Dia, sosok itu adalah tamu yang mengetuk pintu hati. Entah, entah kapan aku membuka pintu hati ini, hingga ia duduk manis dalam ruang hatiku. Aku mencoba merunduk, memohon ampun pada Ilahi, jika ternyata perasaan ini membuat syetan bergirang ceria, sebab ku tertipu manisnya sajian cinta.
Di akun tumblr-nya, dia menulis "Aku sedang berjalan di jalan syariat, mencintai hati tanpa komunikasi. Jikalah kau duhai jodohku ingin jumpa, maka ikuti jalan ini, jalan cinta para perindu surga. Jika jalan kita sama, kita pasti bertemu dalam tatap mesra disuatu hari".
Aku, terus ku dendangkan jemari seraya lantunkan kalimat istighfar, aku tak mau terjebak dalam hasut rasa yang akan memudarkan imanku.
Jikalah jodoh, aku yakin dia kan menyapaku. Jika bukan, Ah. ku yakin Allah lebih tahu cara mencintai hamba-Nya.
Dia, sosok itu tak pernah ku lihat, dan sungguh saat ini ku tak mau berkunjung tuk melihat. Aku ingin siapkan jiwa yang elegan agar saat berjumpa dengannya, ia dan keluarganya akan mudah mengucap... "Yah, kami menerimamu anak muda"
Dia, sosok itu tak pernah ku tatap, namun bayang-bayang aura kecantikan hatinya merasuki jiwaku, hingga hantu-hantu kegalauan bergentayangan dalam pikiranku. Galau karena takut perasaan ini
mencuri imanku, seperti embun yang tercuri sengat mentari dikala pagi.
Rabbi, I'am Falling in Love
Namun ku sadar, cinta hanyalah fitrah diri sedang jodoh kuasa Ilahi. Maka biarkan tuk saat ini aku memendam rasa dengan mengepompong sejenak.
Sembunyi perbaiki diri, sendiri koreksi hati.
Agar..... Agar kelak ku terbang dengan sayap-sayap cinta, sebagai kupu-kupu yang pesonanya mensenyumi dunia, yang jelitanya menggodai surga. Sepenuh cinta.