NAFAS X 13

7.5K 472 7
                                    

NAFAS X 13
***

"Mama sama Omah pergi dulu ya. Kita perginya cuman tiga hari aja." ucap Mama yang menuntun Omah ke depan, "tolong jagain si Siyah dan jangan sampe mereka berantem." wanti Mama yang aku beri anggukkan sembari mengekori dua sesepuh keluarga Noor Syarief.

"Iya, Ma." sahutku.

"O iya, jangan biarin Siyah keluar." aku kembali mengangguk mengiyakan. "Jaga rumah, ya."

"Siap, Ma." sahutku lagi. "Hati-hati." kataku saat kedua sesepuh sudah masuk ke dalam mobil. Berdiri anteng di depan teras rumah sampai mobil sesepuh pergi meninggalkan rumah.

"Mbak," aku berbalik ke belakang dan melihat kepala Siyah yang menyembul dari balik pintu depan. Gadis tujuh belas tahun itu nyengir kepadaku yang yakin banget punya maksud nih.

"Apa?"

"Mau ijin keluar sebentar buat kerja kelompok di rumah temen." utaranya.

Aku melewatinya dan dia mengekoriku, "kerja kelompok apa pacaran?"

"Kerja kelompok, mbak."

"Kalo gitu di sini aja, mbak siapin kok nanti camilannya. Mbak enggak ngasih ijin, kalo emang mau keluar, kamu ijin Ilham atau Mama aja, ya." ujarku bak Nyonya Noor Syrief. Hehehe, kan jadi Nyonya Besar keluarga Noor Syarief selama tiga hari.

"Mbaaakkk," rengek Siyah yang menggoyang-goyangkan tanganku. "Ya?"

"Apaan sih? Telpon Ilham." kataku dan dia masih ngerenggek. "Aduh, mau gua telponin si Ilham?"

"Mbak ih,"

"Gua masak dulu bentar lagi Ilham pulang." ucapku yang mengabaikan Siyah yang terus merenggek padaku.

Hadeh, kalo masalah nggelendek gini tuh ya, keluarga Noor Syarief jagonya. Bukannya aku iba ya, tapi yang ada mau nelen hidup-hidup enggak pake air atau pisang.

"Mau gua telpon Ilham?" tawarku yang udah pusing liat tingkah Siyah. "Bentar lagi dia pulang, atau gua bilangin langsung nanti?"

"Ih, jangan dong, mbak. Gua ijin mbak aja." tolaknya.

"Tapi aku udah bilang enggak ijinin lo keluar, kecuali temen lo yang ke sini." ucapku yang membuatnya mencebik kesal.

Gedeg aku liat kelakuan Siyah hari ini. Bikin pusing aja dibuntutin terus. Persis kayak Ilham kalo lagi nggelendek kalo ada maunya.

"Kalo mau keluar bilang aja, enggak usah pake alasan kerja kelompok." kataku yang sudah duduk berhadapan dengannya. "Dosa lho kalo bohong."

"Aku enggak bohong sih mbak."

"Iya kerja kelompoknya satu jam aja, selebihnya jalan-jalan kan?" tebakanku benerkan, Siyah mengangguk sambil nyengir. Dikira aku enggak pernah jadi anak merah jambu macam dia apa pake ngibulin aku segala.

"Sejam lagi Abang lo pulang, minta ijin dia aja, ya." kataku menyudahi dan menyendokkan nasi ke dalam piring, menyiapkannya untuk si Ilham ini.

"Mbak, kalo gua ijin dia sih jelas enggak dapet ijin. Lagi pula ini udah malem, terus sabtu malam minggu juga." katanya yang semakin lirih dan tertunduk.

Crazy Marriage [FINISHED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang