Haura membawa paket kotak yang di dapatkan di kantor. Di ruang tengah, Daffa, Ayunda, Tomi, dan kedua orang tua Haura berkumpul. Setelah menceritakan bagaimana tiba-tiba Arfan di tangkap, Haura teringat sesuau tentang kotak itu.
Kotak yang sengaja di bawa Safira ke rumahnya.
"Kotak apa itu?" tanya Daffa.
Haura membuka isinya dan menyerahkan sebuah kertas yang membuatnya pingsan. Daffa membaca kertas itu dengan seksama.
Mencitaimu itu membuatku seperti psikopat. Aku harus berusaha menyingkirkan siapapun yang ada di sisimu. Termasuk, dia yang begitu menyayangimu dan kamu sayangi.
Aku tak pernah main-main. Tunggu dan lihat aku akan menyingkirkan dia dengan cara yang baik.
Menguji kepercayaan keluargamu juga dirimu sendiri.
🌹
"Bunga mawar?" tanya Ayunda heran setelah membaca isi pesan tersebut yang di akhiri dengan tanda bunga mawar.
"Di kotak lainnya juga di kasih tanda bunga mawar."
"Ini pasti di jebak," komentar Daffa setelah melihat isi kotak lainnya.
"Di jebak apanya sih Pa? Itu cuman akal akalan aja kali. Bisa aja kan ini permainan suami Ara buat nguji percayaan dia."
"Lo pikir suami gue sebercanda itu?" geram Haura tak terima dengan komentar Tomi.
"Lo pikir gue bego? Liat aja sih kata-katanya dramatis banget. Ngapain juga kalau orang mau jebak harus ngirim foto suami lo?"
"Lo tuh yang bego. Mulut sama pikiran lo nggak di sekolahin sampe mikir picik gitu?"
"Ra, istigfar sayang..." Arisa menegur Haura takut kehilangan kontrol.
Haura menghembuskan napas panjang. Tak lupa dalam hati mengucap istigfar.
"Tomi, lebih baik kamu diam," tegur Daffa sambil menatap tajam Tomi.
"Om bakal coba selidiki dulu kasus ini." Daffa menatap Haura lenuh keyakinan.
"Yang bener Om?"
"Iyaa. Kalau dari bukti ini saja belum jelas apa yang terjadi. Nanti Om bakal cari tau."
"Papah yakin mau bantuin dia?" tanya Tomi tak percaya.
"Iyaa, kenapa?" tanya Daffa heran.
"Papah nggak sadar siapa yang mau papah bantu?"
Ayunda menghela napas, "Nggak papa Tom. Ini kan emang udah pekerjaannya Papah kamu. Udah kamu nggak boleh gitu ah."
"Yaudah terserah papah. Jangan nyesel aja kalau ternyata kasus ini cuman rekayasa si Arfan." Tomi langsung beranjak dari duduknya menuju kamar.
Sepeninggalnya Tomi, Daffa dan Ayunda meminta maaf. Arisa dan Dika hanya mengangguk. Mereka sibuk menenangkan Haura yang kini mulai meneteskan air matanya.
* * *
Di tempat lain.
Seorang pria tersenyum penuh kemenangan atas apa yang baru saja terjadi. Rencanya untuk mendapatkan kembali wanita yang di cintainya dengan cara yang bersih sudah terlaksana.
Kini ia tinggal menunggu tanggal mainnya untuk menjalankan misi selanjutnya.
Namun, sepersekian detik, senyuman itu memudar berganti dengan wajah mengeras ketika pintu ruangan kerjanya terbuka begitu saja menampilkan sosok perempuan berjilbab dengan wajah bersimbah air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Terbaik ✔
SpiritualPRIVATE ACAK Seperti kata BJ Habibie, Tak perlu seseorang yang sempurna. Cukup temukan orang yang membuatmu bahagia dan membuatmu berarti melebihi apapun. Dan untukku, cukup kamu yang temani aku dengan segala kenyamanan dan kesederhanaan mu sebagai...