BAB 1

3.7K 167 19
                                    

Hazza mengerjapkan matanya saat matahari mulai menerobos masuk melewati celah gorden jendelanya. Pemuda tampan tersebut mengerang lalu bangkit dari tidurnya seraya mengacak-acak brown hair spike-nya.

Ia melirik jam dinakas yang berada disamping ranjang king size-nya itu. Sudah pukul 6 pagi. Ia bangkit lalu berjalan kekamar mandi yang berada didalam kamarnya.

Setelah 15 menit membersihkan diri, Hazza keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk yang berada dipinggangnya. Tangannya dengan gesit membuka lemari pakaian dan mengambil seragam sekolahnya. Selesai memakai seragam sekolanya, Hazza keluar kamar dengan tas ransel yang diselempangkan dibahunya.

"Pagi Yah, Nda." Hazza menyapa kedua orang tuanya yang sedang duduk di ruang makan.

"Pagi, sayang." sapa Sella hangat sambil mencium kening Hazza membuat lelaki tampan copyan ayahnya itu mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil.

"Hazza udah gede, nda. Jangan cium-cium gitu deh." ucapnya sambil cemberut dan meminum susu yang sudah disiapkan oleh Sella untuknya.

Hanzel terkekeh mendengar ucapan anak semata wayangnya itu. Sedangkan Sella tersenyum geli kearah Hazza membuat lelaki tampan itu kembali mendengus.

"Gapapa, Hazz. Ayah aja masih sering dicium bunda." ucap Hanzel sambil meminum kopinya dan menutup map berwarna biru yang tadi sedang dibacanya.

"Itukan ayah, bukan aku. Aku kan udah gede, bukan anak SD lagi." cibir Hazza dan memakan roti bakar dengan selai coklatnya.

"Dulu aja, giliran bunda nyium ayah kamu gak dicium ngambek. Sekarang dicium sama bunda malah cemberut gitu." ledek Hanzel sambil terkekeh diakhir kalimatnya.

"Ih ayah! Hazza kan udah gede. Udah deh, itu kan dulu. Jangan di inget-inget lagi." ucapnya kesal. Hanzel dan Sella sama-sama tertawa melihat tingkah anaknya itu.

"Udah besar ya anak bunda? Berarti udah punya pacar dong?" ledek Sella yang sukses membuat Hazza tersedak. Sementara Hanzel hanya tertawa melihat wajah Hazza yang memerah karena tersedak juga malu.

"Apaan sih, nda. Aku gak punya pacar." ucap Hazza sambil cemberut dan kembali memakan makanannya.

"Ah, anak ayah gak mungkin gak punya pacar. Pasti ada lah pacar mah, kamu kan ganteng kayak ayah. Ayah aja dulu banyak yang naksir--Aw! Sakit sel." pekik Hanzel saat Sella mencubit pinggangnya sambil mendelik kearahnya.

Hazza tertawa melihat wajah ayahnya yang cemberut sambil mengelus pinggangnya yang terkena cubitan pedas milik bundanya itu.

"Ayah kan playboy nda. Masa ya, pas waktu pertama kali aku masuk sekolah kan ayah yang nganter ya nda, eh ayah malah tebar pesona pake pakaian casual sampe temen-temen aku pada nyangkain ayah itu kakak aku dan nitip salam gitu. Parah kan, nda?" ucap Hazza sambil cengengesan menatap Hanzel yang mendelik kearahnya.

Sella mengangguk-anggukan kepalanya seakan mengerti. "Oh jadi gitu ya, Hazz. Kalo gitu bunda yang anter kamu deh hari ini. Ini hari pertama kamu kelas 3 kan ya? Bentar ya, bunda ganti baju dulu." ucap Sella sambil bangkit dari duduknya.

Hanzel melotot kearah Hazza lalu menarik tangan Sella agar kembali duduk disebelahnya. "Jangan!" ucapnya dengan wajah memelas membuat Hazza terbahak-bahak melihat tingkah ayahnya.

Dalam hati, Hanzel merutuki anaknya yang sudah membocorkan rahasiannya itu. Tapi yang lebih penting sekarang baginya adalah Sella yang pasti akan marah kepadanya.

Jangan sampe disuruh tidur diluar lagi deh. Amit-amit. Batin Hanzel bergidik ngeri membayangkan jika dirinya tidak diperbolehkan tidur sekamar dengan Sella dan malah disuruh tidur diruang tamu.

Changed (Old Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang