"Jadi saya ingin minggu depan semua kelompok sudah siap menampilkan lagu buatan kalian. Saya akhiri,"
"Terima kasih," kompak siswa satu kelas sambil menundukkan kepala memberi hormat. Setelah guru itu keluar, terdengar helaan nafas berat dari murid semua siswa. Membuat lagu dalam satu minggu, benar-benar jahat.
"Yerin-ah," bisik seseorang dari belakang. Yerin yang sedang memasukkan bukunya dengan lesu hanya berdehem membalasnya.
"Kau satu kelompok dengan Eunwoo lagi," bisiknya lagi dengan nada girang.
"Itu bukan hal yang baik Yuju-ya," jawab Yerin malas. Yuju tersenyum maklum, namun tersirat rasa bersalah karena menyinggung hal ini.
"Setidaknya kau bisa dekat dengannya. Lagipula kelompokmu berlima, tidak terlalu buruk untuk jantungmu," suara Yuju kembali normal namun tetap berusaha pelan.
"Semoga saja," Yerin beranjak dari duduknya. Tepat saat ingin melangkah ia menabrak pelan tubuh bidang seorang lelaki.
"Maaf, aku tidak tau kau di sini," lelaki itu mengangguk pelan, lalu menatap lawan bicaranya yang menunduk dalam.
"Kita mulai membuat lagu besok, di rumahku. Pukul 10 sudah harus sampai, jangan terlambat ne. O ya, coba buatlah puisi. Kita bisa lebih mudah membuat instrumennya kalau ada puisi," ucap lelaki itu yang ternyata adalah Eunwoo
"N ne oppa," jawab Yerin sedikit terbata.
"Woah, kau semakin sopan sebagai maknae Yerin-ah," ucap Eunwoo sambil menepuk pelan puncak kepala Yerin yang sedang menunduk. Lalu beranjak meninggalkan Yerin yang membelalakkan mata terkejut.
Mata gadis itu memanas di balik poni panjang yang menutup sebagian wajahnya saat menunduk. Sebuah tangan kecil merangkul pundaknya dan merengkuhnya. Yuju memeluk Yerin yang masih menunduk dalam.
"Eunwoo benar-benar keterlaluan. Dia tidak tahu efek seperti apa yang kau rasakan karena perbuatan kecilnya saja," Yuju bukan wanita yang pandai berkata-kata. Tapi dia adalah sahabat yang siap memberikan pelukan dan tepukan pelan di punggung Yerin di saat-saat seperti ini.
"Aku merindukannya Yuju-ya," suara serak Yerin menggema di ruang kelas yang kosong.
***
Yerin memasuki rumahnya dengan gontai. Beginilah sistem sekolah di Seoul. Berangkat pagi pulang hampir malam, melelahkan. Bahkan ia tidak bisa menikmati saturday nightnya walaupun hanya dengan membaca novel.
Ketika akan menaiki tangga, ia melirik dapur sekilas. Ada ibunya yang menata makanan di meja dan ayahnya yang fokus dengan iPad tengah duduk di meja makan.
"Yerin-ah, makan malam sudah siap. Eomma memasak makanan kesukaanmu," Yerin tersenyum hangat mendengar ucapan ibunya dan membalas senyum ayahnya.
"Ne. Aku akan membersihkan tubuhku dulu,"
Beberapa menit Yerin sudah berkumpul bersama orang tua dan kakak laki-lakinya untuk makan malam bersama.
"Akhirnya bisa makan malam denganmu oppa," ucap Yerin girang. Jung Minhyuk terkekeh.
"Kau senang atau mengejekku?"
Minhyuk mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya, lalu menghadap Yerin yang berada di sebelahnya.
"Tutup matamu," titah Minhyuk.
"Oppa, jangan sekarang," rengek Yerin.
"Yerin, turuti oppamu," ucap ayahnya tegas. Yerin segera menutup kedua kelopak matanya dengan bibir mengerucut sebal.
Minhyuk membuka mata kanan Yerin dengan kedua jarinya perlahan. Lalu mengarahkan senter kecil yang ia ambil dari sakunya tadi.
"Bagaimana Minhyuk-ah?" tanya ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
With Eunwoo (jyr•cew)
Short Story(Before : Unexpected Eyes) Ketika mulut tak mampu menjelaskan isi hatimu, biarlah matamu yang berteriak mengungkapkannya. . . #851 dalam ShortStory #216 ChaEunwoo