Aldrin membanting pintu kayu kamarnya dengan kuat.
"Brakkkkkk"
"Aku tidak tahu apakah aku ini terlalu lemah atau cengeng, tapi mungkin saja setiap anak tidak akan tahan dengan orang tua yang cerewet dan menyebalkan seperti mereka " Aldrin ngedumel.
Dipandanginya sebuah poster dinding kamarnya bergambar Neil Armstrong sedang tersenyum dengan mengenakan helm astronot. Senyuman itu selalu dapat mengubah mood Aldrin dalam sekejap, dia teringat akan masa kecilnya yang bercita-cita untuk menjadi Angkasawan. Ia berpikir, mungkin pada saat itu dia terlalu cepat untuk mengatakan bahwa dia ingin menjadi Angkasawan, lagipula hampir setiap anak yang berada di Rusia ingin menjadi Angkasawan. Mengingat aksi heroik yang sudah dilakukan oleh Angkasawan sebelumnya.
Diamatinya langit malam dengan sebuah teleskop yang sudah tak lagi ia gunakan selama setahun mungkin juga dua tahun, tugas sekolah yang menumpuk membuat anak murid tak bisa mengembangkan jiwa kreatifnya, belum lagi Aldrin memiliki tekanan dari keluarganya. Tidak heran bila banyak orang memilih bunuh diri ketimbang melanjutkan hidup menahan tekanan batin dunia.
Aldrin berkaca pada cermin yang ada di kamarnya, dia lihat tubuhnya sudah tinggi dan besar, Aldrin menyadari bahwa dirinya sudah dewasa. Lalu ia mulai berpikir "Aku akan kemana setelah lulus sekolah nanti?" Ngomong-ngomong tentang masa depan, siapa yang tahu? Masa depannya akan tetap menjadi misteri.**
Aldrin bersembunyi di balik pohon, baju sekolah yang ia kenakan masih belum diganti, dia sedang menunggu Vivian di persimpangan jalan, Vivian pasti memutar jika dia melihat Aldrin.
Entah mengapa Vivian begitu pemalu, setelah apa yang terjadi pada hujan lebat waktu itu. Aldrin sudah sering berpapasan dengan gadis itu namun Vivian selalu menghindari Aldrin."Harusnya gadis itu belajar berterima kasih." Gumam Aldrin
Tak lama kemudian terlihat Vivian berjalan di persimpangan jalan, namun kali ini dia tidak membawa biolanya, bertepatan dengan lewatnya Vivian, Aldrin langsung keluar dari persembunyiannya lalu mengagetkan Vivian
"Kena kau! Hahaha!" Kejut Aldrin lalu tertawa
"Kau mulai terlihat seperti orang jahat," Jawab Vivian dengan muka kaget
"Mau apa kau? Kenapa selalu mengangguku." Ujar Vivian
"Apakah dengan membawakanmu payung lalu mengantarkanmu pulang dalam keadaan selamat adalah suatu kejahatan? Mungkin akan banyak sekali orang yang dipenjara," Aldrin bisa tertawa hanya dengan mengobrol bersama gadis itu.Sedangkan Vivian memasang muka kecut dan mengerutkan dahinya
"Dan lagian aku sudah terpikat dengan gadis seperti dirimu, permainan biola yang merdu darimu membuatku kecanduan asmara." Aldrin menggoda
Vivian mengabaikan perkataan Aldrin lalu melanjutkan perjalanan pulang ke rumahnya, sedangkan Aldrin mengikutinya dari belakang.
"Dimana biola mahalmu itu?" Tanya Aldrin
"Hari ini aku tidak les musik, dan lagian aku sedang malas memainkannya." Jawab Vivian
"Tapi aku rindu dengan permainan biolamu, beberapa hari lagi musim panas dan aku mengharapkan sesuatu yang beda dari gesekan biolamu" Balas Aldrin
"Aku ingin pulang, sekarang aku sedang kelelahan" Ucap Vivian
"Tapi ..." Jawab Aldrin
"Dengarkan aku! Aku berjanji akan memainkan biola itu, tapi tidak hari ini, karena sekarang aku kelelahan, pada musim panas hari pertama nanti datanglah ke taman, tunggu saja kedatanganku dan jangan ikuti aku lagi!" Balas Vivian memutuskan pembicaraan Aldrin lalu meninggalkan Aldrin.***
Sekarang sudah memasuki musim panas hari pertama, sekolah juga sudah diliburkan, namun liburan musim panas kali ini terasa hampa bagi Aldrin, karena David satu-satunya teman dekat yang dia miliki pergi ke Italia bersama dengan Paman Mario, bukan untuk berlibur, melainkan karena nenek David baru saja meninggal dunia. Dia ingat akan hari itu, Kedai Paman Mario tutup lebih awal, David terlihat sangat sedih, karena terakhir kali dia melihat Neneknya 4 tahun yang lalu dan sekarang Neneknya sudah meninggal dan telah dikuburkan ke dalam tanah, kematian tidak bisa ditebak, kita tidak tahu kapan datangnya. Aldrin tidak tahu pasti kapan David bisa pulang ke Moskow, namun yang jelas untuk waktu yang lama dia tak bisa bermain lagi dengan David.
Aldrin pergi ke taman, menunggu kedatangan Vivian karena ingin mendengarkan permainan biolanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astronot dan Violinis
RomanceAldrin dan Vivian. Seorang laki-laki yang bermimpi untuk menjadi Astronot dan seorang gadis yang ingin menjadi Violinis terkenal dipertemukan oleh takdir. Aldrin yang bersifat rasa ingin tahu. Vivian yang bersifat penyendiri dan malu untuk mengekspr...