Ep. 3: Awal Mula

32 6 0
                                    

"Heee?? Jadi kalian sekelas?" Jesse nampak terkejut.
"Ya. Dan dialah juga yang memberitahuku soal klub ini dan di mana letak markas klub ini," jelas Rika.
"Oooh... Pantes aja," kata Yugo.
"Terus kata Shintaro, hanya aku saja yang diberitahu soal klub ini. Dia juga bilang kalau dia tak pernah mengajak siapapun masuk ke klub ini kecuali aku," lanjut Rika.

"Kamu apanya Shintaro? Pacarnya?" tanya Taiga sambil mengunyah potato chips.
"Bukan. Kami sahabatan, kok. Sejak SD kami sudah bersahabat."
"Apa enaknya bersahabat dengan dia, anak yang hobinya pecicilan kesana kemari itu?" tanya Juri sambil 'mencuri' potato chips milik Taiga. Otomatis Taiga meninju lengan Juri hingga dia mengaduh kesakitan. Rika tersenyum.

"Orang itu juga harus dilihat dalamnya, bukan hanya luarnya saja. Yang luarnya baik, belum tentu dalamnya baik. Yang luarnya buruk, belum tentu dalamnya buruk. Shintaro-kun juga begitu. Mungkin dari luarnya dia terlihat seperti anak bandel, tapi dari dalamnya dia adalah anak yang sangat baik dan perhatian."

"Sugoiii!!! Sasuga, Rika-chan!! Pasti Shintaro bangga punya sahabat sepertimu," Juri bertepuk tangan.

"Yo! Kangen sama aku, nggak?"

Yang lagi dibicarakan langsung datang. Panjang umur.

"Gomen na, telat. Buset dah, Matsumoto-sensei benar-benar ingin membunuhku! Masa aku harus ngebantu balikin buku 15 kardus dari kantor guru ke perpustakaan?" Shintaro langsung duduk di sofa, bersebelahan dengan Jesse.

"Rasain. Dasar gorila," ujar Yugo. Kali ini dia berhenti memijit kakinya. Mungkin sakit di kakinya sudah mendingan.

"Are?? Sekarang Papa tidak berpihak lagi padaku?? Hidoi yo...," Shintaro memasang wajah memelas.
"Hah? Sejak kapan aku berada di pihakmu?" balas Yugo.

"Etto... Maaf, daritadi kenapa Yugo-kun dipanggil 'Papa', ya??" tanya Rika hati-hati.
"Karena aku adalah yang paling tua di klub ini, dan—"
"Dan dia juga merupakan orang yang bijak—maksudku, sangat bijak!! Dia selalu punya solusi ketika kami memiliki masalah. Betul-betul 'Papa' deh!!" potong Shintaro.

"Oi, kau belum pernah ngerasain kecebur sumur, ya?"
"Belum. Papa mau mengajakku ke sumur? Emang gimana rasanya kecebur sumur? Apa rasanya seperti tercebur di laut pantai?"
"Ah, bukan apa-apa. Anggap saja aku nggak ngomong apa-apa barusan. Dasar gorila hitam gede polos gemar makan," umpat Yugo.

"Hah?" Shintaro mulai mengubah ekspresi wajahnya nenjadi watados—wajah tanpa dosa. Yugo serasa ingin menangis melihat 'kepolosan' Shintaro. Polos sih polos, tapi jangan keterlaluan gitu kali!

"Hari ini mau ngapain?" tanya Rika.
"Hari ini mau ngapain?" ulang Shintaro. "terserah kamu mau ngelakuin apa. Udah kubilang kan tadi kalau klub ini nggak jelas tujuannya. Ini cuma klub main-main. Aku membuat klub ini karena kita berenam jarang bertemu dan aku juga ingin mencari cara agar kita berenam bisa sering bertemu. Caranya yaitu dengan membuat klub ini. Untung sekolah mengijinkanku untuk mengubah ruang yang semula ruang untuk menyimpan alat-alat olahraga ini menjadi markas kami hingga sekarang," lanjutnya.

"Oh.... Jadi terserah aku mau ngelakuin apa?" Rika mengulang kata-kata Shintaro. Yang ditanya lalu mengangguk.

"Rika-chan, bagaimana kalau bermain game?" tawar Juri.
"Game? Kalian punya playstation di sini?" Rika terkejut.
"Jangan bilang kalau kamu nggak melihat itu," Juri menunjuk sebuah playstation di sebelah kiri sofa tempat ia duduk.
"Heee, gomen gomen. Aku nggak melihatnya," sahut Rika.
"Nggak apa-apa. Mau main game denganku?" tawar Juri sekali lagi sambil menyalakan playstation. Lalu ia duduk di lantai berhadapan dengan playstation.

"Hati-hati, Rika-chan. Untuk urusan main game seperti ini, Juri jagoannya. Aku yang sering main game dengannya bahkan kalah terus," kata Taiga sambil melirik Juri. Yang dilirik hanya tertawa.
"Sebenarnya aku juga—"
"Ah, Rika-chan juga jago main game!! Di daerah perumahan kami, Rika-chan itu satu-satunya gamer perempuan di sana! Bahkan dia pernah dimarahi ibunya gara-gara main game online di warnet sampai jam setengah sebelas malam," potong Shintaro—lagi.

"Eh? Maji?" Lima pasang mata menatap Rika dengan ekspresi tak percaya.

"Hei gorila, jangan bongkar aib orang di sini. Udah bosen hidup, ya?"
"Gomen, kata-kataku tadi itu seketika terlintas di pikiranku. Jadi aku langsung mengatakannya."
"Baka."

"Hei, sudah sudah. Jangan berantem, dong. Ayo Rika-chan, duduk sini," Juri menepuk-nepuk tempat di sebelah kanannya. Rika mengangguk dan segera beranjak. Ia lalu duduk di samping Juri.

"Mau main game jenis apa? RPG? Action? Shooting?"
"Hmm.... Banyak banget deh gamenya. Aku mau main game ini aja," Rika menunjuk sebuah kaset game yang bungkusnya bertuliskan 'Persona 5'.

"Oke deh! Tapi kalau kalah, jangan nangis, ya!" goda Juri.
"Aku nggak akan kalah, Juri-kun," balas Rika. Juri tertawa. Dia lalu menyetel game-nya. Setelah itu mereka berdua mulai tenggelam ke dunia game.

"Woohoo!!! Ganbatte, Rika-chan!!" sorak Shintaro.
"Do your best, our new friend!!" tambah Jesse.

Sorak-sorak bergembira—eh—maksudnya sorak-sorak dari Shintaro dan kawan-kawan menggema di ruangan itu. Asik dan menyenangkan, mungkin itu yang dirasakan Rika saat ini.

***

"Jadi, mulai sekarang aku benar-benar menjadi bagian dari klub ini?" tanya Rika tak percaya. Matanya berbinar-binar. Keenam pria yang berada di sekeliling ruangan mengangguk sambil tersenyum.

"Waaa!!!! Arigatou!!!"
"Kami senang banget loh, punya anggota klub baru, apalagi yang jadi anggotanya cewek lagi," kata Jesse.
"Modus, ya?" tanya Yugo.
"No. Please forget that," Jesse membalas pertanyaan Yugo.
"Kalian akrab banget, ya..." puji Rika.
"Begitulah," kata Hokuto.

"Nggak apa-apa kok kalau kamu mau pulang. Pasti orang tuamu sudah mengunggumu di rumah," ujar Taiga.
"Um... Baiklah, aku pulang ya. Senang bisa menjadi anggota klub ini dan berkenalan dengan kalian," Rika menundukkan badan. Setelah itu dia meninggalkan ruangan. Sementara keenam pria di ruangan itu membicarakan tentang Rika.

"Aah, hontou ni kawaii na onna. Dia nampak unik dari semua cewek di sekolah ini," puji Juri.
"Beruntung banget kau bisa menjadi sahabatnya, Shin," kata Jesse.
"Ya, aku memang sangat beruntung bisa bersahabat dengannya. Dia nggak seperti cewek kebanyakan. Dia memiliki kepribadian yang unik," Shintaro tersenyum.

***

"Apa nama klub ini?"
"Tomodachi Club," jawab Shintaro.
"Tomodachi Club? Dilihat dari namanya, jelas sekali kalau klub ini bertujuan untuk mencari teman," ujar Rika sambil memijat keningnya. Cukup pusing juga berlama-lama main game dengan Juri.

"Ya, bisa dibilang seperti itu," kata Shintaro lagi.
"Kalau begitu, kenapa anggota klubnya cuma sedikit?"
"Kubilang sekali lagi, kalau klub ini memang sama sekali nggak punya tujuan yang jelas. Kenapa anggotanya sedikit, itu karena aku, atau bisa dibilang kami, hanya ingin mencari anggota yang benar-benar konsisten dengan klub ini. Yang nggak akan pernah memutuskan keluar dari klub ini. Makanya aku bilang ini klub khusus, yang tidak sembarang orang bisa masuk. Klub ini anggotanya biasa bertemu setiap sepulang sekolah. Tak jarang kami juga bertemu di hari Minggu. Walau begitu, kami juga kadang-kadang nggak bertemu juga, sih. Banyak murid di sini beranggapan, buat apa kami rutin bertemu padahal klub kami bukan klub resmi sekolah yang kegiatannya bisa menambah nilai di raport, sedangkan klub kami tidak. Dan, kalaupun ada murid yang memaksa kami untuk masuk ke klub ini, kami udah yakin kalau dia nggak bakalan betah di klub ini karena sudah pernah ada kejadian seperti ini setahun yang lalu," jelas Shintaro. "dan aku memilihmu untuk menjadi anggota klub ini karena aku yakin, kamu pasti nggak akan pernah keluar dari klub ini," lanjutnya.

"Lalu, klub ini cuma punya satu tujuan yaitu untuk berusaha bersikap ramah dan berteman dengan orang lain. Dan satu lagi, 'Tomodachi' juga merupakan sebuah kata yang cocok untuk menggambarkan kami berenam yang memang sudah berteman sejak kelas 1. Itulah alasan kami memilih kata 'Tomodachi' sebagai nama klub kami, dan akhirnya terbentuklah 'Tomodachi Club'," sambung Hokuto.

Sekarang Rika tahu nama klub itu. Tomodachi Club. Selain namanya yang unik, ternyata klub itu juga punya tujuan yang sangat baik. Rika lalu memejamkan matanya, supaya ia bisa segera terlelap dan supaya bisa bertemu dengan keenam teman prianya itu esok.

Tomodachi ClubTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang