Tujuh

2.1K 257 21
                                    

Aku merasa seperti ada sesuatu yang hilang. Entah itu apa, yang jelas rasanya sangat menyakitkan.

*****

Pagi hari menjelang siang, terlihat seseorang masih bergelung di balik selimutnya dengan napas beraturan. Sebentar-sebentar keningnya berkerut, lalu setelah itu keningnya kembali seperti semula. Tidak lama, orang tersebut menggeliat di atas kasurnya dengan tangan meraba-raba nakas yang terletak di samping kasurnya. Ia mengambil jam digital lalu beberap detik kemudian ia berteriak kaget sembari melempar jam tersebut ke sembarang arah.

"Huaaaa gue terlambaaaat!!!!"

....

....

....

Kinal memberengutkan wajahnya tidak terima pada kenyataan bahwa ia harus berjemur di lapangan sampai pelajaran selesai nanti. Kinal mendengus lalu membungkukkan tubuhnya karena lelah. "Aduuuh, Ibu saya capek nih!" Teriak Kinal.

Bu Saktia, guru Matematika Kinal di SMP yang kini diangkat menjadi guru Matematika di SMA di mana Kinal bersekolah tersenyum sambil menaik-turunkan alisnya. Kinal semakin memberengutkan wajahnya. "Kenapa Ibu lagi Ibu lagi sih? Udah kayak grup aja, Bu." Gerutu Kinal.

Bu Saktia bersedekap dada menatap Kinal penuh kemenangan. "Akhirnya, setelah saya ngajar kamu tiga tahun di SMP, kali ini saya bisa hukum kamu, hahaha." Kata Bu Saktia sambil tertawa girang.

Kinal memutar bola matanya malas. "Bu," panggil Kinal. Bu Saktia menatap Kinal dengan tatapan bertanya. "Ibu tau 4L gak?" Tanya Kinal.

Bu Saktia mengerutkan keningnya lalu ia menggeleng tidak tau. Kinal terkekeh. "4L itu, LO LAGI LO LAGI. Alias, saya bosen sama Ibu!" Teriak Kinal lalu setelah itu ia menjulurkan lidahnya meledek Bu Saktia.

"Ooh begitu," Bu Saktia mengangguk-nganggukan kepalanya lalu dengan cepat berjalan ke arah Kinal. Ia melepas sepatu pantofel yang ia kenakan lalu memukuli bokong Kinal berkali-kali. "Kamu ya, kalau nggak di kasih pelajaran makin ngelunjak, rasain nih!"

"Aduh, Bu! Ampun Bu! Ye elah Bu, pantat saya nggak ada garansinya nih!" Teriak Kinal sambil menghindari pukulan dari Bu Saktia.

"Eleh kamu kira apaan pake ada garansi segala." Bu Saktia menjitak kepala Kinal gemas lalu setelah itu ia kembali memakai sepatunya. "Puas Ibu hari ini hukum kamu."

Kinal mengusap bokongnya sambil mengerucutkan bibirnya. "Pantat saya kan juga benda Bu, benda hidup malah." Gerutu Kinal. "Emang Ibu mau saya bales?"

Bu Saktia berkacak pinggang lalu ia menggelengkan kepalanya. "Kamu ya, dari dulu nggak berubah. Ngejawab mulu kerjaannya."

"Kan saya pernah bilang, kalo orang ngomong ya dijawab. Emang Ibu mau kalo lagi ngomong nggak dijawab? Dicuekin? Nggak mau kan?" Jelas Kinal yang langsung membuat kepala Bu Saktia mengangguk. Bu Saktia mengerjap lalu menatap Kinal tajam.

"Lho, saya bener Bu. Coba aja nanti Ibu wawancarain siapa kek gitu, tanya, enak gak dicuekin. Pasti pada jawab enggak." Kata Kinal lalu setelah itu ia mengambil tasnya. "Udah ah, saya capek. Saya mau ke kelas dulu, bye!" Pamit Kinal lalu setelah itu ia berlari meninggalkan lapangan.

"Heran gue, ngapa tu guru bisa dideportasi kemari ya? Hmm, kalo Bu Natalia di deportasi kesini kayaknya enak juga nih. Bilang ah ke Bu Frieska." Ujar Kinal memutar arah kembali turun ke lantai satu. Ia berjalan menuju ruang Kepala Sekolah sambil bersiul.

Friendzone [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang