Malam itu, sesuai usul Arman, mereka mengadakan pesta barbeque di halaman villa. Arman tersenyum ketika melihat Damar sibuk bermain dengan Aryan, sementara Ryan dan Dhika sedang memanggang daging dan yang lain tampak mengobrol sambil menyiapkan makanan di meja. Tak jauh dari Damar, Anna tampak menatap Damar lekat.
Tadi pagi, ketika Anna kembali bersama Damar yang sudah kuyup pakaiannya, tak ada yang bertanya meski mereka semua penasaran. Sepeninggal Anna tadi, Arman sudah mengatakan pada Dhika, apa yang sebenarnya terjadi antara Anna dan Damar di sekolah. Dhika seketika merasa bersalah pada kedua anak itu.
Dhika bahkan tadinya berniat menjauhkan Anna dari Damar, tapi Prita mencegahnya. Jika memang Damar bisa membantu Anna, kenapa tidak?
Arman dan Erlan lantas menggantikan Ryan dan Dhika memanggang daging. Namun, ketika Arman melihat Evelyn berlari kecil ke arahnya, Arman segera menghampiri istrinya dan menghentikannya.
"Jangan lari-lari, Sayang," ucap Arman sembari memeluk Evelyn.
"Ah, maaf, maaf," gumam Evelyn. "Aku cuma lagi seneng."
Arman tersenyum geli. "Kenapa emangnya?"
"Aku tadi ngajakin Lyra buat liburan bareng kita ke puncak dan dia bilang oke," ucap Evelyn.
Arman tertawa pelan. "Cuma itu?"
Evelyn seketika merengut. "Aku kan udah lama pengen liburan bareng Lyra sama Ryan."
Arman tersenyum meminta maaf. "Oke, nanti aku siapin semuanya," janjinya. "Tapi kamu tau kan, kamu nggak boleh terlalu capek? Kemaren juga kamu nekat aja mau ikut ke sini. Jadi, jangan capek-capek, hm?"
Evelyn mengangguk. "Aku seneng banget kita ikut ke sini," katanya.
Arman tak dapat menahan senyum. Bahkan sebelum ia sadar, ia sudah menangkup wajah Evelyn dan menunduk ke arah istrinya. Namun, tarikan keras di rambutnya membuatnya melepaskan Evelyn diikuti teriakan kesakitannya.
Arman berbalik dan dilihatnya Lyra sudah menyeringai usil di sana.
"Ada anak-anak di sini. Jaga sikap, oke?" Lyra berkata.
"Lo tuh emang nggak ada sopan-sopannya sama gue, Lyr!" kesal Arman.
"Gue cuma berusaha menyelamatkan kepolosan anak-anak tadi," Lyra beralasan.
Arman sudah akan protes lagi ketika ia melihat Erlan yang menghampiri Lyra, hendak merangkul adiknya, tapi itu pun ditolak Lyra dengan sikutan keras di perut.
"Lo juga, jaga sikap," desis Lyra galak.
Erlan meringis. "Cuma mau bilang, kalo lo capek, lo istirahat aja," ia membela diri.
Arman tersenyum geli. Melihat Lyra dan Erlan, rasanya seolah ia bisa melihat Damar dan Anna di masa depan. Apakah nanti mereka berdua juga akan berakhir seperti ini?
Arman menoleh ke arah Damar dan Anna. Dilihatnya Aryan berlari ke arah Anna, meminta dipangku. Anna tampak kebingungan, tapi kemudian, Damar menggendong Aryan dan menempatkannya di pangkuan Anna. Gadis itu tampak panik, tapi Damar justru tampak terhibur.
Aryan baru mau turun dari pangkuan Anna ketika Prita memanggilnya. Namun, bukannya berlari ke arah ibunya, Aryan justru berteriak senang sembari berlari ke arah Erlan. Aryan tergelak saat Erlan melemparnya ke udara, lalu menangkapnya lagi.
Begitu Erlan menurunkannya, Aryan berpindah ke Arman.
"Telbang, telbang," pintanya cadel.
Arman tertawa menanggapi keponakannya yang menggemaskan itu. Menuruti Aryan, ia mengangkat anak itu, lalu mendudukkannya di bahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Trouble vs Mr Genius (End)
Teen FictionDamar pasti sudah gila. Tidak. Kakaknya yang pasti sudah gila. Ah, tidak. Lebih tepatnya, kakak-kakaknya. Prita, Lyra, Dera, Ryan, Erlan, Dhika. Mereka semua benar-benar keterlaluan. Ada satu hal yang paling dibenci Damar di sekolahnya. Cewek som...