"Kau sudah tiba di kantor?"
Sasuke hanya bergumam saat mendengar suara kakaknya di seberang telpon, sedangkan dirinya sendiri masih berkutat dengan laporan yang baru disuguhkan asistennya.
"Bisa aku minta tolong?"
Sasuke sedikit mengernyit, hal yang sangat jarang terjadi sang kakak yang perfeksionis itu meminta tolong padanya. "Soal apa?"
"Sabaku mengadakan pesta untuk perayaan perusahaan mereka. Dan kau tahu mereka cukup berpengaruh sebagai kolega, jadi kuharap kau bisa datang menggantikanku."
Sasuke merasa tidak senang, ia menyerahkan dokumen yang baru saja ditandatanganinya kepada asisten dan menyuruhnya segera pergi dengan kode tangannya.
"Kenapa harus aku? Merepotkan."
Itachi sedikit terkekeh, menyadari bahwa tebakannya soal tolakan ini benar terjadi. "Ayolah, aku ingin sedikit bersantai."
"Baiklah." Dengan itu Sasuke menyerah, mungkin menghadiri pesta dan menghabiskan malam dengan minum-minum tidaklah buruk.
***
Pesta mewah yang diadakan di hotel milik Sabaku berjalan meriah, beberapa kali Sasuke harus mau kerepotan menangani teman-teman bisnis Ayahnya. Bahkan ia harus membawa Haruno Sakura, yang merupakan teman semasa kuliahnya itu ikut datang sebagai pendamping.
"Akan ada gosip kalau kita berpacaran, tak apa?" Sakura yang memakai gaun berwarna merah muda itu terkekeh di samping Sasuke yang menikmati minumannya. Memperhatikan wartawan yang beberapa kali tertangkap tengah mengambil gambar mereka berdua.
"Seharusnya kau bilang saja kita pacaran, toh Ayahku sudah berniat menjodohkan kita."
Sasuke masih diam, tapi pernyataan terakhir yang keluar dari mulut Sakura mempengaruhi otaknya.
"Itachi-nii saja masih lajang, lagipula aku masih menikmati pekerjaanku."
"Benarkah?" Sakura sedikit mencibir. "Bukan karena kau patah hati ditinggalkan kekasihmu ketika SMA?"
Sasuke meletakkan gelasnya di atas nampan kosong yang dibawa pelayan, mendengus tak suka. "Tidak sda cerita seperti itu."
Sakura tertawa, ucapan spontannya ternyata bisa mempengaruhi spektrum Sasuke. "Ayolah, aku tahu soal ini dari Ino. Dia pemandu sorakmu di klub basket dulu. Dia bilang ada gadis yang selalu mengikutimu, dan ketika tiba-tiba gadis itu pindah kau mulai agak..." Sakura menggantungkan ucapannya, "Lebih berbeda."
Sakura tidak bohong, Ino yang merupakan sepupu dari ibunya itu selalu bercerita soal gadis yang selalu mengikuti Sasuke. Tidak ada yang berani mengganggu gadis itu karena beredar kabar kalau gadis itu kandidat menantu Uchiha. Tapi anehnya, seharusnya gadis itu terkenal kan? Dan mudah untuk ditemukan. Pasti sesuatu yang buruk terjadi.
"Itu hanya gosip murahan." Sanggah Sasuke cepat, tidak berniat untuk melanjutkan pembicaraan.
"Aku tidak percaya, tapi kalau gosip mengenai kau Gay, aku sangat percaya."
"Apa?!" Sasuke menatap marah Sakura. Tidak terima bahwa ada kabar konyol seperti itu berseliweran. Sasuke Gay? Yang benar saja!
"Kau baru saja menolak seorang Haruno Sakura, kau tidak nornal Sasuke."
"Kau-" Sasuke segera menghela nafas, tak ingin melanjutkan perdebatan dengan tunggal Haruno itu. Jadi Sasuke lebih memilih pergi, mungkin sedikit mencuci muka akan memperbaiki mood nya.
Sedangkan sepanjang kepergian Sasuke, Sakura hanya bisa menyembunyikan tawanya dalam hati.
***
Sasuke memperhatikan pantulan dirinya di cermin, wajah dewasa Sasuke memang cukup berveda dengan dirinya yang dulu. Kini wajahnya lebih datar dan galak. Rahangnya nampak kokoh, dengan tubuh tinggi dan ramping. Seorang yang memikat hanya dengan tatapan mata tajam khas Uchiha. Tapi meski dikejar begitu banyak wanita, tak sekalipun minat bagi Sasuke.
"Aku suka ketika kau bertanding, kau pasti akan tertawa senang di akhir pertandingan..."
Suara dari masa lalu itu selalu mengganggu Sasuke, tapi toh tanpa sadar Sasuke mencoba tersenyum. Wajahnya buruk! Seperti seorang penjahat!
Sasuke mengalah, ia segera keluar dan hendak kembali ke pesta. Tapi dirinya terhenti di lorong hotel, memandang seseorang yang berjalan menuju dirinya.
Rambut indigo, iris sewarna batu bulan...
"Hyuuga?"
Sasuke masih tak bergeming meski sosok itu melintas melewatinya, berlalu di balik punggung tegap Sasuke.
"Hinata Hyuuga?" Iris mata Sasuke membola, sekali lagi berusaha meyakinkan dirinya sendiri.
"Hyuuga?" Sasuke kembali berbisik, lalu tanpa ragu ia berbalik berlari mengikuti lorong. Mencari keberadaan gadis yang baru saja melewatinya.
Hingga di belokan ia menemukan Hinata, ia tengah berhenti dan bercengkrama dengan seorang pria muda. Sasuke melambatkan langkahnya, sedikit ia dapat mendengar pembicaraan Hinata dengan pria itu.
"Bagaimana kabarmu nona Ootsuki? Kau tampak cantik dengan gaun mermaid itu."
Sasuke sedikit terpaku. "Ootsuki?"
Tak lama pria itu pergi, dan Hinata sedikit memalingkan wajahnya pada Sasuke.
Menyadari Hinata memandangnya, Sasuke sedikit mendekat.
"Hyuuga-san?" Sasuke sedikit berhati-hati.
Hinata yang ada di hadapan Sasuke hanya memandangnya datar, tak ada sedikitpun rona merah pada pipinya. Tak seperti Hinata yang dikenal Sasuke dulu, gadis itu selalu tersipu dengan rona merah dan menundukkan pandangan.
Tapi Hinata yang dilihat Sasuke begitu berbeda, wajahnya putih pucat, mimik wajahnya lebih datar, dan sorot matanya dingin dan menusuk.
"Ootsuki, itu namaku."
Sasuke hanya bisa memandang tak percaya. Apa Hinata yang ini bukan orang yang sama? Tapi hanya klan Hyuuga yang punya mata seperti itu.
"Mungkin kau salah orang Tuan, aku tidak mengenalmu, maaf."
Hinata langsung pergi tanpa berbalik lagi, tak menghiraukan Sasuke yang masih memandang punggung Hinata yang menjauh.
"Itu bohongkan?"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall
FanfictionSasuke Uchiha adalah murid jenius dan populer di SMA dulu, bahkan hingga ke Universitas dan memegang kendali Uchiha corp bersama sang kakak. Kemudian saat Pesta Perusahaan milik kolega Ayahnya, Sasuke bertemu dengan Hinata Hyuuga, teman satu SMA yan...