Ep. 2: Perkenalan

34 6 0
                                    

Rika terpaku di depan pintu geser yang terbuat dari kayu itu. Benarkah ini tempatnya? batinnya dalam hati. Shintaro tidak bersamanya sekalian tadi karena Matsumoto-sensei, guru Matematika kelasnya menyuruh Shintaro untuk membantunya sebentar. Shintaro juga bilang kepada Rika kalau nanti dia akan segera menyusul dan menyuruh Rika pergi duluan.

Yosh, kumpulkan semua nyalimu, Rika.

"Sumimasen," Rika mengetuk pintu.
"Masuk saja," sahut suara seseorang dari dalam. Rika pun menggeser pintu dan masuk. Seorang laki-laki bertubuh kurus dengan rambut agak kemerahan sedang merapikan barang-barang di ruangan itu. Dia menatap Rika.

"Ano... Maaf, kamu siapa?" tanyanya ramah. Bisa-bisa belum satu detik tubuh Rika sudah meleleh karena ditanya seperti itu. Ya, harus Rika akui, walaupun tubuh laki-laki kurus, tapi dia ternyata keren dan tampan.

"Eee.... Ano... Hajimemashite, namaku Toyama Rika. Panggil saja aku Rika. Aku murid pindahan, jadi wajar saja kalau banyak yang belum tau aku," Rika menundukkan badannya.
"Oh, pantas saja, mukamu terasa asing bagiku. Hajimemashite, namaku Tanaka Juri. Kamu bisa memanggilku Juri. Yoroshiku ne, Rika-chan!" Juri menundukkan badannya. Lalu, ia mengulurkan tangannya, mengajak Rika bersalaman. Namun bodohnya Rika, dia malah memandangi si pemilik tangan itu sambil tersenyum layaknya orang gila.

"Ano... Etto... Rika-chan, daijoubu?" Juri mengibas-ibaskan tangannya ke arah wajah Rika. Otomatis Rika terkejut dan merasa malu.
"Ah! Gomenasai!! Habisnya, baru pertama kali ini ada seorang cowok mengajakku berkenalan dengan cara seperti itu!" Rika mencari alasan—yang bodoh. Tentu saja bodoh, di mana-mana pasti semua orang akan memperkenalkan diri mereka seperti yang dilakukan Juri tadi, kan? Sebuah kebohongan besar karena sebenarnya ia sangat terkagum-kagum dengan seorang Tanaka Juri di hadapannya ini.

"Haha! Mukamu lucu sekali, Rika-chan!" Juri tertawa. Sedangkan yang ditertawakan hanya tersipu malu. Oke, ini hari pertama ia sekolah di Sakuragaoka dan ia sudah membuat dirinya malu walaupun hanya di hadapan satu orang saja.

"Hello, guys!! Sorry I'm late," seorang pria berdiri di depan pintu. Kedua manusia yang berada di ruangan spontan menoleh ke sumber suara. Oke, kali ini Rika tak tahan lagi. Seakan-akan dirinya ingin lepas dari borgol si 'Akal Sehat' yang berada di otaknya. Pria itu bertubuh tinggi, putih, berambut pirang, dan.... blasteran. Rika tau itu. Bisa dilihat dari postur tubuh dan wajahnya. Dia lalu berasumsi bahwa pria yang masih berdiri di ambang pintu ini adalah pria blasteran Jepang-Amerika. Dia sangat yakin karena orang Amerika memiliki postur tubuh dan wajah seperti itu.

"Eh? Who is she? Is she your girlfriend, Juri? And, where is everyone?" pria itu masuk ke ruangan dan menatap Rika dengan senyuman manis yang membuat Rika hampir saja terbunuh oleh senyuman simple itu.

"Girlfriend pala lu peyang. Dia ini murid pindahan, tau!!"
"Emang ada hubungannya murid pindahan sama girlfriend?"
"Ya ada lah! Barusan kenal masa langsung ngajak pacaran? Dasar aneh. Dia namanya Toyama Rika. Oh iya, Rika-chan perkenalkan, ini namanya Jesse Lewis. Panggil saja dia Jesse. Dan satu lagi, hati-hati dengan dia karena dia bisa membuatmu ingin menceburkan dia ke laut yang penuh dengan hiu. Super duper ngeselin deh ini bocah!" Juri menatap pria blasteran itu dengan tatapan tajam.
"Ditambah lagi, kita ini di Jepang. Pakai bahasa Jepang saja!"

