9 : Jugdment

128 11 1
                                    

Diandra POV

Saat matahari masih malu menampakan sinarnya. Aku sudah selesai melaksanakan kewajiban ku, ditambah dengan sholat istikharah untuk memantapkan hatiku memilih dia. Dia yang sejak beberapa minggu terakhir mengisi alunan rasa hampa dalam hatiku. Mengisi detak rindu dalam dadaku

Rasanya ingin aku berteriak menyerukan bahwa aku juga mencintainya saat ia meminangku di tepi danau kemarin. Tapi kuurungkan, karena aku tau yang lebih pantas menjawab itu adalah orang tua ku. Pagi ini sungguh saat cerah bagiku, setelah selesai mandi dan berganti pakaian, kini aku sedang membantu Umi menyiapkan sarapan untuk keluarga. Hari ini dosenku tidak masuk jadi aku freeclass, dan lebih memilih untuk berada dirumah, walau hanya sekedar nonton film lewat DVD atau membaca novel novelku

Pagi ini setelah mendapat pesan dari Rudi bahwa nanti malam dia dan orang tuanya akan datang kerumah, aku bersiap memberitahu Abi dan Umi

"masak apa, Mi?" tanya Abi setelah menaruh tas kerjanya di belakang kursi makan

"nasi goreng, Bi. Mau pakek ayam atau telor?" ucap Umi menuangkan nasi goreng ke piring Abi

"telor aja, Mi. Nanti bungkusin buat makan siang ya?" jawab Abi. Ya memang Abi sering meminta dibungkuskan makan siang untuknya

"oke Bi, Umi siapin ya?"

Semenit kemudian kita sudah larut dalam suasana sarapan yang hangat. Ini saat nya. "emmm.... Bi, Mi. Diandra boleh bicara?" tanyannya takut

"bicara apa Di?" sahut Umi

"nanti malem.... keluarganya Rudi mau datang" ucapku tertunduk

"ooo.. Mau ngurus soal domisili keluarga ya?" ucap Abi santai

"bu.. Bukan Bi"

"kalo bukan, emang ada maksud apa?" tanya Umi

"ada yang mau di lamar deh, Mi. Kayaknya" celetuk Iqbal

"apaan sih?" kesal ku sambil menyenggol lengannya

"yang bener Di? Rudi sama keluarganya mau ngelamar kamu?" kaget Umi, lalu aku mengangguk

"Alhamdullillah, Abi bakal punya mantu" syukur Abi, aku pun tersenyum

"ya udah kalo gitu Umi mau beres beres rumah terus nyiapin makanan buat nanti malem" ucap Umi bersemangat

"Umi, jangan berlebihan dong!" ucapku

"Umi engga berlebihan Di, mau kedatangan tamu ya harus di sambut dengan hangat kan?" jawab Umi ku tersenyum sumringah

*****
Tepat pukul 18:00 hatiku berdetak kencang dan tak karuan. Lalu aku ambil air wudhu dan mulai menenangkan hati dengan Sholag Magrib. Selesainya, hati ku sedikit tenang, walau tak dipungkiri aku sangat gugup.

Kringgg...
Dilla is calling....

Alhamdulillah, Dilla menelpon disaat yang tepat. Aku butuh teman untuk berbicara dan meluapkan rasa gugup yang ada

"halo Assalamualaikum Dil?"

"Waalaikumsalam Di, lo kok suaranya kayak orang ketakutan gitu sih?"

"Rudi beneran mau dateng malem ini" Dilla memang sudah tau tentang kejadian Rudi yang melamarku kemaren di Danau

"beneran? Oke sekarang gue langsung cabut ke rumah lo"

Tit.. Tit.. Tit..

Astagfirullah, Dilla aku belum selesai bicara, tapi sudah dimatikan. Huh, ya sudah, biar aku tunggu saja. 15 menit kemudian terdengat suara motor di depan rumah, ku lihat dari kaca jendela kamar. Ternyata itu Dilla datang dengan motornya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Karena Allah 'Aku Cinta Kamu'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang