Bab 18 Katakan atau Tidak?

73.9K 5.5K 183
                                    

Arfan menatap Haura lekat ketika istrinya itu dengan cekatan membantu Bu Vena menyiapkan acara syukuran di rumahnya. Dari jarak yang lumayan jauh, tak hentinya pandangan itu terlepas dari Haura.

Entah apa yang terjadi, tetapi kedatangan Raskal sangat di khawatirkan. Apalagi ketika Pria itu bertanya padanya mengenai Haura.

Ingatannya teringat kemarin ketika di kantor. Saat Firman mengatakan bahwa akan ada rapat penting dengan pemilik perusahaan.

Tim Firman sudah bergabung di sebuah ruangan tertutup. Meski pegawai baru, Arfan mengikuti meeting tersebut karena secara teknis, untuk proyek mereka kedepannya Arfan akan ikut berperan penting.

Sempat ia dengar dari Marinka, kali ini proyeknya adalah membuat program untuk menyembunyikan sebuah data penting perusahaan yang sangat di incar oleh perusahaan pesaing. Misi pemilik memutuskan menyerahkan proyek penting itu di perusahaan ini karena perusahaan lain tidak akan terpikir jika sebuah data rahasia akan di simpan oleh orang awam yang sebenarnya sudah profesional.

Hampir sepuluh menit menunggu, Pemilik perusahaan itu datang. Semua orang berdiri termasuk Arfan. Sedetik kemudian tubuhnya terasa kaku untuk di gerakan kala melihat siapa yang menjadi atasannya itu.

Pemilik perusahaan itu tak kalah terkejut melihat kehadiran Arfan di perusahaannya. Bagaimana mungkin dunia ini sangat sempit? Raskal? Atasan saya? Mereka sama-sama berusaha berkonsentrasi sampai meeting selesai.

Semua teman kerja Arfan sudah keluar tinggalah ia dan Raskal. Raskal langaung berjalan duduk di hadapan Arfan. Wajahnya sangat ceria mendapati Arfan bekerja di perusahaannya.

"Fan, gue nggak percaya ternyata lo kerja di perusahaan gue."

Arfan mendadak bingung harus berucap apa. "Ah... Gue juga nggak nyangka kalau ini perusahaan lo."

"Mm, perusahaan ini emang cabang Papa gue yang terbilang baru. Gue belum sempet cerita ke lo sih."

Arfan hanya menyengir merespon ucapan Raskal yang membuat Raskal terheran.

"Woi, bro. Lo kenapa sih? Nggak seneng dengan kehadiran gue?"

"Hah? Maksud lo?"

"Lo banyak diem kalau ketemu gue."

Arfan berdecak, "Jadi gue harus gimana? Gue bukan cewe yang ketika ketemu sahabatnya berteriak girang ya."

Raskal terbahak mendengarnya, "Emang, lo tuh sahabat gue banget."

Arfan tersenyum tipis, "Btw selama ini lo kemana aja?"

Raut wajah Raskal mulai serius. "Ceritanya panjang banget, yang pasti gue nggak tau maksud orang itu bawa gue karna apa. Yang lo harus tau, gue tuh berasa di culik."

"Hah? Di culik?"

Raskal mengangguk, "Gue ngerti kenapa bisa. Padahal hari itu hari dimana gue bakal nikah sama pujaan hati gue."

Arfan langsung tak enak ketika membahas ini. Ketika ia ingin meminta izin Raskal untuk pergi, Pria itu menghentikannya. Seakan mengharuskan Arfan untuk memdengar keluh kesalnya.

"Gue kalut Fan. Gue mikirin terus Haura gimana. Gue beneran nggak enak sama keluarganya karena pernikahan batal gitu aja."

Pernikahan nggak batal Ras, malah gue yang ngegantiin lo sebagai calon suami Haura. Batinnya berkata.

"Sampe sekarang gue masih belum berani buat nemuin Haura. Berasa nggak punya muka buat muncul. Apalagi buat nemuin Abinya, malu banget gue. Susah banget dapet restunya, sekalinya dapet ada aja halangannya."

Imam Terbaik ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang