Dear Refi 2

201 8 1
                                    

Hai cantik,

Malam ini aku mau bilang bahwa aku merindukanmu. Sepertinya kamu memang begitu ya, sengaja diciptakan agar mudah dirindukan. Kemudian setelah rindu itu, aku bingung harus bagaimana, bingung harus mencari obatnya.

Aku buka akun instagrammu, maka kutemukan senyummu di sana. Kukira itu akan meredakan rindu, ternyata malah menyebabkan rindu makin menumbuh. Kemudian aku membuka galeri di handphone, kulihat ada videomu di sana yang sedang memainkan handphone lalu kulihat ada gerlik matamu, dan ya, aku jadi senyum sendiri. Gimana ini?

Jadi, aku harus bagaimana malam ini? Aku ingin ketemu, padahal kita terakhir ketemu Jumat lalu ya? Belum sampai satu minggu, namun aduh.

Maka, aku menulis ini Fi, anggap saja sebagai terapi, anggap saja sebagai pengganti pertemuan kita yang tertunda malam ini karena hujan dan karena malam. Ini semacam kita sedang bercakap di kosanmu yang bersih itu dengan wangi khas di dalamnya. Anggap saja aku sedang tiduran di kasurmu yang empuk sambil melihat kamu yang sedang mengerjakan tugas atau kamu yang sedang bercerita tentang sesuatu yang terjadi beberapa hari yang lalu.

Kemudian, saat aku menulis ini, Fi, aku menemukan satu alasan mengapa aku sayang padamu. Ini, barangkali bisa menambah satu alasan mengapa aku ingin kamu, mudah-mudahan juga menjadikanmu tidak lagi penasaran dengan apa yang kulakukan.

Kamu adalah perempuan yang cantik. Bila kemudian kamu merasa tak puas dengan apa yang dianugrahkan padamu, tentang berat badan atau hidung, pipi, atau apa saja. Aku cuma mau bilang bahwa kita sebenarnya sudah diciptakan sesuai porsi dan kemaslahatan yang sudah Dia sesuaikan. Sehingga, kukira kamu adalah cantik dan kamu harus percaya akan hal itu, Fi. Harus disyukuri, harus dijaga.

Barangkali, setiap lelaki mendambakan memiliki pasangan yang cantik. Begitu juga aku, Fi, berharap punya pasangan yang juga cantik. Maka kudapati kamu yang sudah cantik, yang sudah manis, yang sudah giung. Tapi pada paragraf ini bukan poinnya.

Kau tahu, berapa sebenarnya 'cinta' bisa bertahan pasca pernikahan? Yaitu akan menggebu-gebu pada 3 bulan atau satu tahun pertama, yang selanjutnya akan bertahan atau tidak tersebab oleh kasih sayang. Maksudku begini, selama aku kuliah dengan jurusan hukum keluarga, ternyata cantik saja tak cukup untuk bisa memertahankan suatu hubungan. Hubungan tak melulu melakukan 'hubungan' setiap hari, kan? Tidak. Ada batasnya, ada bosan dan lelahnya. Sisanya, yaitu komunikasi.

Kenapa aku bilang begini? Karena, Fi, bila aku ingin yang cantik, mungkin aku bisa mendapat perempuan lain selain kamu. Tapi untuk mendapatkan perempuan yang baik dalam komunikasi, itu bukan suatu yang mudah. Kabar baiknya, selama aku denganmu, kamu adalah yang baik dalam berkomunikasi, teman yang bagus untuk mengobrol, partner yang selalu mendengar dan membagikan cerita.

Maka, bila aku bercerita tentang hariku, atau aku malah mengeluh dengan apa yang kuhadapi, dan juga banyak hal yang aku ceritakan padamu, maka itulah yang ingin kuceritakan. Yang sebagian cerita itu hanya aku ceritakan padamu saja, pada orang yang kupercaya.

Jadi, sayangku, aku sayang kamu, bukan hanya karena cantik atau juga bukan hanya karena alasan yang kemarin aku tuliskan untukmu. Mungkin aku begini karena kita berkomunikasi dengan baik, yang ini bukanlah sesuatu yang mudah. Bukan sesuatu yang bisa didapat dengan sembarang siapa saja.

Makan hari ini, Fi, aku mau bilang terima kasih untuk kebersamaan selama ini, untuk komunikasi yang baik, juga untuk canda tawa yang tak terhingga, yang tak bisa dibeli dengan apapun juga. Sekali lagi terima kasih.

***

Aku sayang kamu, dan akan selalu begitu.

Selamat malam...

Aku rindu...

Bandung, 8 Mei 2017

Dear Refi MeidyWhere stories live. Discover now