Part 1

576 17 2
                                    

"OMG, Alena you're realy beutiful honey!" puji brenda sang perancang busana pengantin alena dan adam. "open your eyes honey!" perintahnya.

Alena pun perlahan mulai membuka matanya dan menatap sosok cantik di cermin. "wow, ini luar biasa Brenda, kau memang yang terbaik" pujiku. Aku memang sangat menyukai rancangan Brenda. ia selalu membuat kejutan untukku. wedding dress ini pun terlihat begitu istimewa. Membuatku tampak lebih ramping, elegan dan serasa menjadi ratu dengan tambahan tiara bertabur swarovski. " of course, aku tidak akan mengecewakanmu sayang!" kata Brenda sambil memegang daguku. " lalu di mana sang pangeran. kenapa dia begitu lambat?" tanyanya padaku. " I don't know, tadi dia bilang masih ada rapat. I will call him!" akupun berjalan perlahan menghampiri tasku yang kutaruh diatas meja. mengambil handphone dan mencoba menelepon Adam. Lama aku menunggu namun tak ada jawaban. kucoba mengulangi panggilan hasilnyapun nihil.

"Brenda, bagaimana jika tuksedonya ku bawa. Ku rasa Adam sedikit sibuk di kantor. Aku akan membawakannya untuk di coba".

"it's Ok, tapi.hati-hati ya jangan sampai ada noda" katanya mengijinkan.

akupun segera meluncur menggunakan honda brio kesayanganku. Tuksedo Adam kutaruh di jok samping. Akupun tersenyun menatap tuksedo tersebut. "Adam pasti akan sangat tampan dengan tuksedo itu". Hatiku benar-benar berbunga karena tak lama lagi Adam akan menjadi miliknya sepenuhnya. Dia ingat betul saat pertama kali berjumpa Adam ketika Ulang tahun Perusahaan Querilla milik Aldi yang ke 10 tiga Tahun yang lalu. Adam adalah seorang Manager PR untuk Querilla. Awalnya Adam sama sekali tidak tertarik padanya karena menganggap Alena seperti adik tapi setahun yang lalu secara tidak terduga Adam menyatakan cintanya padaku. tentu saja aku yang memang sudah mengagumi wajah tampan dan otak cerdasnya langsung menerimanya. Membuat semua wanita di querilla menjadi iri padanya.

Sesampainya di kantor Querilla aku berpapasan dengan Aldi kakaku di lobby. Aldi adalah dirut utama querilla. ia menggantikan Ayah yang wafat 4 tahun yang lalu "hai aleena, apa yang kau lakukan disini?" sapa Aldi. "Hai kak, aku mencari Adam apa ia di kantor?" tanyaku
"Bukankah kalian mencoba baju pengantin kalian hari ini?" kata Aldi nampak bingung. " ah, tadi Adam sudah bilang kalau dia mau ke tempat Brenda"lanjutnya. " oh God! kurasa kami berlawanan arah. aku baru saja dari tempat Brenda. Baiklah kak aku akan coba menghubunginya lagi." kataku sambil mencari handphoneku di tas.
"Baiklah, aku harus pergi sekarang alena. May dan Tristan menungguku. Tristan ada pementasan hari ini." katanya sambil melihat jam tangannya. ya ampun aku lupa lagi kalau hari ini ponakanku Tristan ada pementasan Piano. ketidak hadiran Adam di tempat brenda membuatku kacau "kak, tolong sampaikan maafku ke Tristan aku tidak bisa melihatnya . sampaikan saja pada Tristan nanti malam aku akan datang membawakan hadiah untuknya sebagai tanda maaf karena tidak bisa melihatnya tampil" kataku sambil mencoba menghubungi Adam. "Ok. jika kau butuh bantuan hubungi aku!" sahut Aldi lalu mengecup keningku. "bye...!" iapun meninggalkanku di lobby.

Telepon Adam masih belum diangkat. Sebuah ide muncul dalam kepalaku. Aku ingat pernah menginstal aplikasi pelacakan pada handphone Adam karena waktu itu kami sedang foto pre-Wedding di Bali. karena akunya yang mudah tersesat makanya sengaja handphoneku di tautkan dengan handphone Adam agar aku tak terpisah darinya. Akupun membuka aplikasi dan menemukan keberadaan Adam.
"Ini kan bukan jalan ke tempat Brenda!" gumamku bingung. Akupun segera meluncur menuju jalur yang di tunjukan GPS. Sinyal GPS pun berhenti di sebuah tempat. ketika aku sampai di sana aku sadar kalau ini adalah apartemen Sarah sahabatku. ketika masuk di basement parkir. tak jauh dari tempatku parkir sebuah mobil innova putih milik Adam terlihat. Aku melihat sarah keluar dari mobil Adam. Dan adam menyusul dari belakangnya. Tiba-tiba saja Adam menarik lengan sarah dan mencium bibirnya dengan mesra. Sarah menerima ciuman Adam. Aku benar-benar kaget melihat itu. Tanpa Adam dan sarah Sadari, aku terus melihat kemesraan mereka. merekapun masuk ke dalam apartemen sambil bergandengan tangan. "Oh my Good, apa ini" gumamku sambil menahan rasa sakit di hatiku. Sarah adalah teman baikku. Dia orang yang selalu membantuku mendekati Adam dan bahkan ia akan menjadi pendamping pengantin wanita saat pernikahanku. Tanpa kusadari air mata telah mengalir di pipiku. Tanganku yang memegang kemudi mobil mulai bergetar. "tidak, tadi pasti aku salah lihat. Atau pasti ada alasan lainnya kenapa Adam dan sarah melakukannya". Aku mencoba menguatkan diri. Keluar dari mobil dan masuk ke dalam lift dan menekan lantai 7 tempat apartemen sarah berada. Ketika telah berada di depan pintu apartemen sarah aku melihat pintu tidak tertutup rapat. Tanpa pikir panjang akupun masuk untuk memastikan. Suara gelak tawa Adam dan sarah terdengar dari dalam kamar. Beberap potong pakaian pria dan wanita terlihat tergeletak di lantai."Adam, your really badboy. bagaimana bisa kau membiarkan Alena mencoba gaun pengantinnya sendiri!" terdengar suara sarah diiringgi dengan suara desahannya. " don't say anything honey. I just want you now!" Mereka bercumbu dengan mesranya tanpa menyadari aku yang berdiri mematung dengan kaki mulai terasa lemas. " kau tahu kan sarah, aku hanya ingin membalaskan dendamku pada kedua kakak beradik itu. karena ibunya yang jal*** aku dan ibuku menderita" perkataan Adam benar-benar membuat nafasku tercekat. Aku tidak bisa menanggung ini lagi. Hatiku bergemuruh terasa sangat sakit. Airmata yang terbendung mulai membuat mataku memerah. Akupun segera berlari keluar apartemen menuju mobil. Aku menangis sejadi-jadinya sambil mengendarai mobil. Teringat kembali akan kenangan buruk ibunya yang berselingkuh dan meninggalkan ia, Aldi dan Ayahnya yang ketika itu dalan kondisi terpuruk karena hutang. Ia benar-benar sakit hati dan kecewa. Apalagi sekarang tunangannya mengkhianatinya karena ibunya. Iapun menekan pedal gas lebih dalam. Mobilnya melaju dengan kecepatan diatas 150km/jam. Ketika berada di sebuah tikungan tajam tiba-tiba sebuah truck pengangkut barang melintas di depan. akupun lepas kendali dan menabrak truk tersebut. Rasa sakit kali ini bukan hanya menjalari hatiku tapi juga sekujur tubuhku yang mulai berdarah. Pecahan Kaca mobilnya tampak berkilau di depannya seperti jarum-jarum tajam yang menghantam wajahnya "I hate you mom!" batinku dalam hati untuk yang terakhir kali sebelum kesaadaranku benar-benar hilang.

Cinta Dua JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang