Daniel POV
Setelah berada satu minggu di RS, aku akhirnya diperbolehkan dokter untuk pulang. Setelah mengurus semua biaya administrasi, aku dan Daren kembali ke apartementku.
Meski satu minggu telah berlalu, ingatan tentang ucapan Kayla yang mengatakan bahwa ia tidak mencintaiku lagi masih teringat jelas di kepalaku. Bahkan ingatan itu seringkali membuat dadaku sesak.
Sepanjang perjalanan aku hanya mengkhayal. Aku berkhayal jika ini semua hanya mimpi dan saat aku terbangun nanti semuanya akan kembali ke masa 7 tahun yang lalu saat aku dan Kayla masih bersama.
Meski aku masih begitu mencintainya, aku tidak akan mengejarnya lagi. Aku tidak boleh egois dengan mementingkan perasaanku dan memaksa Kayla untuk mencintaiku lagi. Cinta tidak bisa di paksakan, kan?
Jadi sekarang aku menyerah. Aku memutuskan untuk tidak akan menemui Kayla lagi. Benar apa katanya, mungkin lebih baik jika aku tidak hadir di hidupnya lagi. Aku harus membiarkan dia dan Casa hidup bahagia dan tenang tanpa ada bayang-bayang dariku. Lagipula dia juga tidak mencintaiku lagi.
Dia merupakan satu kenangan yang tidak mungkin bisa ku lupakan meski sampai umurku berakhir. Dia akan selalu hidup di hatiku juga ingatanku.
"Walaupun nanti kita bertemu secara tidak sengaja, anggap kau tidak mengenalku"
Apa aku bisa melakukan itu? Pura-pura tidak mengenal orang yang begitu ku cintai?
Setelah kurang lebih 20 menit di jalan, aku dan Daren akhirnya sampai di apartementku. Saat sampai aku langsung ke balkon apartementku untuk duduk dan berusaha menikmati hari-hariku yang kelabu.
"Jangan terlalu sering mengkhayal"
Aku menengok ke Daren yang tiba-tiba muncul di sampingku.
"Kopi?" ucapnya lalu mengangkat dua gelas kopi yang ia pegang. Aku mengangguk.
Dia lalu memberikan gelas yang berisi kopi buatannya kepadaku. Setelah aku mengambil gelas itu, dia ikut duduk di sampingku.
"Jadi, apa kau masih mau memperjuangkan cintamu itu?" ucapnya to the point.
"Tidak. Aku memilih menyerah. Lagipula dia tidak mencintaiku lagi. Hanya ada rasa benci yang ia tunjukkan saat aku berada di dekatnya," kataku lalu membuang pandanganku ke sembarang arah.
"Kau sudah menjelaskan alasan mengapa kau meninggalkannya waktu itu?" tanyanya lagi. Aku menggeleng.
"Aku belum memberitahunya. Meskipun aku menjelaskannya, belum tentu dia akan mencintaiku lagi. Jadi percuma saja"
"Itulah dirimu. Pria paling sok tahu. Selalu mengambil kesimpulan dari sudut pandangmu saja. Bodoh"
Aku langsung menatapnya tajam saat ia mulai berbicara dengan nada ketus dan terdengar sedikit menghina.
"Jangan lihat aku seperti itu," balasnya tambah ketus. Aku memilih kembali membuang tatapanku lagi daripada harus menemaninya berdebat.
"Setelah patah hatimu sembuh, kau akan kemana?" tanyanya lagi setelah terdiam cukup lama. Aku kembali menatapnya.
"Aku rasa patah hatiku tidak akan pernah bisa sembuh"
"Jadi kau akan seperti ini terus?"
"Tidak. Kita akan kembali ke Paris untuk menyelesaikan semua pekerjaan kita yang menumpuk. Aku akan kembali menjadi seorang workaholic. Mungkin dengan begitu aku bisa mengobati sedikit rasa sakit dari patah hatiku yang abadi ini"
Aku melihatnya tertawa setelah aku berbicara. Apa perkataanku ada yang lucu?
"Kau lebih puitis sejak berpisah dari Kayla," katanya lalu kembali tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Her Go (COMPLETE) ✅✅
RomansSaling membenci lalu akhirnya saling mencintai. Kayla membenci Daniel, pria kejam yang memaksnya untuk menikah dengannya. Kayla membenci Daniel, pria mesum yang selalu berhasil membuat pipinya merah merona karena kata-kata dan perlakuannya. Kayla...