NAFAS X 5

10.4K 628 20
                                    

NAFAS X 5
*

**

Aku duduk terpekur di meja makan, Omah duduk diam di depan kamar belakang dimana semua jajanan seserahan unduh mantu disimpan. Kata si Mama Anna (Ibunya si Ilham) biar jajannya enggak hilang gitu aja. Cara keluarganya si Ham lebih terkoordinasi dari pada cara ibu yang ditaruh gitu aja, alhasil paginya itu jajan sudah raib gitu aja macam habis dikepetin sama babi.

"Ini Mbak minumnya." Seru salah satu orang yang lagi rewang dan menydorokan segelas jus orange padaku.

"Makasih, Mbak." Sahutku dan meneguk abis minumanku. Sumpah ya, dari tadi pagi sampai sekarang yang jarum panjang itu sudah menunjuk angka sembilan, aku belum makan. Enggak percaya? Aku mah kuat enggak makan sehari. Jangan lebay ya kalo enggak makan sehari saja sudah bikin kita mati. Lebay banget itu. Enggak makan sehari asja, oke oke saja gitu.

"Aygong!" Panggil Ilham yang duduk di sampingku. "Ngapain disini?"

"Bosen di sana. Ini kaki gua sampai kesemutan duduk terus di lantai." Jawabku.

"Ya elah. Bentar juga udah selesai juga."

"Lo enak banget ngomongnya!" Cerocosku tak terima. "Lo jam empat masih ngiler, lah gua? Gua udah nyiapin semua seserahan terus Ibu sama Ayah pulang juga pasti langsung semaput. Lah gua? Apa? Apa?" Ujarku tak terima.

"Enggak usah nyolot gitulah." Ucap Ilham yang mencoba merayuku. Kebal sekarang! Sudah pakai tameng gerbang tujuh dunia akhirat ala Orochimaru ini. "Nanti gua pijitin kok."

"Enggak usah. Lo kalo sudah ketemu kasur juga udah ileran." Tolakku.

"Beneran."

"Boong." Sahutku dan meninggalkannya kalo enggak balik-balik ke depan bisa dicariin temen-temen sosialita si Mama mertua ini.

"Kemana?"

"Depan."

"Lo kata tadi capek?"

"Emang. Mana pernah gua kibulin lo?" Sahutku.

"Enggak usah ke depan, langsung masuk ke dalem kamar aja, Aygong!"

"Ogah. Lo aja sana masuk ke dalam kamar." Tolakku mentah dan menuju ruang tamu. Emang telinga Ilham lagi banyak kopoknya ya? Dia malah tarik-tarik tanganku. "Apaan sih?"

"Eh, kalian mau kemana tarik-tarikan gitu?" Tanya Omah yang melihat grusak-grusuk kami berdua.

"Mau bikin dedek emesh dulu, Omah." Jawab Ilham asal-asalan.

"Ngomongnya, ya!" Pekikku malu. Sumpah! Kalo cuman Omah di sini doang sih enggak apa-apa. Lah ini! Ada banyak orang yang rewang. Rasanya pengen aku bandem kepalanya biar enggak sengklek terus.

"Bener 'kan? Lagian kita 'kan udah halal dari kemarin-kemarin." Ujar Ilham dengan tampang sok polosnya itu. Asolole... Malu ini muka. Malu.

"Ya udah, sana masuk kamar. Ilham udah enggak tahan lagi." Goda Omah juga.

"Enggak, Omah. Rin ke Mama aja. Nemenin Mama yang banyak tamu itu." Sahutku dan meninggalkan Ilham sendirian. Bodo amat dia cengok kayak orang bloon. Malu pokoknya aku ini.

***


Aku duduk di lantai bareng Omah yang baru saja membagikan jajanan sama rata pada orang-orang yang rewang. Lah di rumah kemarin tuh kayak pencurian apa gimana gitu, jajan abis seketika paginya pake acara si ibu senam lambeh dower lagi.

Crazy Marriage [FINISHED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang