Horror #17 : Don't ever let them in

238 15 0
                                    

•“Don’t ever let them in.”•

Source : Creepypasta

Aku takut sekali gelap, tetapi nenekku sangat bertolak belakang; dia menyukai dan menikmati sekali gelap, bahkan nenek menutup hampir semua jendela di rumahnya dengan tirai berwarna hitam kelam dan menyisakan sedikit celah yang terbuka. Nenek akan membuka tirai-tirai itu pada waktu-waktu tertentu, seperti kunjungan keluarga atau acar-acara penting lainnya.

Ketika masih kecil, aku adalah anak yang hiperaktif. Ibuku sering kesulitan dalam mengatasiku, sementara ayah tak jauh berbeda - beliau sering menakut-nakutiku dengan hukuman kalau aku bertindak nakal. Karna kewalahan, orangtuaku sering menitipkanku di rumah nenek jika mereka sedang menginginkan suasana weekend yang tenang.

Aku sangat menyanyangi kakek dan nenek seperti orang tua ku sendiri, dan aku hanya akan menjadi anak yang manis ketika ada nenekku saja.

Aku masih dapat mengingat dengan jelas bagaimana aku bermain-main dengan kakek dan paman Owen dalam gelap. Kami punya permainan spesial, seperti semacam petak umpet - hanya saja permainan ini dapat dilakukan jika rumah dalam keadaan sangat sunyi dan gelap. Jadi, dalam permainan itu, yang kalah akan mencari peserta lainnya dengan cara meraba-raba dan kemudian menerka siapa mereka. Wajah kakek dan Paman Owen bersinar dalam kegelapan - sinarnya tak terlalu terang tapi mata mereka yang juga bersinar redup, selalu dapat menembus tebalnya kegelapan. Walau begitu, aku bisa dengan mudah menemukan mereka. Hal itu pun melatih penglihatanku menjadi sangat baik dalam kegelapan, sampai sekarang.

Seingatku, nenek banyak menghabiskan waktunya di rumah - memasak dan membuatkanku kue, membersihkan rumah, sampai menyiapkan tempat tidur untukku saat malam hari. Ruangan selalu akan terasa lebih hangat jika nenek berada disana. Nenek juga dapat meleburkan semua ketakutan, walau dalam keadaan gelap sekalipun. Makanya aku selalu meminta kakek dan paman Owen bermain permainan spesial kami di ruangan tempat nenek berada. Kakek dan paman Owen selalu setia menemaniku bermain dari usiaku masih sangat kecil sampai menjelang 8 tahun.

Aku sangat takut kalau tidur dalam gelap, tapi hal itu tentu saja tidak jadi masalah jika aku tidur bersama nenek. Dengan memeluk tubuh hangatnya aku tak pernah merasa takut, bahkan aku bisa mengabaikan sosok-sosok asing yang terlihat memenuhi ruanganku dan mengelilingi tempat tidurku.

Sosok-sosok itu hanya datang jika gelap. Mereka tidak akan pernah datang jika ada sedikit saja cahaya dan mereka hanya akan muncul di kegelapan yang pekat tanpa cahaya lampu dan tanpa jendela di suatu ruangan.

Nenek menyebut mereka 'outcast (yang terbuang)'. Kata nenek, mereka adalah teman ataupun keluarga, dan orang-orang terdekat lainnya yang ingin kembali ke dunia mereka sebelumnya, yaitu dunia yang ditempati kita - orang-orang yang masih hidup - sekarang. Nenek selalu mengajarkan dan mengingatkanku terus menerus untuk tidak mengizinkan mereka kembali.

Saat itu, kami sedang berbaring di tempat tidur; kepalaku terbenam di pelukannya yang hangat, ketika nenek memberitahuku tentang mereka. Sementara itu, kakekku mendengkur di belakang kami. Saat aku menoleh pada kakek, ku lihat wajahnya bersinar di kegelapan dengan kulit putihnya yang bahkan terlihat lebih jelas dari punya nenek.

“Kau bisa melihat perbedaan pada wajah mereka,” kata nenek. “Kebanyakan dari mereka mempunyai wajah yang berwarna lebih gelap, tapi itu tidak bisa selamanya jadi jaminan benar. Jika kau ingin meyakinkannya, maka kau harus melihat mata mereka. Jika mata mereka sama gelapnya dengan wajah mereka, dengan kata lain bersinar redup, itu tandanya mereka berada di sisi yang salah; mereka sudah meninggal dan kau seharusnya tidak mengizinkan mereka kembali seberapapun kau merindukan mereka.”

“Jadi mereka tak bisa masuk?”

“Mereka tak bisa masuk, kecuali kau yang mengizinkannya.”

Scared : The Book Of HorrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang