5

8 0 0
                                    

Putri terus-terusan mengoceh sepanjang perjalanan merutuki kejadian tadi saat ia dan Enno dikunci.

"Gila tuh ya, Pak Juna. Pangkatnya doang Guru. Masa gue dikurung dalam ruangan sama Si Judes. Padahal kan kita berdua bukan muhrim," cerocos Putri.

Sementara Dimas hanya tersenyum mendengar sahabatnya itu mengoceh sepanjang perjalanan pulang. Mereka memang selalu berjalan kaki saat pulang sekolah, selain hemat itung-itung olahraga katanya. Tapi bagi Putri itu hanya akal-akalannya saja agar bisa berlama-lama dengn Dimas.

"Dan asal lo tahu, Mas. Si Judes itu ternyata beneran aneh deh. Dia itu sebenernya beneran pendiam atau agak--b*go?" Putri menautkan alisnya tampak ia begitu penasaran.

"Hush, lo itu kalau ngomong emang enggak pernah bener deh," Dimas memiting Putri dan tangan kirinya menjitak Putri pelan karena gemas.

"Aw, ampun Mas ampun," Putri meringis mencoba melepas lengan Dimas yang bertengger di bahunya.

Gimana gue enggak makin suka sama lo. Ngeliat lo sedekat ini ditambah senyum lo bikin gue terus berharap hal yang enggak mungkin.

"Eh, makan dulu yuk, pisang coklat," Dimas mengangkat sebelah alis sambil memamerkan deretan gigi putihnya.

"Uh, tau aja Bang Dimas kalo adek lagi laper. Makin love love deh adek, bang," goda Putri dalam mode alay-nya.

Putri kemudian muntah-muntah setelah berakting manja didepan Dimas. Sedangkan Dimas hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah Putri.

"Makanya, kalau enggak bisa manja ya enggak usah pake sok manja gitu. Nanti kalau udah dapat hidayah jadi anggun, baru deh lo boleh bergelayut manja. Tapi, enggak boleh sama yang lain ya, manjanya, sama gue aja."

Dimas tersenyum kembali merangkul pundak Putri, sementara Putri hanya menatap Dimas intens.

"Ogah."

Dimas kembali terbahak mendengar jawaban Putri, "Udah, mending kita makan dulu, yok."

*****

Putri merebahkan tubuhnya diatas ranjang, sampai ia ingat belum meng-chat Dimas.

Puput : Mas, thnx's ya, piscoknya 🍌🍫 😊

Keong mas : sip, besok gantian lo yang bayar ya 😋

Puput : ok ok. Tp jan byk" ya makannya ntar😂

Putri tertawa geli melihat emoticon Dimas, seharusnya emoticon itu hanya digunakan perempuan bukan laki-laki.

Putri kembali meletakkan benda pipih berwarna hitam itu di nakas. Ia kemudian bersiap-siap untuk segera menuju ke alam mimpinya.

Baru saja Putri memejamkan mata, tiba-tiba bayangan pria mengusiknya. Ia teringat wajah Enno yang sedang memberikan permen saat di ruang BK.

"Kok, malah dia sih yang muncul?"

Putri kesal. Karena tidak bisa tidur ia turun ke bawah untuk mengambil air minum.

Putri menenggak habis botol minuman dari kulkas, sampai suara seseorang menginterupsinya.

"Astaghfirullahal'adzim," ucap Andra sambil mengelus dadanya.

Putri mendecih menatal sebal kakak satu-satunya itu. Sementara Andra ikut membuka kulkas di samping Putri berdiri.

"Nyari apa lo?"

Andra kemudian memasang wajah kesal pada adik semata wayangnya itu, Putri memang susah sekali memanggil Andra dengan sebutan Kak atau Abang.

Andra mengambil apel dari dalam kulkas, ia menggigit apel sambil menatap Putri dengan wajah sebalnya.

"Tuh muka, biasa aja kali."

"Bodo." Andra kemudian duduk di sofa ruang tamu diikuti Putri yang duduk di sebelahnya.

"Kenapa lo belum tidur?" ucap Andra disela-sela kunyahannya.

"Ga apa-apa, lo sendiri?"

"Laper."

Hening.

"Gimana hubungan lo sama Dimas?"

Putri menatap Andra bingung. "Biasa aja."

Andra mengangguk. "Lo mau gue bantuin enggak?"

Putri terbelalak. Bisa gawat kalau abangnya yang satu ini ikut campur. Bukannya membantu yang ada dia malah mengacaukan semuanya.

"Apaan sih. Gue mau tidur dulu ah, bye," Putri mengangkat kelima jarinya dan berdadah pada Andra. Ia buru-buru menaiki anak tangga dan berlari kecil ke kamarnya.

Sementara Andra hanya menggeleng, selalu saja adiknya itu menghindar saat membahas topik yang membuatnya begitu lamban.

AldriennoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang