Slave//yosot

2.3K 172 5
                                    

Disarankan agar membaca chapter nyurhat.
.
.
.

Kihyun menunggu dengan sabar kehadiran tuannya yang akan membukakan pintu. Walau sebenarnya ia ingin sekali mencak-mencak karena sudah 10 menit lebih ia menunggu diluar bahkan saat matahari masih bersembunyi.

Yah... Kalau saja ia dan Changkyun tidak ada keperluan untuk membicarakan soal tugas seni, pasti telepon Changkyun kemarin malam takkan dia angkat.

Cklak!

Akhirnya penantian Kihyun usai sudah. Ia memutar badan menghadap sang pemilik rumah walau pandangan masih menatap kearah bawah.

"Masuklah"

Kihyun mengangguk pelan kemudian melangkah masuk. Merasakan hawa suram rumah ini untuk yang kedua kalinya.

Changkyun merebahkan tubuh ke sofa ruang tamu. Diikuti dengan slavenya yang duduk bersebelahan dengannya.

"Woi, budak"

Sungguh, apa tidak ada panggilan lain selain budak, huh?

"Ya?" tanya Kihyun dengan sebisa mungkin menahan agar mulutnya tak kelepasan bicara dan malah berujung pada sumpah serapah.

"Buatkan aku makanan"

"Kau mau apa?"

"Apa saja,"

'Berarti kalau ku buat kimchi campur sianida boleh lah ya' abaikan, otak jahat Kihyun sedang dalam mode on.

"Dan jangan lupa buat untukmu juga"

'-Kalau begitu tidak jadi'

Kihyun melenggang ke dapur tanpa bicara apa-apa lagi.

Hmm.. Ya sudah, kita tunggu saja sampai si cutie selesai menjalankan tugas.
.
.
.
"Tuan Im.."

"Apa dan jangan panggil aku dengan embel-embel tuan"

"A-anu... Apa kau punya persediaan garam? Didapur habis.. "

Changkyun mendecak sebal kemudian bangkit dari posisi nyamannya di sofa. Melangkah cepat kearah dapur diikuti Kihyun dari belakang.

"Kau lihat lemari itu? Disana ada berbagai macam garam dan penyedap masakan"

Kihyun menatap datar lemari yang ditunjuk Changkyun. Posisi lemari yang terletak tinggi diatas kepala itu membuatnya berpikir 2 kali untuk membukanya.

Sedang ia ingin meminta tolong lagi kepada Changkyun, orang yang ingin dimintai tolong sudah kembali ketempat semula.

'Laknat sekali tinggi badanku'

Kihyun merutuki postur tubuhnya yang bisa dibilang relatif kecil itu sambil mencoba menggapai pintu lemari. Tapi sayang, ia terlalu ceroboh untuk tidak meyadari ada genangan air ditempatnya berpijak.

Zrat!

Gbrak!

Ziiiingg~
.
.
.
Kihyun membuka sedikit netranya. Merasakan cahaya ruangan yang menusuk penglihatan dengan sedikit bayangan sosok yang dikenalnya.

Im Changkyun.

Entah apa yang membuat namja itu bisa tertidur di pinggiran ranjang dengan handphone dalam genggaman.

Kihyun melebarkan pandangan sambil berusaha menopang tubuhnya yang terasa sedikit sakit. Efek karena terjatuh mungkin.

'Kenapa dia bisa tidur disana? Masa menungguku sadar sih? Kan impossible'

"Tuan–em... Im Changkyun, bangunlah" Kihyun mengguncang pelan tubuh sang tuan yang terlelap dalam posisi yang kurang nyaman.

Changkyun membuka mata perlahan. Menampakkan siluet budaknya yang tengah mengguncang bahunya.

Kihyun tersenyum manis saat mengetahui bahwa ia sudah bangun. Menarik-narik lengan kiri Changkyun, mengajak agar ia pindah tempat agar bisa tidur lebih nyaman.

"Kenapa kau bisa tau tidur disini?"

"Kau pikir aku ketiduran disini karena siapa, huh?"

"Um.. Maaf.."

Kemudian keaadaan canggung seketika.

"Cha-Changkyun... Tak apa kah jika aku langsung memanggil namamu?"

"Panggil saja kalau kau mau"

Kihyun kembali memperlihatkan senyumannya. Dan entah kenapa, Changkyun sangat menyukai senyuman itu. Tanpa sadar,  hatinya meneriaki nama si manis sambil berkata bahwa ia ingin terus melihat senyum Kihyun yang hanya ditunjukan padanya.

Ya, hanya Im Changkyun seorang.

"Mm... Aku mau minta maaf padamu. Seharusnya hari ini kita membicarakan soal tugas seni. Tapi... Karena aku.. "

"Sudahlah, tidak usah dibahas"

"Tapi aku tetap merasa tidak enak hati.. "

"Ya, sekali lagi kau bahas soal tugas laknat itu.... Akan kumakan kau!"

Kihyun memang harus mendapatkan ancaman dulu baru ia akan bungkam. Dan yang tadi itu adalah ancaman super menyeramkan dalam sejarah hidupnya.

Lalu hening lagi.

























"Yoo Kihyun"

"A–N-ne??"

Changkyun membenarkan posisi duduknya menghadap Kihyun. Menangkup kedua pipi mulus namja manis itu sambil menyelami manik kelam yang seakan menyedotnya masuk kedalam sana.

Kihyun merasakan wajahnya terbakar. Rasa panas itu menjalar hingga ketelinga. Menambah kesan manis bagi siapa saja yang melihat.

"Aku tidak setan apa yang merasukiku, tapi kumohon. Izinkan aku melakukannya kali ini"

Chup!

'?!!'
______________________________________
Alo... Aing kambek.. Maap klo kg jls, Chigo cuma g mau cerita ini mandek.

Slave//ChangKiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang