BAB 9

1.2K 73 6
                                    

Hazza mengerjapkan matanya saat merasakan seseorang menepuk pipinya lembut sambil menggumamkan namanya dan menyuruh dirinya bangun. Gelap. Itu yang ia lihat saat ini, dan hanya ada layar putih besar yang menampilkan sebuah film yang entah ia tidak tahu apa namanya.

"Hazza?" suara lembut itu memanggil namanya. Hazza mendongak dan seketika itu juga tubuhnya menegang.

Dihadapannya, tepat beberapa centi dari wajahnya Gita sedang tersenyum lembut. Tangan gadis itu masih berada dipipinya membuat desiran aneh itu kembali muncul pada diri Hazza.

"Kamu gapapa?" pertanyaan itu menyentakkan Hazza kembali pada kenyataan. Ia melirik posisi tidurnya. Betapa terkejutnya dia saat melihat kepalanya berdandar dibahu kecil milik Gita.

Hazza segera merubah posisinya menjadi duduk bersandar pada sandaran bangku yang ia duduki. Matanya melirik kearah Gita yang sedang memperhatikannya dengan kening berkerut-kerut hingga membuat Hazza mendengus geli karena wajah gadis itu sangat lucu.

"Sorry. Udah berapa lama gue ketiduran?" tanya Hazza melirik sekilas kearah Gita. Ucapannya terdengar dingin dan datar membuat Gita kembali bersedih.

Udah seperti biasa lagi. Aku kira doa bakalan bilang apa kek gitu yang penting nadanya gak datar. Taunya? Gapapa deh. Batin Gita miris. Ia memandang Hazza dengan senyuman lembutnya menutupi rasa sakit dihatinya saat mendengar suara lelaki itu kembali dingin dan datar kepadanya.

"Kamu tidur gak lama kok, cuma satu jam. Kepalanya masih pusing atau sakit?" tanya Gita membuat Hazza menoleh kearahnya.

Ternyata dia masih merhatiin. Gue kira lupa. Batinnya. Hazza hanya menggeleng sebagai jawabannya. Gita hanya menghembuskan nafasnya perlahan menahan rasa sesak didadanya saat melihat Hazza hanya menggeleng untuk menjawab pertanyaannya. Bahkan lelaki itu tidak mengucapkan kata terimakasih kepadanya.

Gita tersenyum kecil lalu kembali meluruskan pandangannya kepada layar besar yang masih menampilkan film yang beberapa saat lalu ia dan teman-temannya tonton. Hanya itu yang bisa ia lakukan saat Hazza masih saja bersikap cuek kepadanya. Padahal tadi saat ia mencoba menghilangkan rasa pusing yang ada dikepala lelaki itu, Hazza tidak menolak sama sekali. Tapi kenapa sekarang justru ia sangat menegaskan bahwa lelaki itu masih tidak mau menerimanya. Lagi, Gita hanya bisa tersenyum miris merasakan hatinya yang berdenyut sakit.

"Hey, sweetheart. Are you okay? Kamu ngerasain sesuatu?" tanya Aga yang berada disisi satunya lagi. Gita menoleh kearah Aga yang menatapnya khawatir. Gadis itu menggeleng sambil tersenyum manis.

"I'm fine. Cuma sedikit pusing aja kok. Hanya itu." ucapnya lembut. Gita menyandarkan kepalanya dibahu Aga. Tiba-tiba saja kepalanya terasa sangat berat membuatnya merasakan sakit dibagian kepala belakangnya yang terasa berdenyut-denyut.

Aga memperhatikan wajah Gita sebentar. Ia mengernyit saat melihat perubahaan wajah gadis tersebut. Walaupun penerangan disini hanya berasal dari layar besar tersebut, tapi Aga masih bisa melihat bahwa wajah Gita berubah menjadi sangat pucat. Warna kulitnya yang memang sudah putih menjadi lebih putih pucat. Bibirnya pun sama seperti itu.

"Seriously. Aku gak main-main loh nanya ke kamu. Kamu kenapa? Muka kamu pucet banget. Ada yang sakit?" tanya Aga terdengar sangat khawatir. Tangannya mengusap keringat dingin yang keluar dari kening gadis itu. Wajah Gita semakin memucat tak kala semakin banyak keringat dinginnya keluar.

"Pusing, Ga." ucap Gita dengan suara lemah bahkan suaranya terdengar seperti bisikan membuat Aga semakin khawatir.

Hazza yang memang berada disebelah gadis itu juga langsung menoleh saat Aga menanyakan ada apa dengan diri gadis itu. Suaranya terdengar sangat khawatir. Hazza bisa merasakan itu.

Changed (Old Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang