Seperti kemarin-kemarin, pagi itu Anna tiba di rumah Damar dengan diantar Dhika dan Dera yang akan berangkat bekerja. Damar masih sarapan ketika Dhika, Dera dan Anna memasuki ruang makan.
"Kalian udah sarapan?" tanya Prita.
"Udah, kok." Dera mengambil tempat di sebelah Aryan. "Aryan udah makan?" ia bertanya pada Aryan.
Aryan menggeleng.
"Dia belum mau makan," Prita memberitahu. "Ngambek soalnya nggak dikasih jelly sama ayahnya."
Aryan mengerucutkan bibir menggemaskan, membuat Damar tersenyum geli.
"Makan dulu, baru makan jelly," Damar berkata pada keponakannya.
Aryan mencebik.
"Kalau nangis, nanti pas Paman pulang sekolah, nggak bakal Paman ajak main." Ancaman Damar sukses mencegah rengekan Aryan.
"Aryan nurut banget kalau sama Damar," celetuk Dhika.
"Soalnya Damar yang lebih sering ngurusin dia," sebut Damar, sengaja menyindir kakak-kakaknya tentang bagaimana mereka mengabaikan Damar dan Aryan selama tiga tahun ketika Lyra di Kanada.
"Kamu bisa dendam juga, Mar?" Dhika balik menyerangnya.
"Tergantung," sahut Damar. "Jangan lupa, ntar pas libur sekolah, Kak Dhika janji mau ngajarin Damar di kantor."
Dhika mengangguk. "Nggak akan lupa. Udah cukup sekali Kak Dhika ngecewain kamu."
Mendengar itu, Damar seketika menoleh pada Anna. Mungkin Damar hanya sekali merasa dikecewakan Dhika, tapi gadis itu ...
"Hari ini Anna bareng kamu lagi, Mar." Dhika salah mengartikan tatapan Damar.
Damar berdehem, mengangguk.
"Eh, tapi itu mukamu kenapa, Mar?" tanya Dera.
Tangan Damar reflek terangkat ke pipinya yang tertutup plester.
"Lagi tren di sekolah," ia beralasan.
"Anak-anak sekarang, aneh-aneh aja," komentar Prita.
Damar meringis. Ia segera memasukkan sendok terakhir sarapannya ke mulut, mengosongkan air minum di gelasnya, lalu bangkit dan berpamitan pada kakak-kakaknya.
Ketika ia meninggalkan ruang makan, Anna mengikutinya. Gadis itu tak mengatakan apa pun sepanjang perjalanan. Damar yang lantas berinisiatif bicara lebih dulu,
"Kak Dhika tau kok, dia udah sering ngecewain kamu. Meski Kak Dhika nggak pernah ngomong ke kamu, tapi dia juga kecewa sama dirinya sendiri setiap kali ngecewain kamu."
Anna tak menanggapi selama beberapa saat.
"Kenapa?" tanyanya kemudian.
"He? Apanya yang kenapa?" Damar balik bertanya.
"Kenapa kamu ngomong kayak gitu ke aku?" tuntut Anna.
Ah, benar juga. Kenapa Damar repot-repot mengatakan ini pada Anna? Gadis ini bahkan tidak bertanya. Dia bahkan tak mengatakan apa pun. Hanya saja, memikirkan Anna mungkin kecewa karena mendengar kata-kata Dhika tadi ...
"Lagian, kamu mana tau isi hatinya Kakak?" sinis Anna.
Damar menarik napas dalam. "Aku mungkin nggak bisa tau isi hatinya Kak Dhika, tapi satu hal yang aku tau pasti. Kak Dhika sayang sama kamu. Kayak yang kamu bilang, kamu adiknya Kak Dhika."
"Kalau aku bukan adiknya kakakku, apa yang bakal kamu lakuin?"
Pertanyaan Anna itu mengejutkan Damar. Jika Anna bukan adik Dhika ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Trouble vs Mr Genius (End)
Teen FictionDamar pasti sudah gila. Tidak. Kakaknya yang pasti sudah gila. Ah, tidak. Lebih tepatnya, kakak-kakaknya. Prita, Lyra, Dera, Ryan, Erlan, Dhika. Mereka semua benar-benar keterlaluan. Ada satu hal yang paling dibenci Damar di sekolahnya. Cewek som...