Chapter 8

210 17 2
                                    

Maaf telat update >_<'
Btw, Happy Reading^^
_________________________________________

~Hinata pov~

Hihihi

'Suara itu' Sosok wanita itu mengejar kami, bisa kulihat seringaian itu masih melekat diwajah pucatnya.

Pikiranku berkecamuk, hanya dengan berlari seperti ini apa akan menyelamatkan kami? Setidaknya kami sudah berusaha. Tapi...

Aku tidak mau terus menerus seperti ini, aku lelah berlari. Aku pun berhenti, Sasuke menatapku panik. Aku melirik kebelakang.

Tidak ada. Sosok itu menghilang? Ku edarkan pandanganku ke seluruh lorong ini, tapi tidak menemukan tanda-tanda keberadaannya.

"Maaf Sasuke-kun, aku sudah tidak kuat lagi untuk berlari."

"Baiklah Hinata, jangan memaksakan diri. Biar aku gendong ya?"

"Ah tidak usah Sasuke-kun, aku.. berat." Timpalku mencoba menolak tawaran Sasuke. Bagaimana pun status kami sebagai kekasih aku tau ia mengkhawatirkanku tapi aku tidak ingin terlalu merepotkannya.

"E-eh, hwaaa!"

"Tidak usah khawatir, aku kuat kok." Dengan sekejap aku sudah berada di atas punggung Sasuke, dia menggendongku.

Manik hitam itu menatapku intens, membuatku tersipu. Sesaat aku melupakan rasa takut dan was-wasku terhadap apa yang terjadi sekarang.

"Sas-Sasuke kun, apa aku berat?"

Sasuke berjalan dengan santai, mimik wajahnya datar seperti biasa. Dalam situasi seperti ini dia bisa setenang itu? Entahlah, dia memang sulit ditebak.

"Tentu saja kau berat, baka!"

"Kalau begitu, turunkan saja aku!"

Aku tidak menyangka dia akan bicara begitu, mood baikku tentangnya hilang begitu saja.

"Hmpptt, kau itu mudah sekali marah ya."

"Tau ah." Masih kesal aku dibuatnya, aku sedang tidak ingin diajak bercanda sekarang.

"Hinata." Nada bicara Sasuke terdengar serius.

"Apa?" Balasku tanpa menatap dirinya yang mungkin sedang menatapku.

"Lihatlah ke sana." Ujarnya, membuatku menoleh ke depan dan menganga dibuatnya.

Di depanku, Sasuke menatap lurus ke depan. Lorong dimana kami berada ini seperti bergerak dan bertambah panjang. Kami bahkan tidak bisa memandang dimana ujung dari lorong ini. Kami seperti berada di sebuah lorong dimensi lain dan bukan dunia yang kami tempati tadi.

Di sana terlalu gelap. Tapi sekilas mataku menangkap sebuah bayangan yang bergerak-gerak. Bukan, itu bukan bayangan. Itu.. sosok wanita tadi!

Sosok itu kini menampakan kakinya yang pincang. Berjalan terseok-seok secara perlahan menghampiri kami. Tubuhnya berlumuran darah, tangan kanannya menampakan tulang yang menonjol keluar membuatnya tampak hampir putus. Sedangkan tangan kirinya tertutupi oleh gaun putih yang panjang tapi terlihat kusam dan kotor.

Aku bisa merasakan matanya menatap kami tajam, tapi wajahnya tidak terlihat jelas.

Ketika sinar bulan yang menerobos masuk menyinarinya, bisa kami lihat wajahnya yang pucat tertutupi oleh rambut merahnya. Kulitnya tanpak sedikit terkelupas, dan menampakan daging beserta darah yang membanjiri sekitar wajahnya.

Ugh.. aku mencium bau amis darah beserta bau bangkai yang menyengat.

"S-Sasuke.."

"Hn, aku tau." Sasuke mundur perlahan.

Sosok itu semakin mendekat, dan entah sejak kapan kami terpojok di sini.

Ketika Sasuke mundur ke belakang, punggungku hampir menabrak sebuah tembok. Padahal aku yakin itu jalan yang kami lewati tadi, sejak kapan? Apa mungkin ketika lorong itu bertambah panjang? Entahlah.

Yang jelas, kami terpojok di sini. Tidak bisa lari lagi, atau pun mundur.
Satu-satunya cara adalah maju dengan melawan sosok itu atau pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Aku tidak mau dua-duanya.

"Hinata, kau diamlah di sini. Aku akan melawannya." Sasuke menurunkanku dari gendongannya dan mencoba melindungiku dari sosok mengerikan itu.

"Hihihi. Larilah jika kalian bisa, aku akan mengejar kalian." Suara itu terdengar horror di pendengaranku. Serak dan tercekat tapi justru menambah kesan 'menakutkan'.

"Coba saja." Sasuke menantangnya, membuatku takut terjadi sesuatu padanya.

"Hihihi..  Berani sekali kalian para manusia, kalian datang dan mengusikku. Sekarang menantangku hm?" Dia berhenti melangkah setelah jarak diantara kami hanya terpaut beberapa langkah.

"Siapa kau sebenarnya?" Aku memberanikan diri bertanya, sosok itu kini beralih menetapku. Membuatku tersentak.

Dia tersenyum, senyum yang mengerikan. Tangan kanannya terangkat menampakan jari dengan kuku-kukunya yang panjang. Mengaitkan rambut yang menutupi wajahnya ke telinganya.

"Aku? Aku adalah Hotaru, pemilik rumah ini. Kalian sama saja dengan penduduk desa ini. Maka dari itu aku akan membunuh kalian karna telah masuk seenaknya saja ke sini."

Tangan kirinya yang tertutupi oleh gaunnya yang panjang muncul dan menampakan tangannya yang berlumuran darah tengah menggenggam sebuah belati panjang dan tampak berkilau.

"Terimalah ini!" Sosok itu tidak lagi berjalan terseok namun melayang dan mulai menyerang kami, Sasuke dengan cekatan mengahalau serangannya.

"Sasuke!"

Wanita itu sangat berambisi untuk membunuh kami, perlawanan Sasuke tidak cukup kuat untuk melawannya. Sasuke kewalahan mengalahkannya, ia terluka di bagian tangan dan bahunya yang tergores oleh belati itu.

"Hiks... Sasuke." Aku menangis tidak kuat melihat Sasuke yang meringis menahan sakit. Aku tidak bisa apa-apa.

Aku menghampiri Sasuke yang terbaring lemah
Tapi tiba-tiba sesuatu tampak terangkat ke arahku. Belati itu melayang dan bersiap untuk menghujamku...

"Kyaaa!" Aku menutup mata bersiap untuk merasakan rasa sakit ketika belati itu menyentuh kulit dan menusuk sampai ke dalam tubuh. Aku meringis membayangkannya.

Tapi...
Aneh...
Tidak terjadi apa-apa..
Aku membuka mata dan..

~Hinata pov end~

                             ~TBC~

Scary Holiday(Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang