University de Chavalaire

51 4 7
                                    

Matahari menduduki tahtanya kembali pertanda hari sudah pagi. "Nek? Bangun nek. Sudah pagi. Sia harus ke sekolah" Sia membangunkan nenek nya dengan menggendong tas ransel biru yang ia beli di kedai dekat rumahnya itu.

"Ya sayang. Nenek sudah bangun. Apa kau sudah makan? Jangan pergi ke sekolah, jika belum makan. Kau tak mau kan susah berkonsentrasi?" ujar nenek sambil merentangkan tangannya, dan berdiri.

"Sudah nek. Sia sudah memasakan kari dengan telur untuk makan pagi ini. Nenek jangan lupa makan ya. Pintunya ditutup, jangan biarkan orang asing masuk. Kalau ada yang memaksa untuk masuk, ambil... " saat menjelaskan sesuatu kepada neneknya, Nenek Sia menyelah.

"ambil gadget nenek dan tekan angka 1 , lalu nenek harus menunggu kau mengangkatnya dan jangan dulu membiarkan orang-orang itu masuk, kan? Nenek sudah paham sayang. Nenek juga sudah tau menelpon polisi. Tenang saja sayang, kau ke sekolah saja dan fokus. Kau ingin menjadi dokter kan? Dan menikahi seorang pangeran? Haha. Ini hari pertamamu kuliahkan? Banyak senior yang ganteng pasti hehehe" Sia memang sangat mengkhawatirkan nenek satu-satunya yang ia miliki. Sesudah bercakap-cakap. Gadis berumur 21 tahun itu pergi ke Universitas de Chavalaire tempat ia mengejar cita-citanya.

"Hahaha iya nek. Sebenarnya aku lebih suka tinggal di rumah nenek yang dulu di Hutan. Lebih asri. Aku benci desa ini, tapi yasudahlah nek hehehe. Aku pergi dulu ya. " Tawa Sia mengakhiri percakapan mereka berdua.

Saat di perjalanan, gadis itu menelpon seseorang.

"Hei Kriste? Kau dimana?"
"Sia? Oh Sia.. Aku sedang berdandan"
"Yasudah. Kutunggu kau di depan rumahmu ya? Cepat. Ospek akan segera dimulai. Kau tak mau para senior menghukum kita kan?"

Tanpa bicara apa-apa Kristen de Louise mematikan gadgetnya. Sia pun sampai di depan rumah Kriste yang hanya berjarak 100 meter dari rumahnya. Sia terus membaca buku mengenai Universitas de Chavalaire.

"Oh, jadi Universitas ini milik raja Chavalaire... Universitas ini juga pasti satu-satunya Universitas di desa ini. Wah! Dan kita bisa belajar sihir! Amazing. Aku ingin belajar sihir untuk menyembuhkan! Healer? Wah!"

"Apa yang kamu baca Sia? Sepertinya asik. Aku sudah selesai berdandan nih. Ayo kita pergi. Aku bawa mobil nih, hadiah dari ayahku" jelas Kriste

"Dan yang satu ini lebih WOW. Kenapa ayahmu memberikanmu mobil? Aku iri. Huh. Ini tadi yang kubaca adalah buku mengenai Universitas de Chavalaire, buku ini hanya gratisan saat aku membeli coklat di kedai dekat sini. Keren. Aku harus banyak tahu tentang Universitas ini, agar bisa masuk ke organisasi di Universitas ini, hehehe"

"Ah, kau Sia. Seperti SMA saja. Kau ini kalau tidak masuk organisasi, pasti aktif di ekstrakulikuler. Apa kau tak capek menjadi Ketua Organisasi Siswa selama 4 periode semenjak kau SMP?" Kriste sangat mengetahui semua seluk beluk Sia. Bisa dibilang mereka seperti kembar namun tak sama.

"Hehe. Jangan melebih-lebihkan. Aku menjadi Ketua hanya karena aku suka memimpin Kriste sayang. Ayo kita berangkat. Aku tidak mau di-cap sebagai anak malas, karena terlambat"

Mereka pun sampai di Universitas de Chavalaire. Banyak sekali orang di Hall Universitas. Hall ini dinamakan Greato Hall. Greato Hall dipenuhi dengan para freshmen. Salah duanya adalah Sia dan Kriste. Mereka berdua langsung beranjak dari pintu masuk ke bagian Administrasi untuk mendaftarkan nama mereka.

"Okay. Langsung ke Audit ya, jangan lupa pakai name-tag kalian dan barang-barang kalian dimasukkan ke loker dulu. Untuk ospek kalian tidak diperbolehkan membawa apa-apa" jelas panitia di depan mereka.

Mereka pun menaruh barang-barang mereka di loker dan berjalan ke Auditorium tempat para freshmen berkumpul.

Saat memasuki Audit, mereka terkagum-kagum karena Auditorium terlihat sangat megah dan mewah. Para Senior berjajar di depan mereka, memakai pakaian bangsawan. Tiba-tiba pintu tertutup, dan seorang senior maju ke depan.

The Golden RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang