1. Reyna-Gadisku

1K 75 8
                                    

Aku tahu kalau aku gila. Tolong! Jangan perjelas itu dengan mengkritik apa yang sedang kulakukan sekarang! Aku hanya ber-fan-ta-si, tidak lebih.

Uh, hanya membayangkannya saja sudah membuat kenikmatan ini semakin menggila.

Oh, gadisku, Reyna aku ingin kau menggoyangkan pinggul mungilmu. Oh, yayaya sebentar lagi sayang. Astaga! Sebentar.. sebentar lagih...

Tok tok tok

"Uncle! Bangunlah, sarapan sudah siap." teriak Reyna-gadisku dari luar kamar.

Seperti tersiram air es di musim dingin gairahku dengan cepat merosot. Benda berukuran 20cm di telapak tanganku mendadak tertidur. Jantungku berdegup tidak normal.

SINTING! Untung pintu kamar terkunci dan semua kata-kata vulgar yang kuucapkan tidak mungkin sampai terdengar keluar kamar karena ruangan ini kedap suara.

Aku mendesah dalam hati, rasanya sangat menyakitkan jika dirimu sudah hampir dekat dan mendadak semuanya off! Kau tahu kan, bagaimana perasaanku sekarang?

"Uncle! Mark Uncle! Sudah bangun belum?" teriak Rey sekali lagi memastikan apakah aku memang sudah bangun.

Yeah, Aku sudah bangun dari jam 5 pagi tadi, ketika aku menuju dapur untuk mengambil minum, Aku melirik kamar Rey yang ternyata terbuka sedikit dan jantungku hampir copot ketika melihat Rey setengah telanjang mengangkang di atas tempat tidurnya yang berwarna biru safir.

Payudara indah tanpa BHnya terpampang nyata membuatku ingin meresmasnya dan sebuah garis lurus yang tercetak di antara pahanya nyaris memprovokasiku untuk meledak saat itu juga.

Dengan tergesa aku kembali ke kamar dan melampiaskan hasratku hanya dengan bantuan telapak tangan sial ini!

Astaga! Sinting! Sekali lagi aku mengumpat kesal. Hasrat ini sungguh menyesakkan. Rasa sakit yang membuatku hampir mati setiap kali membayangkan nikmatnya berada di atas tubuh ponakanku sendiri.

Aku memakai celana tidurku asal, kemudian membuka pintu kamar, menguap agar terlihat baru bangun tidur.

"Ya, sudah." jawabku, kemudian menatap malaikat kecilku yang cantik. Rey sudah memakai seragam sekolahnya sekarang. Rambutnya hari ini digerai dengan pita berbentuk Butterfly tersemat cantik di bagian kanan rambutnya yang indah.

Aku mengendus rambutnya sekilas. Bau coklat dari rambutnya bercampur bau lavender dari tubuhnya menguar menenangkan hatiku. Bau ini memang milik Rey-gadisku.

"Kalau begitu Rey tunggu di bawah." ucapnya, kemudian melangkah meninggalkanku yang lagi-lagi sedang berfikir kotor melihat bokong mungilnya yang bergoyang menggemaskan saat ia berjalan.

***

Hari ini langit Kota London terlihat sendu. Pada pertengahan bulan Desember seperti ini, hawa musim dingin mulai terasa menyengat di tubuh. Aku mengingatkan gadisku untuk membawa syal dan memakai coat tebal ketika berangkat ke sekolah.

Kami sedang sarapan bersama, tapi fikiranku sedang tidak di tempat sekarang. Mungkin karena pelepasan yang tertunda tadi, membuatku terus memikirkan hal-hal di luar batas normal manusia.

Aku berfikir bagaimana jika aku menyetubuhi keponakanku dulu sebelum mengantarnya ke sekolah? Atau bagaimana jika dalam perjalanan nanti di dalam mobil dan.....

Ah! Gila! Aku bisa gila! Sepertinya aku memang harus menemui Andrew Matthew hari ini!

"Em.. Uncle?" tanya Rey memecah keheningan makan kami.

NOTE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang