"Pagi Dimas," ujar Putri sambil tersenyum.
"Eh, pagi juga Put, tumben masih pagi udah datang, hehe."
Putri terkekeh, merasa bangga mendengar pujian atau justru sindiran dari Dimas, teman yang selalu bersama dengannya sejak kecil.
"Haha, lo gak percaya, ya?" ucap Putri sambil duduk di samping Dimas. "Sama sih, gue juga gak percaya. Yah, mungkin gue lagi dapat hidayah hari ini."
"Eh, Mas. Tumben hari ini lo ganteng," Putri memandang wajah Dimas sembari tangan kirinya bertopang dagu.
Dimas yang sedang membaca komik kini beralih menatap Putri sambil menaikkan satu alisnya, "Tumben lo muji gue, tapi sorry gue lagi gak ada receh."
"Gelondongan juga enggak apa-apa kok Mas, hehe," Putri terkekeh. "Oh iya, Bang Dimas ganteng, btw lo udah ngerjain PR Fisika belum?"
"Tuh kan, kalo muji ujung-ujungnya lo pasti minta sesuatu sama gue, huft."
Dimas kemudian menyodorkan buku catatannya pada Putri sementara putri hanya tertawa renyah. Sahabatnya ini memang selalu bisa diandalkan.
Tanpa mereka sadari, seorang lelaki yang duduk dua kursi dibelakang terus saja menatap mereka tak suka. Benci? Mungkin iya.