Chapter 5

50 8 2
                                    


   Rintihan hujan untuk yang terakhir kalinya, sebagai penutup musim hujan dan nantinya akan disambut riang oleh musim panas yang akan terjadi sampai tiga bulan ke depan. Bus yang kutumpangi mulai berjalan pelan dan akhirnya berhenti tepat di depan rumahku.

   Aku membayar uang ongkos dengan pas, tidah lebih dan tidak kurang, lalu turun dari bus. Aku berjalan lemas menuju rumahku, membuka pintu dan berseru salam. Mama terdengar menjawab salamku dari dapur. Aku naik ke lantai dua, berjalan dipaksa layaknya orang yang putus harapan.

    Aku melempar tasku tepat di tengah meja belajarku. Berbaring telentang di atas tempat tidurku. Aku mendongak ke atas dan mengingat-ngingat kembali kejadian perdebatanku dengan Nia. Masih tidak percaya dengan respon Nia yang menganggapku orang aneh, lebih tepatnya gila. Padahal, kami sudah saling kenal hampir sepuluh tahun, seharusnya kami saling mengerti satu sama lain. Aku menarik nafas dan mengeluarkan kembali, lega. Setidaknya hal itu bisa membuatku lebih tenang. Aku menoleh ke kanan, menatap foto diriku dan Nia saat berlibur di mesum sejarah. Difoto itu, kami terlihat bergaya alay dengan lidah menjulur keluar dan mata menyipit satu. Foto itu sedikit membuatku tersenyum heran. Mengingat kebersamaan kami yang begitu menggila, kenangan it uterus terniang dikepalaku hingga akhirnya aku tertidur pulas.

***

" Emily... cepat turun !! waktunya makan malam ! "suara Ayah yang berseru keras terdengar olehku, membuatku tersentak kaget. Aku berusaha membangunkan badanku, menggilas mataku yang sedikit gatal. Aku melihat jendela, yang tampaknya matahari sudah meninggalkan jalurnya dan diganti oleh terangnya rembulan. Sesekali kumelihat sekelilingku untuk memastikan tidak ada hal yang aneh disekitarku.

Tapi.....

Tunggu !!... aku melihat hal yang sangat janggal tepat di atas meja belajarku. Sesuatu bersinar terang tepat di atas meja belajarku. Aku tebangun dari dudukku, berjalan mendekati benda yang saat ini menerangi kamarku yang gelap. Tasku.

Yap, tidak salah lagi, ini tasku, cahaya itu keluar dari tasku. Aku mengambilnya dan melihat isi tasku, untuk memastikan sumber utama cahaya itu. Aku tersentak kaku, sesaat melihat bahwa sumber cahaya itu berasal dari buku yang berjudul Agartha yang kudapat dari gudang beberapa hari yang lalu.

Sejenakku terpaku membisu, mencoba mengutip buku itu dari dalam tas dalam keadaan merinding. Tanganku terus bergetar kuat ketika mengambilnya dari dalam tas. Mencoba berusaha kuat untuk mengangkatnya.

Kejadian aneh terjadi lagi, beberapa detik saat aku mengambilnya dari dalam tasku. Buku itu terbuka secara tiba-tiba, padahal tidak ada yang menyentuhnya. Buku itu membuka halaman kosong yang sebenarnya saat kubaca buku, halaman itu tidak pernah ada didalam buku itu.

Halaman itu bersinar lebih terang dibanding sebelumnya, yang sedikit membuatku silau melihatnya. Beberapa detik setelah itu, cahanya redup dengan pelan. Dan sedetikkemudian, cahaya itu muncul kembali dengan bentuk yang berbeda, seperti goresan dari pena. Cahaya itu mulai menggores halaman kosong itu dan membentuk tiga gambar.

Gambar pertama, berbentuk tangan yang terbentang lebar.
Gambar kedua, berbentuk lingkaran yang melingkari pergelangan tangan pertama.
Dan yang terakhir, berbentuk lingkaran yang melingkari jari manis gambar pertama. 

   Aku hanya menonton kaku yang dilakukan oleh cahaya itu, tanganku masih bergetar memegang buku aneh itu. Belum selesai sampai disitu, cahaya yang sangat terang sekali yang melebihi dari sebelumnya muncul dari salah satu ketiga gambar itu dan gambar itu adalah...

" Emily !! kamu tidak mau makan malam ya ?? "Ayah kembali memmanggilku dari lantai satu, menyuruhku turun. – " Sabar Yah !! "Aku mencoba meminta beberapa detik dan melihat buku itu.

The Secret World Of AGARTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang