Azriel masih terus berlari di lorong lorong sekolah yang tampaknya masih sepi.Ia melihat pergelangan tangannya,
16.39
"Jam segini juga belum pulang? Huaa....Claire lama sekali,aku sendirian lagi.Haduuh...aku butuh ketenangan kalau seperti ini."
Dia celingukan mencari tempat yang cocok buat menenangkan suasana hati dan pikirannya yang tak karuan.
Dia tidak menemukan tempat itu,tapi dia menemukan sebuah tangga.Mungkin tangga itu akan membawanya ke tempat yang sedang ia cari.Azriel pun berjalan menaiki tangga itu tanpa ragu dan takut.
Dia berjalan semakin ke atas.Dia juga mendengar suara suara hembusan angin yang pelan.Dia terus menaiki tangga itu hingga sampailah dia ke rooftop gedung sekolah itu.
Begitu ia menginjakkan kakinya disana,ia disambut sinar jingga dari sang matahari.Matanya memandang ke sekeliling,sepi dan damai.Tidak ada siapapun dan benda apapun yang ada di situ.Jadi,kemungkinan jika ada makhluk lain yang datang ia bisa langsung tahu.
Dia berjalan menuju tepi rooftop itu.Dia memajukan kepalanya dan melihat semua pemandangan yang ada di bawah dari atas."Ngeri juga melihatnya dari sini.Kalau aku terjatuh sudah dipastikan badanku akan hancur.Hiiii....." Batinnya.
Pikirannya mulai dihantui kengerian lagi.Ia pun cepat cepat memundurkan tubuhnya dan menjauhkan diri dari tepi yang mengerikan itu.
Dia berniat untuk duduk bersila sambil menikmati pemandangan sore yang memanjakan mata itu.Ia melipat satu kakinya,sebelum ada yang menepuk bahunya.
"CIAAAT...." Dia langsung ambil kuda kuda jurus terampuhnya.Namun,posisi kakinya yang tidak sesuai itu membuat kakinya terkilir sempurna sampai terdengar nunyi tulang retak.
"Aduuuh...." Dia mengatakannya sambil terduduk.Dia mengelus elus pergelangan kakinya yang terkilir tadi.
"Kamu ngapain ke sini?!" Tanya seseorang yang pergerakan dan ekspresinya berbeda dengan apa yang dia tanyakan.Ia mengatakannya sambil berjongkok di depan Azriel dan menyentuhkan tangannya ke pergelangan kaki Azriel yang tampak sedikit memar.
Azriel tak menjawabnya.Dia hanya diam melihat orang itu memegang pergelangan kakinya yang terkilir.Seseorang itupun bertanya kembali,
"Hey! Apa kau tak mendengarku!?" Kini nada bicaranya jadi lebih ketus daripada yang tadi.
"Iya,aku mendengarmu.Kamu sendiri ngapain ke sini?!" tanya Azriel balik.
Seseorang itu tidak menjawabnya.Membuat hati Azriel kesal saja,sudah membuatnya kaget,kini giliran dia yang tidak menjawab pertanyaan dari Azriel.Kalau diperhatikan secara seksama,seseorang ini sama dengan laki laki yang tadi ada di kantin bersamanya.
Tunggu,tunggu.....tunggu dulu.....Azriel mencoba mengingat namanya.Pokoknya namanya itu paling panjang sendiri,iya paling panjang padahal itu nama panggilan.Kalau tidak salah,tunggu,tunggu,tunggu dulu.....biarkan Azriel menebaknya.Ya! Kini dia ingat,Standard! Eh,bukan bukan...Stanford maksudnya.
Nalurinya berkata ia harus mengucapkan namanya sekarang.
"Stan-ford....." Suaranya lirih dan hampir tak terdengar sama sekali karena bersamaan dengan hembusan angin yang menerpa wajah dan rambutnya.
"Apa!?" Dia tak sengaja menatap manik mata indah Azriel.Membuatnya sedikit terpana dengan pancaran cahayanya.
Azriel merasa canggung dengan situasi ini.Apalagi yang ada dihadapannya adalah lawan jenisnya sendiri.Dia segera memalingkan muka dan berusaha untuk berkata.
"Sorenya indah ya...Sebentar lagi mau sunset," Katanya yang kini beralih menatap sinar jingga kemerahan di langit sebelah barat.
Membuat Stanford tersadar bahwa dia telah menatap gadis di depannya ini terlalu lama,dia juga baru menyadari kalau ia merasa pipinya memanas.Ia cepat cepat berdiri.Lalu mengikuti arah pandang Azriel.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALUCARD
FantasyDendam dan benci yang telah tertanam lama tak bisa ditahan lagi.Kegelapan dan kedinginan menjadi simbolnya.Masa lalunya pucat karena dirinya bagaikan es yang tajam dan beku. Kisah yang tidak luar biasa tetapi membuatnya sadar akan betapa berharganya...