap Chen gagap karena rasa malu. Ia malu diperlakukan Jin seperti itu. Ia sudah terbiasa diperlakukan Jin dengan kasar dan tegas. Namun mengapa sekarang si kakek tua itu malah berbaik hati kepadanya. Ia bingung sekarang.

"Kenapa kau gagap?" Tanya Jin menelisik. Ia menatap wajah Chen yang tersipu malu. "Kau malu ya?" Tanyanya lagi dengan nada ejekan.

"K...kenapa seorang pria harus malu kepada sesama pria? Kau..kau lucu sekali..haha" Ucap Chen keras sambil menepuk punggung Jin. Ia sebenarnya merasa sangat malu sekali. Kenapa perasaannya sekarang mendadak jadi aneh. Ia bimbang.

"Ya..ya aku mengerti Tuan Chen yang tampan" Celetuk Jin dengan menggelengkan kepalanya. Ia suka melihat wajah Chen yang tersipu malu.

"Cih" umpat Chen kesal.

Cradle Tenjin : Blessings and CursesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang