Chapter 3

601 19 3
                                    

Ada yang rela menjadi bodoh, karena terlalu mencintai seseorang~

'Sial... Aku telat ! Mereka pasti sudah menungguku' dengus batinku.

"Emangnya masih lama pak?" tanyaku kepada seorang petugas bengkel yang sedang memperbaiki mobilku.

"Kayanya sih iya neng" jawabnya tanpa melihat kearahku.

"Duh, gimana dong..."

Beberapa pesan telah masuk ke iphoneku yang kuyakini berasal dari Gishel.

From : Gishel
+6282284569899

Cha... Lu dimana? Jadi dateng nggak nih?

To : Gishel
+6282284569899

Iya, ini lagi Otw

From : Gishel
+6282284569899

Ya udah take care :* jangan lupa siapin banyak uang buat traktir kami bertiga

"Taksi" panggilku ketika melihat sebuah taksi.

"Kemana neng?" tanya sopir taksi itu.

"Ke supermarket pak!" jawabku.

Setibanya disana, kulihat Gishel, Intan, dan Nata tengah tersenyum kearahku.

"Sesuai janji, yang telat traktir baksonya mas Agus" seru Gishel kegirangan.

"Iya-iya" jawabku pasrah.

Hanya sekedar traktiran bakso tak masalah, aku punya banyak uang jadi untuk apa mempermasalahkan hal kecil.

Papaku bernama Johnson, dan mamaku bernama Angelin, mereka pasangan serasi yang melahirkan putri secantik aku Alesya Angelina Johnson.

Diusianya yang muda, papa sudah menjadi pria sukses yang terkenal dikalangan pebisnis.

Walaupun papa sibuk mengurusi perusahaan, tapi ia selalu membagi waktunya untuk aku dan juga mama. Bahkan, papa lebih memilih membatalkan rapat penting daripada meninggalkan acara keluarga.

Papa sangat mencintaiku begitupun dengan mama, mereka selalu memberikan yang terbaik untuk kebahagiaanku. Mereka tak pernah membiarkan aku merasa sendiri, karena bagi mereka hanya aku harta yang paling berharga.

"Cha, emang lo nggak apa-apa nih traktir kita makan sebanyak ini?" kulihat Gishel merasa tak enak denganku.

"Nggak apa-apa kali, santai aja" jawabku santai.

Bagi seseorang sepertiku, memakan-makanan yang dipinggir jalan bukanlah sesuatu yang menjijikkan.

Dua tahun yang lalu, Nathan sering sekali mengajakku makan dipinggir jalan, walaupun awalnya aku menolak, namun berkat Nathan aku jadi terbiasa tanpa memperdulikan higienis atau tidaknya makanan itu.

'Kok gue jadi kangen Nathan ya?' lirih batinku.

"Hey, lo nggak makan? Ini enak kok, gue aja lebih sering mampir kesini walaupun jaraknya jauh dari rumah gue. Gue ketagihan saking enaknya"

"Eh, itu bukannya Nathan?" tunjuk Intan kearah cowok yang berada diseberang jalan yang memakai jaket kulit dengan motor ninja berwarna merah.

"Gue kesana dulu" pamitku kepada mereka.

"Nathan..." panggilku sambil berlarian kearahnya tanpa memperhatikan jalan.

Sebuah mobil dengan plat nomor B 2903 LA tiba-tiba menabrakku hingga membuat tubuhku terpelanting jauh.

Sebelum semuanya terasa gelap, beberapa orang tengah memekik histeris bahkan suara Nathan juga terdengar jelas ditelingaku.

Nathan terlihat khawatir, bahkan kulihat beberapa tetesan air matanya terjatuh mengenai pipiku dikala itu.

"Nathan..." panggilku masih dalam keadaan sadar.

"Iya, aku Nathan..."

Gelap... Semuanya gelap...
Wajah Nathan tak lagi terlihat, suaranya bahkan tak terdengar lagi.

Saat aku sadarkan diri, kudapati tubuhku tengah terbaring lemas dengan beberapa selang infus yang melekat ditubuhku.

"Mama..." panggilku ketika melihat mama tengah tertidur diatas kursi sambil menggenggam erat tanganku.

"Echa... Kamu udah bangun sayang. Kamu bisa melihat mama kan?" tanyanya tampak panik.

"Iya ma" jawabku sambil tersenyum agar mama tak lagi khawatir.

"Syukurlah..."

"Ma, Nathan mana? Kok aku nggak ngeliat Nathan?" tanyaku mencoba mencari-cari kesekeliling tempatku dirawat.

"Nggak ada Nathan sayang"

"Enggak, mama pasti bohong!"

"Enggak mama nggak bohong, disini nggak ada Nathan!"

"Enggak aku masih inget, Nathan yang udah nolongin aku pasti juga Nathan yang udah bawa aku kesini!!!" bantahku.

"Sayang, mama harap kamu bisa melupakan Nathan. Mama nggak ingin kamu terlihat bodoh hanya karena dia yang tak pernah menepati janjinya. Tak ada Nathan, dia sudah pergi dua tahun yang lalu dari hidup kamu. Mama nggak ingin kamu terus-terusan terluka hanya karena dia tak ada. Mama yakin, Nathan ingin kamu menjalani hidup dengan semestinya. Dia pasti merasa terluka jika melihat keadaanmu ini..."

"Mama memohon agar aku melupakan Nathan, maaf ma aku nggak bisa. Aku nggak bisa nurutin apa yang mama mau, aku hanya ingin Nathan" jawabku dengan sesegukan.

Air mata sudah membanjiri tempat tidur yang aku tempati, dan mungkin aku hanya akan menangis sampai pikiranku sudah mulai tenang.

Minta vote nya dong :)

Rasa Yang Tak Pernah HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang