Kevin POV
"KEVINN!!! BANGUN GAK CEPETAN!! CEPET!!" Emma menggedor pintu kamar adiknya tidak sabaran. "KEVIN WILLIAM KALO LO GAK TURUN DALAM 15 MENIT GUE TINGGAL!" lanjutnya masih dengan suara yang menggelegar.
"YAUDAH DULUAN AJA SANA GUE KAN PUNYA MOBIL SENDIRI," sahutku tak kalah keras sambil beranjak dari kasur dan membuka pintu, "dan jangan pernah teriak lagi, suara kamu bisa bikin gendang telingaku pecah tau gak."
"Mobilku dipake Tante Amel, aku disuruh berangkat sama kamu pake mobil kamu, udah nanyanya nanti aja. Buruan sana mandi. Aku juga gabakal teriak kalo kamu gak susah dibangunin, and suaraku merdu tau!" jawab Emma sambil melenggang pergi.
Aku pun mengambil handuk dan mandi. 10 menit aku bersiap, lalu aku turun untuk sarapan dengan dasi yang masih menggantung. Aku mengambil setangkap roti yang sudah diberi selai coklat kacang oleh Mama. Belum setengahnya aku makan, Emma menarikku untuk berdiri dengan paksa.
"Jadi cowok lelet banget sih, udah jam berapa nih nanti telat. Ayo berangkat," ajaknya sambil memasang dasiku. Walaupun aku dan Emma sering bertengkar, tapi dia sangat menyayangiku dan aku pun begitu.
"Iya iya. Yaudah aku berangkat dulu ya, Ma," jawabku. Lalu aku mengambil tas dan mencium pipi Mama. Begitu juga Emma.
"Hati-hati ya kalian. Have a good first day," kata Mama sambil mengantar kami ke pintu depan.
------
Dianna POV
"Anna, ayo bangun. Nanti telat sekolahnya," aku mendengar suara Ben samar. "Ayo Na, kamu gak mau telatkan? Ayo bangun." Ben menarikku bangun.
"Hmm, 5 menit lagi ya Ben," jawabku masih dengan mata tertutup.
"Gak bisa Anna, kalo 5 menit lagi kamu belum mandi kita bisa telat. You don't want to be late on your first day, do you?" Ben mendesak.
"Okay, nih aku bangun," aku berdiri mengambil handuk dan langsung masuk ke kamar mandi.
"Yaudah, ditunggu di bawah ya. Jangan lama-lama," kata Ben sebelum aku menutup pintu kamar mandi. Beberapa detik kemudian aku mendengar pintu tertutup.
Butuh waktu 15 menit sampai aku turun ke bawah dengan jam tangan yang belum terpakai dan dasi yang belum terpasang juga. Ya, sekolahku memang menyuruh siswi untuk memakai dasi juga, tapi berbeda dengan dasi siswa, dasi siswi hanya sehelai pendek dan tinggal disilangkan lalu dipasangkan pin saja.
Saat aku sampai di meja makan, Ben, Sam, dan Joshua sedang menikmati sarapannya. Joshua yang menyadari kedatanganku langsung menaruh pancake di piring dan menaruhnya di samping tempat duduknya, alias tempat dudukku. Aku menyantapnya lahap.
"Ayo Na, nanti telat," suara Joshua membuatku kaget dan segera meminum susu yang tersedia saat melihat Joshua sudah beranjak dari kursi dan mengambil tasnya.
"Joshua tunggu!" Aku menaruh gelas dan mengambil tasku. Lalu menyebrangi meja lalu mencium pipi Ben dan Sam, "aku duluan ya!" Lalu aku masuk ke mobil Joshua.
-------
Mobil Joshua memasuki pekarangan sekolah yang sudah mulai ramai dengan murid-murid yang berdatangan. Mungkin pikiran mereka sama sepertiku, don't want to be late on the first day.
Saat mobil Joshua sudah terparkir, aku melepas seatbelt dan mengambil tasku di tempat duduk belakang. Lalu turun mengikuti Joshua. "Udah siap?" tanyanya sambil menutup pintu.
"Udah dong," jawabku semangat.
"Bukan siap sekolah maksudku," jawaban Joshua membuatku menatapnya bingung.
YOU ARE READING
Will I Have You?
Teen FictionSalah nggak sih, kalo seorang cowok yang sederhana berharap untuk memiliki seorang cewek super populer idaman semua cowok? Apa mungkin cowok sederhana bisa memiliki cewek populer? Bagaimana perjuangan cowok itu? Kevin Thompson, cowok ganteng dan co...