Aku membuka handphoneku yang dari tadi bergetar.
Ternyata terdapat beberapa notifikasi dari Line. Aku menoleh ke kasur seberang dan ternyata Alea dan Nischa masih tertidur. Terdengar suara kucuran air dari dalam kamar mandi, dan juga pintu kamar mandi tertutup. Kurasa Naya sedang ada didalam kamar mandi.
Aku kembali focus ke layar handphoneku. Aku memencetkan tombol pin untuk membuka handphoneku. Ternyata Line yang kudapatkan dari group Creative Finger. Semacam organisasi kecil yang menampung orang-orang yang menyukai gambaran sketsa.
Seni memang bukan hanya hobi semata untukku. Seni merupakan hidupku. Makanya aku sempat sangat sedih saat orang tua melarangku masuk Bandung University of Arts. Menurutku hal yang paling indah adalah saat orang seni bergabung, penuh dengan kebebasan.
Synta Anjani : Besok ada acara Glory Festival. Gmn bsk ngesketch disana? Pasti banyak yg notice karya kita juga
Joshua Kim : wah boleh!
Joshua Kim : Yang lain setuju ?
Adi Rizal : ok bang!
Aku tersenyum girang, besok adalah hari sabtu dan Alea, Naya dan Nischa bilang mereka besok akan pulang ke rumahnya masing-masing. Akhirnya aku punya teman buat datang ke festival itu.
Aku mengetik pesan dengan semangat untuk menyetujui pertemuan hari besok.
Syauqia Jasmine : setujuuu, berarti aku besok gausah balik. ➡
Syauqia Jasmine : akhirnya ada temen buat kesanaaa hehe ➡Belum beberapa detik, pesanku mendapat balasan dari yang lainnya. Dan suasana grouppun jadi sangat ramai.
Firman Kholik : seneng nih Jasmine haha.
Anna Humaira : besok sama aku ya Jass. Aku kekamar kamu.
Syauqia Jasmine : ok ka Anna, I’ll be waiting you.Aku meletakan handphone ke atas meja belajar. Pagi hari ini aku terasa lebih senang.
Pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka, akupun menoleh kearahnya dan benar ternyata Naya sudah mandi.
“pagi-pagi udah mandi aja sih Nay.”
“iya dari pada ngantri nanti.” Ujar Naya.
Hal itu menyadarkanku. Aku melihat kearah Nischa dan Alea yang masih tidur.
"Mumpung masih pada tidur. Gue mandi duluan ajalah. Udah jam 7 jugaan." Tambahnya.
Aku baranjak bangun dari tempat tidurku dan mengambil handuk yang terjemur diluar kamar.
•••••••••••••••••
Aku menginjakkan kakiku di Kantin fakultas Seni Rupa dan Design.
Matahari cukup terik hari ini, padahal sekarang waktu masih menunjukan pukul 09.30 pagi.
Hari ini kelasku memang mendapat makeup class ke jam pagi. Biasalah dosen memang senang mengotak-atik jadwal. Namun bagi orang-orang yang merantau hal ini adalah anugerah. Semakin cepat perkuliahan diujung minggu itu selesai artinya semakin cepat pula mereka bisa pulang ke rumahnya.Aku mengambil sebuah Aqua dari salah satu warung dan membayarnya dengan cepat.
“ayo cepet, dosennya udah dateng.” Ujar Nischa sambil menunjukan chat group kelas yang mengatakan bahwa dosen sudah datang.
Akupun buru-buru melangkahkan kakiku menuju kelas. Untungnya hari ini kelas ada di lantai 1 jadi kita tidak perlu lama-lama menunggu lift ataupun naik tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Girl Who Never Trust Love
Roman pour AdolescentsMenurutnya cinta sangat kejam, datang tanpa isyarat, tak bisa dikendalikan, bersifat memaksa namun tak bisa menuntut. Mereka tak tau mana yang lebih baik, mencintai seseorang yang tidak mencintainya atau merasakan kekosongan hati. Entah siapa yang h...