eight and end

681 114 11
                                    

7. Congrats! Kau berhasil melewati keenam rencana tersebut dengan baik. Dan inilah saat yang ditunggu-tunggu. Kau sudah menyusun segala rencanamu, kan? Saatnya kau memberanikan diri untuk menyatakan perasaanmu pada si crush. Semoga berhasil!

"Hoah...." Pearl jatuh terbaring di atas kasurnya. Dugaannya benar-benar terjadi-setidaknya ia tak perlu begitu terkejut. Melirik ke arah jam dinding, dengan cepat ia mengambil tasnya yang nyaris penuh, lalu keluar kamar.

Ia tak mendapati keberadaan Ibunya, hingga sesampainya di dapur, tak satupun makanan tersedia. Disitu Pearl teringat akan ucapan Ibunya kemarin, menghela nafas kemudian ia memilih untuk melangkahkan kaki keluar rumah.

°°°

Ini waktu yang sangat mengerikan bagi Pearl. Pasalnya beberapa detik lagi bel sekolah pertanda istirahat akan berbunyi, itu artinya ia akan segera menyatakan perasaannya. Pearl benar-benar tak sabar-antara rasa senang dan ingin cepat mengatakannya.

Tiiiit. . . .

Seluruh anak kelas menghambur keluar, tapi tidak dengan Pearl. Ia menunggu beberapa menit agar seisi kelas sepi, lalu dengan cepat membawa tasnya ke punggungnya, kemudian berlari mengendap-endap menuju tempat favorit Louis. Pastinya ia sedang berada di balkon kemarin.

Pearl tersenyum ketika ia sudah berada di atas, dari balik tembok, ia melirik Louis yang sedang berdiri dengan kedua tangan yang saling bertumpu pada pagar balkon. Belum apa-apa, pipi gadis dungu itu memerah. "Oke, kau bisa, Pearl. Lakukan! Waktumu hanya 15 menit saja, Pearl cantik. Lakukan!"

Kemudian, kedua tangannya dengan sigap menarik tasnya lalu membuka resletingnya. Setelah terbuka, di ambilnya mobil-mobilan yang kemarin ia beli beserta remote control-nya. Tak lupa pula ia memastikan agar perekam suara yang sudah ia rekatkan, benar-benar merekat. Merasa belum puas, ia menyelipkan secarik kertas yang tadi malam ia buat untuk Louis, dan menaruhnya tepat di antena mobil tersebut, sehingga membentuk seperti bendera.

Pearl mendesah lega kemudian berdiri. Seluruh tubuhnya mendadak dingin dan bergemetar-tak terkecuali kedua tangannya. "Tuhan, berkati aku. Satu. . . Dua. . . Tiga. . ." Detik itu pula mobil-mobilan tersebut bergerak dan berjalan sesuai arah yang Pearl atur dari remote control-nya.

Mobil itu semakin lama semakin mendekat dengan Louis. Menyadari ada sebuah bunyi aneh, Louis menoleh dan mendapati mobil tersebut tepat berdiri di belakangnya. Secarik kertas yang Pearl rekatkan, bergoyang-goyang searah arusnya angin.

Kedua alis Louis mengkerut. Butuh beberapa waktu yang cukup lama, barulah ia berjongkok dan menyentuh mobil tersebut. Tiba-tiba perekam suara itu berbunyi saat Louis menggenggamnya, namun dengan cepat ia menaruh kembali mobil itu dan mulai mendengar isi dari rekaman suara tersebut.

Uhm, uhm. Aduh, hahaha. Aku tak tahu harus mulai dari mana, tapi. . . kumohon kau jangan ilfeel padaku, ya. Jadi, Lou. . . yah, selama ini aku telah mengikuti 7 aksi yang membantuku untuk bisa dekat denganmu. Meski tak sedekat yang kubayangkan, tapi begini saja aku bersyukur, Lou.

Maaf sebelumnya aku lancang menganggu waktu istirahat mu, Lou. Aku hanya ingin mengungkapkan apa yang harusnya aku ungkapkan. Helaan nafas Pearl terdengar begitu jelas. Aku sudah merubah penampilanku, Lou. Aku merelakan waktu makanku hanya untuk memikirkanmu, kemudian aku juga menghabiskan waktu belajarku untuk membaca buku panduan-uhm, yang kugunakan untuk mendekatimu.

Aduh, Lou. Kau pasti marah denganku, tapi-aku benar-benar ingin dekat denganmu, Lou. Aku menyukai segala hal dalam dirimu. Saat itu Pearl berlagak ingin muntah tatkala mengucapkannya. Seperti senyummu, caramu membelai rambutku, menyentuh pundakku. Agrh-aku menyukai semuanya.

Dan terakhir yang perlu kau tahu, Lou. Aku rela memecahkan tabunganku hanya untuk membeli mainan ini, yah, setidaknya aku ingin memberikan yang terbaik untukmu. Karena-uhm, Lou. . . lanjutan dari ucapanku ini bisa kau baca pada secarik kertas yang ku tulis. Uhm, yeah, uhm, oke sampai jumpa.

Louis mengerutkan dahinya heran, benar-benar heran. Namun perlahan demi perlahan tangannya bergerak mencabut secarik kertas dari antena mobik tersebut lalu membacanya.

Aku mencintaimu, Lou.

Maukah kau menjadi pacarku?

Pearl Herbeight.

Saat itu pula langkah kaki terdengar membuat Louis menengadah, matanya menangkap sosok Pearl sedang berjalan ke arahnya. Pun Louis berdiri. Pearl menundukkan kepalanya malu, dari balik punggungnya ia membawa sebuah bunga juga coklat yang akan ia berikan pada Louis.

Sampailah Pearl di ujung rencananya. Ia berdiri tepat di hadapan Louis. Angin berhembus kencang membuat rambutnya beterbangan. Pun dengan hati-hati Pearl mendongak menatap mata Louis yang sayu. "Lo-Lou?" Panggil Pearl pelan.

"Hm?" Gumam Louis seraya tersenyum dan melirik ke arah mobil Pearl, membuat Pearl terkekeh kecil-begitupun dengan Louis. "Kau yang melakukan hal ini, Pearl?"

"Y-ya. Uhm, Lou. Aku ingin jujur padamu sekarang juga bahwa aku memang sangat mencintaimu, benar-benar mencintaimu. Dan, apakah kau ingin menjadi... Kekasihku? Uhm, oh, ya, ini untukmu..." Pearl mulai mengeluarkan kedua tangannya dari balik punggungnya, dan memberikan bunga serta coklat tadi pada Louis dengan pelan. Setelah itu ia menunduk menunggu respon Louis.

Tak ada sambutan tangan yang Pearl terima, jadi dia kembali mendongak menatap Louis yang menghela nafas. Perlahan namun pasti, tangan Louis mendorong bunga tersebut kembali pada Pearl. Disitu Pearl tersenyum kemudian terkekeh kecil. Ia tak ingin menyangkal bahwa itu adalah tolakan. "Uhm, hahaha. Meski hanya bunga mawar yang bisa kubeli serta coklat murahan ini, aku berharap kau mau menerimanya, Lou." Ucap Pearl sembari tersenyum.

Dengan sekuat tenaga menahan rasa malu, ia kembali terkekeh. "Hehehe, Lou? Ba-bagaimana?"

Dengan wajah yang menyorotkan rasa bingung yang amat. Louis menjawabnya. "Maaf, Pearl. Tapi aku tak ingin berpacaran."

Tak ada yang bisa Pearl ucapkan kembali. Matanya tertuju pada bunga dalam genggamannya, seperti ada ratusan anak panah yang menusuk dalam hatinya, membuatnya tak sanggup menahan rasa pedih tersebut. Jadi, reaksi Pearl yaitu kembali terkekeh. "Hehehe, kau-uhm-ini untuk hadiah ulang tahun adikmu kok, Lou. Ya, untuk adikmu." Ujar Pearl lalu menyodorkannya pada Louis lagi.

Louis tersenyum dan perlahan meraih bunga tersebut. "Untuk adikku?" Tanya Louis. Pearl mengangguk berusaha menahan air matanya. "Terima kasih, Pearl."

Dengan itu air mata Pearl tumpah seketika, membuat Louis mendadak terkejut. "Pearl? A-ada apa?"

Pearl tersenyum dan menghapus air matanya cepat. "Ti-tidak. Aku bahagia karena adikmu berulang tahun. Sa-sampaikan salamku padanya, Lou. A-aku-huh-ya, terima kasih, Lou." Perlahan Pearl mengambil secarik kertas tadi dari tangan Lou dan menggulung-gulungnya cepat. Setelah itu ia melemparkan gumpalan kertas itu ke sembarang arah. Dengan begitu runtuhnya harapan Pearl terbuang jauh bersama secarik kertas itu.

"Pearl, kau tak apa?" Tanya Louis heran.

Pearl tersenyum sebentar lalu menatap Louis dengan pandangan kecewa. "Apa air mata ini belum cukup menggambarkan kekecewaan dalam diriku, Lou? Hahaha, tak apa. Ya, aku tak apa. Aku pergi, Lou." Setelah itu Pearl berbalik dan berlari meninggalkan Louis di tengah kencangnya angin yang berhembus.

Louis yang menatap punggung kecil itu berlari, terdiam beberapa saat meratapi akan apa yang barusan terjadi. Perlahan ia mendesah. "Pearl, kau harus tahu bahwa aku tak ingin jatuh cinta pada siapapun. Namun setelah kau menyatakan perasaanmu padaku, aku akan berusaha untuk membalas semuanya." Ujarnya pelan lalu mencium sepucuk bunga mawar tersebut. "Tapi tidak untuk sekarang." Dengan itu ia berjalan meninggalkan balkon dan menuju kelas. Sebelum turun, ia melirik tong sampah, seketika itu juga mawar pemberian Pearl ia buang. "Maafkan aku, Pearl." Kemudian Louis berlari menuruni tangga.

Tak jauh dari situ, Pearl mengintip dari balik tembok. Pun pertahanannya seketika runtuh, ia jatuh terduduk dengan linangan air mata. Benar-benar kecewa.

======
Hella. Gue tau ini abstrak banget nget nget tan abis gue buntu, seriusan. Yaudahlahya udah terlanjur. Gue malas baca ulang jadi kalau ada typo mohon dimaafkan ya:")

Yang penting cerita ini udah berakhir, akhirnya. Next epilog yaps:"

seven actions ❄ l.tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang