Part 6

295 13 3
                                    

"Never!" jawabku singkat. Aku tidak akan menikahi pria bre*****k ini apapun yang terjadi. Sudah cukup masalah yang kuhadapi saat ini.

"Alena, please pikirkan baik-baik. Aku serius dengan ini!" Steve memandang kedua bola mataku.

Akupun menatapnya dan entah kenapa aku menemukan sebuah keseriusan di wajahnya. Aku jadi heran, sebenarnya siapa yang dirugikan dan siapa yang memohon. Bukankah seharusnya dia pergi saja. Diakan pria tidak akan ada yang terjadi padanya. Tidak akan ada bekas yang merugikannya. Berbeda dengan kondisiku yang mungkin saja seperti yang dia bilang akan hamil. Soal keperawanku yang hilang bukannya tidak peduli tapi aku tak berniat memberitahukannya pada siapapun. Akupun tidak berniat untuk menikahi siapapun karena luka yang Adam berikan membuatku akan sangat protektif menjaga hatiku.

"Alena, apa kau baik-baik saja?", suara Aldi tiba-tiba saja mengagetkan kami berdua. Aldi mendekati kami berdua. "maaf, apa kau mengenal adikku? " sapa Aldi pada Steve. "Tidak! eh maaf maksudku aku baru saja mengenal adikkmu", jawabnya canggung. "Sepertinya aku mengenalimu. Apa mungkin kau Steve Kim direktur utama Stasiun TVK?" Tanya Aldi sambil mencoba mengingat-ingat. Steve terlihat tersenyum kecil " benar, aku Steve. Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" " aah, tidak kita belum pernah bertemu. Aku hanya sering melihatmu muncul di majalah bisnis dan televisi. Perkenalkan aku Aldiansyah Bramantya. panggil saja Aldi" kata Aldi memperkenalkan diri.

"sepertinya aku tahu anda. Bukankah anda pemilik Querilla Furniture?" Steve mencoba ramah dengan menggunakan bahasa formal. Kedua pria itupun asik bicara berdua tanpa mempedulikanku yang masih berdiri diam tak bersuara.

"grrriiiuk...!!!" tiba-tiba saja perutku berbunyi kencang menandakan protesnya karena belum diisi entah sejak kapan. Kedua pria itupun menatapku dengan wajah kasihan dan tersenyum. "Apa yang kalian lihat! Lucu ya melihat orang kelaparan?" kataku ketus sambil melangkah pergi meninggalkan keduanya.

baru saja tiga langkah aku sadar. aku tak tahu harus kemana. Apa ke bangsal tempatku di rawat, kembali ke ruangan dokterkah atau pergi saja ke kantin rumah sakit? "Alena, dokter menyuruhmu kembali ke bangsal!" kata Aldi memberi tahu. "oh oke!" Akupun melangkah menuju kamar tempatku di rawat sebelumnya. Kedua pria itupun terlihat asik berbicara berdua. Bahkan Steve mengajak Aldi untuk minum kopi di cafe rumah sakit.

Aku sedang mengganti bajuku dengan baju pasien ketika seorang perawat datang memeriksa kondisiku. "sorry, sebenarnya aku lapar bisakah aku mendapatkan makanan!", kataku dengan menggunakan bahasa inggris dan berharap perawat itu mengerti. "of course miss, I will take food for you" kata perawat itu.

Ketika perawat itu hendak keluar ia berpapasan dengan Aldi yang baru saja datang. "Kurasa kau akan menyukai yang ku bawa!" kata Aldi sambil menunjukkan kantong yang ia bawa.

"hemm... aromanya enak apa itu?" tanyaku sambil mengendus aroma sedap makanan yang Aldi bawa. "samgyetang!"katanya sambil memberikan kantong makanannya padaku. di dalamnya ada sebuah mangkuk mika berisi sejenis soup ayam dengan campuran mie, tauge dan daun bawang yang masih hangat.

"look delicious!" kataku lalu menyantap makanan itu dengan lahap. Dan memang rasanya sangat enak. Kaldunya sangat terasa. Daging ayam yang lembut betul-betul memanjakan lidahku. "Kurasa Steve akan senang melihatmu makan selahap itu?" kata Aldi sambil tersenyum.
"uhuuk....uhuk..." mendengar nama Steve membuatku tiba-tiba tersedak.
"Memangnya apa hubungannya makanan ini denga pria itu?"kataku sambil meraih gelas air yang ada di nakas sebelah tempat tidur.

"ya, Steve yang membelikannya untukmu. Dia bilang kau sangat suka soup itu!"

Apa aku? maksudnya pasti Naura. Karena kurasa ini adalah pertama kalinya aku makan sup ini. Seleraku makanku langsung hilang dibuatnya. Akupun menaruh makananku di meja. "kenapa berhenti? tadi kau terlihat akan melahap habis semuanya!" , kata Aldi heran.

"Aku sudah kenyang", kataku berbohong. Lagipula sebentar lagi perawat tadi akan datang membawakan makananku. aku pun
kembali berbaring di kasur.

"Alena, aku ingin memberitahukanmu beberapa hal?" kata Aldi serius. Melihat wajah Aldi yang biasa ramah dan tersenyum berubah menjadi serius membuatku merasa harus mengganti posisiku kembali duduk. Aku tahu betul kebiasaan Aldi jika ia memang ingin serius berbicara.

"katakan kak, ada apa?" kataku sambil menatap dua manik mata hitam milik Aldi. Aku bisa melihat dari sorot matanya kalau ada banyak yang sedang ia pikirkan. Apalagi segaris hitam di bawah kelopak matanya menunjukkan keletihannya menanggung beban.

"Aku minta maaf!" katanya.
"untuk apa kak?" kataku penasaran. "Aku minta maaf! untuk pengobatanmu di sini kurasa harus kita hentikan. kata dokter untuk wajahmu sudah tidak ada masalah. tapi soal gejala DID yang kau alami akan kita carikan solusi dokter lain di Indonesia." katanya sambil menunduk.

"astaga, Kak aku tidak apa-apa. Aku justru senang bisa segera keluar dari sini!" Kataku tersenyum.

" Dan aku juga minta maaf!" sambung Aldi lagi. " Apalagi kak?" tanyaku perlahan. " Querilla yang ku jaga selama ini sedang berada di titik yang paling rendah." katanya pelan.
dug ... sejenak jantungku berdetak lebih kencang. Ada apa dengan Querilla?
"Adam, dia ternyata mengkhianati kita. Dia membuat para investor tidak menginvestasikan dananya ke querilla. Dan Sarah ternyata selama setahun ini selalu membuat laporan palsu tentang pengupahan dan pemilihan supliyer bahan baku. Setahun ini ternyata banyak komplain dari konsumen tentang kualitas produksi querilla tapi laporan yang Sarah berikan padaku palsu. Aku tidak begitu tahu kondisi di lapangan terutama saat-saat ketika mendampingimu di rumah sakit." Aldi hanya menunduk menyatakan kekecewaannya.

Astaga, kukira balas dendam Adam hanya sampai membuatku sakit hati dan hancur berkeping-keping seperti sekarang, tapi ternyata ia juga mengincar querilla. air mataku menetes di kedua pipiku. Aku bingung apa yang harus aku katakan.

"Maaf, aku dulu yang memintamu menjadikan Adam dan Sarah orang kepercayaanmu kak. Aku mencintai Adam maka aku menedorongnya menjadi tangan kananmu. Begitupun karena Sarah Sahabatku.Aku minta maaf. ini juga salahku karena kau sibuk mengurusiku hingga kau menyerahkan querilla pada keduanya." aku terdiam sejenak. Bayangan pengkhianatan Adam dan sarah kembali terngiang dalam otakku. "aku... aku juga minta maaf karena merahasiakan hubungan sarah dan Adam!" kataku mengingat bahwa aku tidak menceritakan alasan kenapa aku bisa mengalami kecelakaan dan membatalkan pernikahanku. Tiba-tiba saja Aldi menatapku tajam. " apa maksudmu? Hubungan apa antara Adam dan sarah? ku kira kau menolak menunda pernikah dan justru membatalkannya karena kerusakan wajahmu?" katanya dengan nada marah. Aku menggeleng pelan. " hari di mana aku kecelakaan adalah hari di mana aku melihat mereka berselingkuh!" kali ini isak tangisku sudah tidak terbendung. Mata Aldi pun memerah karena amarah. Dalam hatinya ia berjanji untuk membalas semua perbuatan Adam.

Cinta Dua JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang