PROLOG

223 13 5
                                    

RAINCOAT

Awan abu abu tampak menggumpal di langit yang mendung.Angin mulai berhembus kencang,membawa udara dengan suhu dingin.Dedaunan kering terseok seok di terjang hempasan angin.Matahari menyembunyikan dirinya di balik kemelut awan mendung.Tak mampu mempertahankan airnya,tumpahlah tetesan tetesan itu ke bumi.Membasahi tanah yang sedang menantikannya,meminumi para tumbuhan yang kehausan dan kekeringan.Semua kegersangan di ganti oleh kesemian lagi.

Kaca kaca jendela mengembun karena suhu yang tadinya panas menjadi dingin.Kaca jendela itu mengeblur,hanya percikan percikan hujan saja yang terlihat menempel pasrah lalu mengalir ke bawah.Keinginan otak menggerakkan jari telunjuk di kerjakannya.Di tulisnya di kaca itu huruf demi huruf yang ia ingat.Matanya sendu.Seakan menginginkan apa yang di tulisnya terwujud di depannya.Tak mampu berkata kata,hanya matanya yang kini berkaca kaca.Hembusan angin serasa membawanya kembali ke masa sebelumnya.

###

Beramai ramai para siswa berdatangan ke ruang tengah.Disana mereka akan mendapatkan jatah makan siang mereka.Mereka berjalan dengan cepat,ada yang santai santai saja,biasa biasa saja,buru buru sekali,dan... yang satu ini sedikit berbeda dari yang lainnya,berlari.

Dibarisan paling belakang,atau terbelakangnya dari yang  paling belakang (jangan di bayangkan jika tak ingin bingung) Suara derap langkah kaki yang berlari terdengar jelas di antara lorong lorong yang sepi yang telah mereka lewati (ini bukan seperti yang di film film horror).Suara nafas berderu deru seperti mesin yang kekurangan bahan bakar,keringat bercucuran,rambutnya berterbangan terbelai belai.Dia berlari,terus berlari sampai tiba di belokan lorong dan mengurangi kecepatan larinya.Berhenti sesaat sebelum memasuki ruangan itu.Dia meredakan jantungnya yang bergemuruh dan nafasnya yang tersengal sengal.

Kemudian berjalan,mengambil salah satu penampan yang sudah berisi piring penuh makanan.Mencari tempat duduk sambil berjalan dengan sedikit cepat.Tiba tiba,terdengar suara memanggil namanya dari belakang.Ia pun segera membalikan badan menuju suara itu.

“Riel.....Di sini....” sambil melambaikan tangannya.

Temannya menyambutnya dengan antusias,dan bertanya,

“Mengapa kau telat?” tanya Claire,yang hanya di jawab dengan senyuman cengengesan saja olehnya.

“Sebaiknya kau tak perlu terburu buru seperti itu...
Lagipula,kau sudah terlambat,tak ada gunanya kau berlari juga” seperti biasanya,Arly memberi saran yang menjengkelkan.

“Dan setidaknya,dirimu tidak melupakan sesuatu.”

Baru ia teringat,objek penelitiannya belum di simpan ke tempat khusus.Cepat cepat ia berdiri dan mengambil ancang ancang berlari.Temannya sudah memperingatkan padanya agar tidak terlalu terburu terburu.Ceroboh.

Saat berbalik badan hendak berlari,seseorang di tabraknya dengan keras sampai terdengar suara piring pecah di ruang itu.Dia menjadi pusat perhatian semua siswa yang ada dalam ruangan itu.Sisa sisa makanan itu berceceran di atas lantai.Bukan hanya lantainya saja yang kotor,tapi seragam sekolahnya dan orang yang di tabraknya itu lebih menjijikan di banding lantai itu.

Lebih baik dia membersihkan semua toilet di sekolah itu,dari pada dia harus menerima hukuman dari orang yang di tabraknya.

“Maafkan aku,aku benar benar tidak melihatmu dibelakngku....”

Sementara orang itu hanya bersikap dingin dan menatapnya tajam.

“Kau,penyebab masalah.” Katanya lirih dan berlalu begitu saja meninggalkan dirinya yang akhirnya di tertawakan oleh sebagian siswa.

***

Hari sudah mulai petang,di tambah hari ini sudah masuk penghujung musim semi,air akan sering jatuh membasahi bumi.Tak lama kemudian,tetes tetes air hujan pun mulai turun.Dan pasrahlah Avrion karena hujan itu.

Kali ini ia tidak di jemput pengasuhnya atau membawa motor sendiri,dia tidak tahu bahwa hari ini ada tambahan pelajaran dari akademi militer di kelasnya.Menyebalkan,benar benar menyebalkan.Jam segini mana ada angkutan umum.Sudah tak membawa jas hujan,kedinginan,sendirian lagi.Bertambah tambah penderitaannya hari ini.Sudah jas sekolahnya kotor,ia pun harus rela melepasnya.

Dari balik gerbang sekolah,terdengar suara cipratan air yang di injak oleh sepasang kaki.Tapi ia tak menghiraukannya.Dan terkejutlah ia saat melihat perempuan yang tadi menabraknya kemudian berdiri di sampingnya.

“Kau juga belum pulang?” tanya Azriel padanya.

“Bukan juga,tapi memang belum pulang.” Jawabnya sedatar mungkin.

Azriel tahu ini tak akan baik.Tampaknya si Avrion itu tidak membawa jas hujannya,atau terlupakan olehnya,atau mungkin memang tidak punya,atau ... di pinjamkannya pada orang lain lalu tidak di kembalikan,atau... mungkin hilang,atau...mungkin dipinjamkan pada orang lain lalu belum di kembalikan,atau juga ... jas hujannya ia jual?? (namanya juga dugaan)

Riel mengambil sesuatu dari tasnya dan menyodorkan sebuah lipatan warna biru pada Avrion.

“Jangan hanya di pandangi saja!,apa kau tak menginginkannya?! Ambilah,”

Avrion bukannya tak mau mengambilnya,tapi ia sedikit gengsi pada perempuan itu.

Dia ingin menolaknya,tapi bagaimana caranya dia pulang nanti.Terjebak dalam pemikirannya sendiri ,lalu di kejutkan suara klakson mobil sedan dari seberang jalan.Dan supirnya memanggil Azriel dari seberang itu walau suaranya agak hilang terbawa angin hujan.

Azriel memberi pilihan untuknya.

“Terima jas hujan ini,atau kau ikut pulang denganku?”

Avrion mengambil jasnya dan memakainya.

Lalu Azriel berlari masuk ke dalam mobil itu dan Avrion berlari pulang ke rumahnya.

Di pikirannya,Azriel itu memang ceroboh tetapi dia orang yang baik,tidak memandang siapa yang di tolongnya.

Begitupun dengan Azriel,Avrion tampak menindas dirinya,tapi saat melihat ia dalam keadaan sulit,hatinya meronta ronta untuk menolongnya.

###

Hembusan hembusan udara dingin serasa menusuk tulang.Dingin yang ia rasakan ini tidak seberapa dengan dingin yang membekukan dirinya dan masa lalunya.Semuanya tersimpan jelas dalam ingatannya.Semua masa lalunya mati pucat karena kedinginanya pada orang orang terkasihnya.

Dia masih menatap langit yang mendung,berharap hujan segera reda,dan berharap batinnya bisa menghentikan tangisnya yang terus menerus tanpa terlihat.Menyesali semua yang pernah terjadi dalam kisahnya.Kisah yang tidak luar biasa tetapi membuatnya sadar akan betapa berharganya orang orang yang ia remehkan,betapa sakit rasanya jika tidak di pedulikan dan betapa sulitnya menjaga perasaan dalam keadaan yang tidak memungkinkan.








@Story2017

Bagaimana para pembaca??(kek ada yang baca aja😌) Apa sudah ada gambaran gambaran untuk cerita selanjutnya??
Coment ya,yang sempet baca atau cuma mampir sekilas.

ALUCARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang