Prolog

108 5 0
                                    

Aldrin terduduk di kursi besi pada sudut kamarnya, ruangan itu terlihat seperti sebuah penjara dibandingkan kamar pada umumnya. Temaram lampu belajar menyorot kertas-kertas di atas mejanya. Jam dinding sudah menunjukkan lewat tengah malam dan masih berdetak berlalu. Jari-jarinya yang kasar masih terus menulis merangkai huruf demi huruf untuk mendapatkan kata- kata yang tepat.
Kembali dia mengusap mukanya dengan tangan untuk menghilangkan kantuk.
Lagi, diremas dan dibuangnya kertas itu bersama dengan lembaran-lembaran yang sedari 2 jam lalu telah berserakan di lantai kamarnya.
Diambilnya lagi selembar kertas dari bukunya dan jarinya kembali menari. Tertulis sebuah nama khas Rusia dan sebuah alamat yang kurang lengkap, tampaknya ia sulit mengingatnya.
Terdiam dia beberapa menit, kemudian kembali menulis.

" Untuk Vivian, ini sudah lama sekali sejak kita terakhir bertatap muka, aku bahkan sudah lupa. Tak dapat kusalahkan jika memorimu tentang ku sudah mulai terhapus. Dan jika sudah kau terima dan kau baca surat ini entah dimanapun kamu berada, aku selalu merindukanmu dan kuharap kaupun juga begitu. Beberapa hari lagi aku akan menjalani misi pertamaku di luar orbit bumi, aku akan menjadi manusia pertama di Mars! Aku mohon kau datang dihari peluncuranku. Salam hangat "  Tersirat sebuah kenangan cinta masa lalu.
Bersandar kepalanya di meja besi itu, Aldrin sangat kelelahan, energinya terkuras habis dan perlahan matanya terpejam lalu ia tertidur dengan hati yang gelisah dan sebuah pena menggantung di tangannya.

Astronot dan ViolinisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang