Salah satu fakta yang nggak boleh orang-orang nggak tau itu adalah bahwa anak-anak di SMA Cakra 21 nggak ada yang miskin. Tapi kayaknya udah jadi rahasia umum deh kalau hal satu itu. Semua orang juga tau kayaknya.
Lalu ada juga fakta yang nggak banyak orang tau, atau bahkan malah emang sengaja nggak di kasih tau. Simpel sih, tapi bener-bener kayak nggak ada orang yang tau.
Gesabrio sebenernya cukup dekat dengan Seara.
Maksudnya, berteman dekat gitu deh. Tapi orang-orang nggak tau karena mereka berdua menyembunyikan hal itu.
Terus ... maksud dekat itu apa?
Hmm...
Awalnya sih bicara biasa aja, tapi lama-lama jadi keseringan dan akhirnya jadi temen curcol. Curhat colongan.
Terus ... bukannya anak hits kayak mereka deket-deket itu udah biasa? Kenapa harus sembunyi-sembunyi?
Hmm...
Ada yang bisa menjawab?
Ada...
Namun nggak dulu untuk sekarang, karena Seara lagi duduk-duduk di lorong antara tembok perpustakaan dan ruang laboratorium yang sepi ini. Tempat janjian keduanya.
Udah kayak backstreet yang diem-diem pengen ketemuan. Padahal enggak.
Tak lama Gesa datang dengan ngos-ngosan. Biar Seara tebak, pasti cowok situ abis lari-larian kesini.
"Kayak dikejar setan aja lo," kata Seara tak heran. Dan seperti biasa, pasti si Gesa cuma jawab ...
"Iya set-Tanto Harri."
Maksud si Gesa itu dia mlesetin nama Pak Setyanto Harri, si guru BP. Jadi itu cowok lagi ngolok-ngolok guru yang sering banget ia temui di hari-hari sekolahnya.
"Lo mau ngomong apa?" tanya Gesa duduk gitu aja disamping Seara. Lesehan biasa. Bahkan tanpa dipersilahkan dulu loh.
Seara berpikir sejenak. Heran aja gitu, kata orang-orang Gesa itu nggak friendly dan cenderung nggak sukaan sih. Tapi kalo sama Seara itu cowok friendly abis.
Padahal dia tadi cuma buat story WA yang ia khususkan cuma bisa dilihat Gesa doang. Isinya 'kayak ada yang salah deh'. Tapi liat deh sekarang ... nih cowok muncul setelah beberapa menit lalu ngeliat story WA Seara.
Kayak udah apal aja gitu apa maksud Seara.
"Emang gue mau ngomong apa Sa?"
Gesa mengernyit heran, "Ya kan elo yang mau ngomong Se."
Seara mencoba memasang tampang bingung. Pura-pura doang.
"To the point aja lah, gue keburu mau sebat."
"Ya tinggal sebat aja sana, ngapain kesini?"
"Terus lo ngapain disini kalo gak buat ngomong?" tanya Gesa. "Curhat aja gapapa."
"Gue cuma gabut doang."
"Halah basi lo!" Gesa melambaikan tangan kanannya.
"Yaudah kalo gak percaya."
"Cepetan ah, keburu ada si Harri." Lagi-lagi si Gesa mengolok Pak Setyanto Harri, yang lebih akrab dipanggil Pak Har.
Seara memandang Gesa cukup lama, dan Gesa juga memandang Seara. Bener-bener udah kayak orang pacaran.
Tak lama, Seara malah menutup wajahnya dengan kedua tangan sambil memundurkan kepalany.
"Aduhh ... malu ah gue bilangnya, Sa."