Dianna POV
"Hei, bengong aja," suara berat itu membuatku menoleh.
"Sampe gak sadar gitu aku udah di sini dari tadi. Mikirin apa sih? Serius banget, " lanjutnya.
"Eh, gak mikirin apa-apa kok," jawabku kikuk.
Ya ampun, kok aku bisa gak sadar sih dia udah di sini dari tadi? Malu deh ketauan bengong, kataku dalam hati.
"Kamu belom boleh olahraga ya Di?"
"Iya. Kata dokter tunggu dua minggu dulu, baru boleh ikut olahraga lagi."
"Oh gitu. Ke kantin yuk? Temenin aku makan, laper."
"Emang udah selesai?" tanyaku heran. Padahal anak-anak lain masih bermain basket, kenapa Kevin malah mengajakku ke kantin?
"Belom sih, tapi tadi aku udah ijin. Mau temenin gak? Kalo engga, yaudah aku sendiri aja," jawab Kevin sambil berdiri.
"Eh iya mau," aku menyahut cepat dan berdiri mengikutinya.
Di kantin masih sepi, tidak ada orang selain aku dan Kevin. Aku duduk di dekat pintu masuk.
"Di kamu mau makan a.. Di?" Kevin menoleh ke belakang dan melihatku heran.
"Kok kamu duduk di situ?"
"Emang kenapa?"
"Biasanya di sana," kata Kevin sambil menunjuk meja yang biasanya aku duduki jika sedang istirahat.
"Hm yaudah deh di sana aja," kataku sambil berjalan menuju meja biasa.
"Kamu mau makan apa?" tanyanya lagi.
"Gausah Kev, aku masih kenyang."
Mendengar jawabanku, Kevin tersenyum dan pergi memesan makanan. Tak lama setelah itu, dia duduk di hadapanku.
"Kamu kenapa Di?"
"Kenapa apanya Kev?"
"Jadi lebih diem. Ada apa?"
"Emang biasanya aku gak diem?"
"Ngga sediem ini."
"Emang biasanya sediem apa?"
"Sediem Rafael."
"Kayaknya Rafael gak pernah diem deh."
"Tuh tau."
"Jadi maksud kamu aku gak pernah diem juga?"
"Iya. Makanya aku bingung kenapa sekarang kamu jadi kayak Millie," jawabnya sambil tersenyum puas.
"Masa sih?"
"Untung aku baik, Di. Kalo ngga mungkin..," kalimat Kevin terpotong karena makanannya datang.
"Makasih bu."
Aku terheran melihat pesanan Kevin, semangkuk bubur dan jus mangga.
"Kalo ngga, mungkin aku udah ninggalin kamu dari tadi," lanjutnya.
"Kenapa kamu pesen bubur Kev? Kamu lagi sakit?" tanyaku menyuarakan rasa penasaran.
"Biar kamu bisa makan juga. Ayo buka mulut," jawabnya sambil menyodorkan sesendok bubur ke hadapanku.
"Gak usah Kev, aku masih kenyang," tolakku dengan jantung yang berdebar kencang.
"Aku gak suka makan sendirian, Di. Ayo dong, buka mulut."
Aku pun akhirnya membuka mulut, lalu Kevin menyuapiku perlahan.
"Gitu dong. Kan aku jadi enak juga makannya," kata Kevin, membuat jantungku berdebar makin kencang.
YOU ARE READING
Will I Have You?
Teen FictionSalah nggak sih, kalo seorang cowok yang sederhana berharap untuk memiliki seorang cewek super populer idaman semua cowok? Apa mungkin cowok sederhana bisa memiliki cewek populer? Bagaimana perjuangan cowok itu? Kevin Thompson, cowok ganteng dan co...