"Hehe.... Maaf. Habisnya lidahku sudah terlanjur asik berbicara dengan bahasa Inggris. Oh, Rika-chan, ya? Yoroshiku na!" Jesse membuat tanda peace dengan tangan kanannya. Lalu, dia menaruh tasnya di sebuah sofa. Ah, ternyata di samping bahasa Inggrisnya yang jago, bahasa Jepangnya fasih juga. Idaman nih, batin Rika kegirangan dalam hati.

"Juriiii!!! Gomen ne, aku telat!" seorang, uh, apa ya? Cewek kah? Cowok kah? Um... Rika tak tau. Dia berlari masuk ke ruangan. Kata Shintaro tadi, hanya dia saja yang perempuan. Berarti orang yang tepat di hadapannya yang main masuk ke ruangan ini adalah laki-laki. Dia lalu memeluk Juri erat-erat.

"Ih! Apaan sih Taiga?! Jangan gitu ah, risih tau! Lagipula ada murid pindahan, nih!" Juri nampak melepaskan pelukan laki-laki yang bernama Taiga itu.
"Hihi... Gomen. Oh, kamu murid baru, ya?" Taiga lalu mengubah arah tubuhnya yang semula ke arah Juri menjadi ke arah Rika.

"U-un," Rika mengangguk gugup.
"Kyomoto Taiga desu! Yoroshiku ne!" Taiga mengulurkan tangannya. Persis seperti yang dilakukan Juri tadi. Namun, kali ini Rika membalas uluran tangan Taiga.
"Yoroshiku," jawab Rika. Taiga tersenyum. Tak lama kemudian, dua orang laki-laki tengah berjalan menuju ruangan itu dan masuk ke dalamnya.

"Ojamashimaaaasu," ujar kedua laki-laki itu bersamaan.
"Maaf telat, tadi Papa habis jatuh waktu main sepak bola sama anak dari kelas lain barusan. Dan hasilnya, aku harus memapahnya kemari," kata seorang laki-laki bersurai hitam sambil menunjuk seseorang yang sedang dipapahnya.
"Kukira kau yang paling cool dan kalem di antara kita, tapi ternyata sama aja kayak bocah-bocah ini," pria itu kemudian melirik Juri, Jesse, dan Taiga secara bergantian. Lalu dia melanjutkan langkahnya menuju sofa dan memijit-mijit kakinya. Rambut coklatnya semakin terlihat coklat karena sinar matahari.

"Ngomong-ngomong, siapa gadis ini?" tanya pria bersurai hitam itu sambil menatap Rika dengan senyuman.
"Ah, dia Toyama Rika, murid pindahan," kata Jesse sambil menepuk-nepuk pundak Rika. Muka nge-blush? Jangan tanya lagi.

"Oh, gitu. Yoroshiku ne. Namaku Matsumura Hokuto," kata lelaki bersurai hitam itu.
"Kalau aku Kouchi Yugo. Yoroshiku," pria yang semenjak tadi memijat kakinya lalu memandang Rika dengan tersenyum—dengan diiringi ringisan sakit. Rika membalas mereka berdua satu persatu dengan senyuman.

"Ah, aku sampai lupa bertanya. Gimana kamu bisa tau kalau ini adalah markas kami?" tanya Hokuto. Baru saja Rika akan membuka mulutnya namun Juri sudah mendahului.

"Pasti si gorila itu. Atau jangan-jangan, itu memang benar?" tanya Juri penuh selidik—tapi tentu saja tak bermaksud jahat. Kalau cuma bertanya saja, kenapa tidak boleh?
"Un," Rika mengangguk pelan. Di otaknya terlintas sebuah pertanyaan, bagaimana Juri bisa tau julukan 'gorila'? Bukannya selama ini hanya Rika yang memberi julukan itu? Hmm... Nggak salah lagi, pasti Shintaro yang membeberkan julukan itu kepada lima orang yang berada di ruangan ini.

Tomodachi ClubTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang