Part 4

368 13 4
                                    

Alena membuka matanya. Ia sudah mengenakan sebuah gaun tidur lembut dan nyaman. Saat ia sadar ada sebuah tangan besar yang hangat menggengam tangannya.

"Syukurlah, kau sudah bangun Naura". sapa pria tadi. walau aku masih bingung dengan panggilan pria itu  tetapi tatapannya yang lembut dan penuh cinta membuatku berpikir sedikit jernih dan sedikit mempercayai pria di hadapanku. Apalagi pria itu terus menggenggam tanganya. "Apa yang terjadi?" tanyaku. " Apa kau lupa?  kau hampir satu jam berada di kamar mandi. Itu membuatku cemas.  Pintunya ku dobrak dan aku menemukanmu pingsan di kamar mandi". jawab pria itu.
Aku ingat terakhir aku berada di kamar mandi dan melihat wajahku yang bukan wajahku di cermin.
"ooh dear, kau benar-benar membuatku cemas" lanjut pria itu sambil mengecup kembali lengan Alena. Sebenarnya Alena risih ada pria asing yang menyentuh dan mencium tangannya. Tapi ia harus mencari tahu ada apa sebenarnya. "lalu, siapa kau?" tanyaku kemudian. Pria itu mendelik menatap kedua bola mataku. "Naura  are you Ok! apa sesuatu membentur kepalamu saat di kamar mandi. kau tidak mengalami amnesia kan? kurasa aku harus memanggil dokter!" pria itu tampak panik ia melepaskan genggaman tangannya. Ia berdiri dan meraih sebuah telepon yang ada di meja yang beradi di sisi lain tempat tidur.

Dengan cepat aku duduk dan meraih tangannya untuk menghentikannya   "Tolong, jawab saja aku!" kataku memohon. Pria itu duduk di tepi tempat tidur."Aku Steve. Apa kau ingat? kita sudah 3 Hari bersama. di sini... di mansionku ini. Kita bertemu di diskotik Paradaise malam itu." Pria itu menjelaskan.

Astaga tiga  hari? dan aku bersama pria asing yang kutemui  di diskotik?  Aku pasti benar-benar kehilangan akal. Seumur-umur  tempat yang paling aku jauhi adalah diskotik.
"Dan kenapa kau memanggilku Naura?" tanyaku lagi. Pria didepanku nampak frustasi di tanya seperti itu.
" Naura kau benar-benar butuh dokter. Tunggu sebentar!" katanya meraih telepon dan berbicara kepada seseorang menggunakan bahasa korea.

Astaga, sebenarnya apa yang terjadi. Apa aku bertukar jiwa dengan seseorang bernama Naura atau aku punya kepribadian lain yang muncul setelah operasi. Oh iya operasi! otakku mulai berfikir jernih dan mengingat saat terakhir sebelum semua keanehan ini terjadi. Aku yakin kemarin aku baru saja menjalani operasi plastik di rumah sakit akibat kecelakaan itu. oh iya operasi Plastik. Wajahku pasti berubah karena operasi pelastik itu. Itu artinya, sejak operasi aku kehilangan kesadaranku hingga aku terbangun bersama Steve. Astaga aku benar-benar bingung.
"Steve!" panggilku perlahan. "kurasa aku butuh menelepon Rumah sakit?" kataku canggung.
"oh, jadi kita kerumah sakit saja maksudmu? apa ada yang sakit? maksudku selain ingatanmu yang hilang?" Steve nampak sedikit khawatir.
"tidak. heemm... bisakah kau mencari nomor Rumah sakit Univeristas Hyunsung." kataku menyebutkan rumah sakit tempat aku di rawat.
"Oh kau pasti punya kenalan di sana. baiklah bersiaplah aku akan mengantarmu langsung ke sana.".

Steve mengambil sebuah kantong belanja di balik sova dan memberikannya padaku. "aku membelikan beberapa pakaian untukmu. Apa kau butuh bantuan untuk mengganti pakaianmu" tawar Steve.
Pipiku memerah mendengar tawaran itu. Gila kali aku harus telanjang lagi di depan dia. "tidak!" kataku tegas. "keluarlah aku akan berganti pakaian sendiri". Steve pun mengangguk dan melangkahkan kakinya menuju pintu keluar. Sebelum keluar dia berbalik "Kalau kau butuh bantuan panggil saja aku!". Akupun mengangguk.

Akupun bersiap bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi. saat melihat selimut yang tergeletak di sudut pintu kamar mandi. Bayanganku langsung teringat dengan kejadian beberapa jam yang lalu. Astaga aku benar-benar sudah tidur dengan seorang pria asing.

Saat mendekati pintu kamar mandi aku melihat sebuah percikan merah di selimut itu. ya Tuhan, bukankah itu artinya aku kehilangan keperewananku. Dan aku tidak menyadarinya. ini benar-benar musibah.

akupun segera masuk ke dalam kamar mandi. Air yang mengalir membasahi wajahku terasa menyegarkan. seolah-olah air itu juga mencuci otakku agar berpikir lebih jernih. akupun menatap wajahku di cermin "Apa ini benar-benar wajahku. Atau seperti dalam film-film jiwaku tertukar dengan orang lain" gumamku sebelum akhirnya aku mengganti pakaian dan mempersiapkan diri.

Cinta Dua JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang