"Kalau aku ngelanjutin impian kakakmu, dia nggak bakal jadi kakak yang bodoh lagi kan, buat kamu?"
Damar menggeleng, berusaha mengusir bayangan Anna yang sejak kemarin sore terus menghantuinya. Bahkan semalam pun, gadis itu muncul dalam mimpi Damar. Benar-benar mimpi terburuk sepanjang tujuh belas tahun hidupnya.
Berusaha fokus dengan tugas Matematika, Damar kembali melanjutkan menghitung rumus yang sudah ia tulis. Biasanya, dia akan menyelesaikan tugas seperti ini lebih cepat dari siapa pun di kelasnya, tapi kali ini, ia menyelesaikannya bersamaan dengan teman-temannya.
Damar lantas membawa buku tugasnya ke depan kelas untuk dikoreksi. Ia berusaha untuk menepikan pikiran akan Anna ketika melihat gurunya mengoreksi. Damar mengerutkan kening dalam ketika jawaban pertamanya salah. Tidak mungkin.
Belum cukup dengan itu, ia juga memberikan jawaban yang salah untuk soal nomor dua dan tiga. Di soal nomor empat, gurunya berkata,
"Ini rumusmu sudah benar tapi kamu salah masukin angkanya, Damar. Kamu pasti nggak fokus ngerjainnya ini."
Damar mengerang dalam hati. Dari lima soal, dia hanya mendapat nomor terkhir yang benar. Gurunya menatapnya bingung, bahkan beberapa murid yang juga menunggu koreksi di sebelahnya sampai terkesiap kaget.
"Kamu nggak enak badan, Mar?" tanya gurunya.
Damar menggeleng. "Maaf, Bu. Saya nggak bisa konsen waktu ngerjain tadi."
Gurunya mengembalikan buku tugasnya. "Jangan sampai kamu buat kesalahan kayak gini waktu ujian. Ibu berharap banyak sama nilai ujianmu nanti."
Damar mengangguk, lalu kembali ke bangku dengan tangan menggenggam erat buku tugas.
Apa-apaan ini? Memalukan. Mengecewakan. Menyedihkan.
Dan ini gara-gara gadis pembuat masalah itu.
***
Entah kenapa, ketika melihat Damar, mendadak jantung Anna berdegup lebih cepat. Anna bangkit dari duduknya di tembok pendek pelataran parkir, tanpa sadar tersenyum. Ia segera melenyapkan senyumnya melihat Damar yang tampaknya tidak sedang dalam suasana hati yang baik.
Hati-hati ia bertanya, "Kamu kenapa?"
Damar tak menjawab. Ia mengeluarkan sepeda dari tempat parkir dengan kasar. Bahkan ketika menyuruh Anna naik, ia juga melakukannya dengan dingin. Apa Anna membuat kesalahan?
Anna berkali-kali menoleh untuk menatap Damar sepanjang jalan. Bingung dan penasaran.
Berusaha memecah suasana dingin di antara mereka, Anna bertanya,
"Nanti sore, kamu ngajarin aku naik sepeda lagi?"
"Nggak." Damar tak menatapnya. "Dan nggak akan pernah lagi."
Anna mengernyit. "Kenapa?"
Terdengar desahan berat Damar sebelum ia menjawab,
"Nanti sore aku ke rumahmu."
Anna reflek tersenyum mendengarnya.
"Oke!" sahutnya riang. "Tapi, kamu beneran lagi ada masalah, ya? Sama temen sekelas? Sama siapa? Karena apa?"
Alih-alih menjawab pertanyaan Anna, Damar malah balik bertanya,
"Kamu beneran pengen jadi webtoonist kayak Kak Dera?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Trouble vs Mr Genius (End)
Teen FictionDamar pasti sudah gila. Tidak. Kakaknya yang pasti sudah gila. Ah, tidak. Lebih tepatnya, kakak-kakaknya. Prita, Lyra, Dera, Ryan, Erlan, Dhika. Mereka semua benar-benar keterlaluan. Ada satu hal yang paling dibenci Damar di sekolahnya. Cewek som...