Setelah 10 jam berada di dalam pesawat akhirnya mendarat juga Azriel.Ia langsung di sambut ratusan orang yang sama sekali tidak di kenali.Dia melihat orang orang itu membawa sebuah papan yang bertuliskan nama seseorang.Ada yang sambil melambaikan tangannya kepada para penumpang yang turun,ada yang langsung menjemputnya,ada yang menangis—terharu mungkin—dan ada juga yang langsung memeluk.Tidak heran ia menyaksikan hal seperti itu.Dia pun berjalan masuk ke dalam bandara itu sambil membawa tasnya.Dia tidak melihat siapapun atau apapun yang akan menjemputnya.Bahkan tanda tandanya pun tak terlihat.Akhirnya ia berjalan lagi sampai ke pintu keluar bandara.Dipikirnya,mungkin paman dan bibinya menunggunya di luar sana.
Akhirnya iapun berjalan keluar dari bandara itu.Sampai di halaman bandara,hujan deras segera mengguyur kota itu.Dia langsung terhenti di sana.Langit berubah gelap walaupun hari masih siang.
Oke,sekarang ia seperti orang hilang.Berdiri sendirian dengan tas besar di sampingnya,tanpa tahu apa yang harus ia lakukan.
Dia mengambil ponselnya dari saku blazernya.Ia mengusap layar ponsel itu.Lalu lima detik setelah itu,terdengar bunyi panggilan.
“Halo...Riel apa kau sudah sampai?” Tanya seseorang yang meneleponnya.Lalu segera ia jawab.
“Oh,ini..sudah.Tapi di sini sedang hujan lebat.Aku juga tak melihat ada angkutan umum.taksi misalnya.Dan juga aku tidak tahu seperti apa muka paman dan bibiku,aku tidak jelas mengenai mereka.Oh,ya...dan ini kali pertamanya aku ke sini.Jadi aku tidak tahu apa yang ak-“
“APA?!! Suaramu tidak kedengaran......”
Hhhh....padahal aku sudah panjang lebar berbicara.
“DI SINI HUJAN LEBAT,AKU TIDAK TAHU APA YANG HARUS AK—“
JGUUARRR!!!!
Suara guntur menggelegar seantero alam.Dengan segera aku pun memejamkan mataku kaget dan segera menutup kedua telingaku dengan kedua telapak tangan ku.Ponsel masih ku genggam dan terdengar suara memanggil dari sana.
“RIEL...HALLOOO..APA KAU MASIH DI SITU,”
“Bu,di sini sedang hujan lebat sebaiknya sekarang kirimkan padaku alamat rumahnya,Lewat email,sms,bbm atau line...aku tun---“
KLUNG..KLUNG...KLUNG....
Dan disitu langsung terbentuk tulisan berwarna merah dengan tanda seru di akhir kalimatnya.
BATTERY LOWER !!
Sial! Sial! Sial! Umpat hatinya.Dia tak bisa menghubungi siapapun sekarang.Ia kesal dengan ponselnya itu.Ia langsung menghujam seribu kritikan pada ponselnya yang sudah tak bernyawa,eh..maksudnya sudah mati.
Dia merutuki dirinya sendiri dan mengutuk ponselnya habis habisan.Rasanya ia ingin melempar dan membuangnya saja,tapi sayang,ponsel itu banyak menyimpan kenangan dan dokumen pribadinya.
Kalau ia buang begitu saja dan nantinya ponsel itu ternyata masih hidup bagaimana?Apa lagi dia sama sekali tidak pernah mengunci ponselnya.Kalau sampai ada orang yang membuka buka ponsel itu,lalu menemukan dokumennya.....Haa!! tidak tidak tidak,kacau profil dirinya nanti.
Tidak ia sangka nasibnya akan sesial ini.Sudah di negeri orang,tidak kenal siapapun,tidak tahu apapun tentang kota itu,ponselnya mati,hujan pula.Aduh,bertambah tambah penderitaannya.Sungguh malang nasibnya.
Satu jam berselang.....
Hujan mulai mereda.Kini hanya rintik rintik gerimis saja.Ia memutuskan untuk mencari telepon yang biasanya ada di tepi tepi jalan (author gak tahu itu namanya apa).Ia berjalan ke depan.Menengok ke kanan dan menemukan cafe kecil di sana.Dia akhirnya menuju ke sana,sekalian saja mengisi perutnya yang mulai kelaparan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALUCARD
FantasyDendam dan benci yang telah tertanam lama tak bisa ditahan lagi.Kegelapan dan kedinginan menjadi simbolnya.Masa lalunya pucat karena dirinya bagaikan es yang tajam dan beku. Kisah yang tidak luar biasa tetapi membuatnya sadar akan betapa berharganya...