Tomodachi Club

Ep. 4: Tertarik

Please play the multimedia when read Rika and Jesse part. Baca pelan-pelan, supaya feel-nya dapat ^^
____________________________________

"Gimana? Seru, kan?" tanya Shintaro tak sabaran.
"Un! Seru banget deh!! Ternyata Juri-kun jago banget main game. Kakkoii!!!" balas Rika. Shintaro tertawa sambil mengangguk mengerti.

"Lalu, mereka berlima kelasnya di mana aja?"
"Juri di kelas 3-D, Jesse di kelas 3-E, Taiga di kelas 3-F, terus Hokuto dan Yugo di kelas 3-A, kelasnya anak-anak pintar," jelas Shintaro.
"Ah, sou ka," Rika mengaduk-aduk gelas berisi es lemon. Mumpung hari ini Shintaro lagi baik hati dan mau mentraktirnya, maka kesempatan emas itu tak boleh disia-siakan.

"Mereka nggak sama kita?"
"Bentar lagi Jesse dan Taiga bakalan datang."
"Cuma berdua aja?"
"Juri lagi sibuk dengan ekskul band-nya. Hokuto dan Yugo sedang mempersiapkan diri buat menghadapi olimpiade matematika."
"Sou ka. Wakatta," Rika menyeruput es lemonnya. Setelah itu, dua orang yang dibicarakan Shintaro tadi akhirnya menampakkan diri mereka.

"Yo!"

Jesse dan Taiga melambai-lambai ke arah Rika dan Shintaro. Mereka berdua membalas lambaian Jesse dan Taiga. Kemudian, mereka berdua duduk berhadapan dengan Rika dan Shintaro.

"Kalian lagi date, ya?" tanya Jesse.
"Baka. Date dari mananya? Sejak SMP, tiap hari kami juga begini. Kadang aku yang mentraktirnya, atau Rika-chan yang mentraktirku," ujar Shintaro.
"Oh, gitu.... Mungkin aja status kalian berubah, kan....," Taiga terkikik geli. Dan Shintaro sudah mulai ingin melepas sepatunya dan ingin segera menimpuk wajah Taiga dan Jesse secara bergantian. Masa bodoh dilihat orang-orang.

"Heh! Mau lepas sepatu, ya?! Ntar kalau wajahku yang mulus ini ternodai oleh sepatumu gimana? Aku bilangin ke Juri, loh! Biar kamu dihajar habis-habisan," kata Taiga sambil memegang pipinya. Taiga memang terkenal akan kulitnya yang putih dan mulus walaupun dia cowok. Bahkan cewek saja kalah dengannya.

"Bilang aja! Toh nanti Juri yang bakalan babak belur," Shintaro lalu mengulurkan lidahnya. Dan mulailah adu mulut antara Shintaro dan Taiga.

***

"Rika-chan," panggil Jesse.
"Ya?" Rika yang semula melihat ke arah sahabatnya yang sedang beradu mulut dengan Taiga segera menoleh ke arah Jesse.

"Um.... Boleh minta nomormu?" pinta Jesse.
"Oh... Boleh, kok!" Rika segera mengambil buku note yang setiap hari dibawanya. Lalu mulai merobek salah satu kertasnya dan segera menuliskan nomor ponselnya.
"Sekalian alamat rumahmu, ya."
"Oke!"

Setelah selesai, dia memberikan kertas itu kepada Jesse.
"Thank you!" Jesse memasukkannya ke dalam saku seragamnya.
"You're welcome," balas Rika.
"Eh? Bisa bahasa Inggris juga?"
"Bisa! Aku kan punya saudara yang tinggal di Amerika, jadi ketika dia sedang berlibur ke rumahku, aku pasti memintanya untuk mengajariku bahasa Inggris," jelas Rika.
"Oh! Saudaramu tinggal di Amerika juga? That's good! Jadi aku bisa berbicara denganmu pakai bahasa Inggris, dong?" Jesse nampak kegirangan.
"Of course," Rika tersenyum sambil mengangguk.

"Woi! Udah selesai ceritanya?" tanya Shintaro.
"Loh? Udah selesai perangnya?" tanya Rika dengan kaget.
"Udah! Barusan selesai," sahut Taiga. "Jyaa!! Aku mau pergi. Ayo Jesse," Taiga menggamit lengan Jesse dan menariknya pergi.
"Heee?? Nyamperin kami cuma buat gitu doang?" tanya Rika.
"Ada sesuatu yang harus kami lakukan! Jadi kami nggak bisa lama-lama! Besok, ya!!!" jawab Taiga, lalu menghilang ketika keluar dari kantin.

"Paling ngerjain PR tuh anak," kata Shintaro.
"Mungkin," jawab Rika-sambil tersenyum-senyum sendiri.
"Kamu kesambet setan, ya? Senyum-senyum sendiri gitu."
"Um... Nggak, kok."
"Kalau nggak, ngapain senyum-senyum gitu? Bikin takut aja," Shintaro memegang bulu kuduknya.
"Bukan apa-apa, kok," jawab Rika. Sebenarnya, dia sangat senang sekali ketika Jesse meminta nomor ponsel dan alamat rumahnya. Baru dua hari sekolah sudah ada yang mengajaknya berkenalan sejauh itu.