Hujan sore ini paham tentang hati yang sedang rapuh,ia menghalau isakan tangis seorang gadis dengan tetes airnya yang menerjang bumi. Gadis itu masih berkalut, ia masih sulit percaya apa yang telah terjadi 30 menit lalu.
"Apa lagi al? Jelas jelas kamu meminta Tiara buat jadi pacar kamu,didepan aku Al!!" Itu adalah Kali pertama gadis Itu membentak aldro seumur hidupnya.
"Dengerin aku dulu,Aku bisa jelasin semuanya sama kamu..."
"Aku gapeduli dan gak mau tahu lagi,mulai sekarang diantara kita gak ada hubungan apa apa lagi!!"
"Jasmine!!!"
Satu teriakan Aldro yang masih terngiang dikepala Jasmine. Seorang gadis yang sulit sekali percaya pada seseorang, dan introvert. Seharusnya jasmine bahagia, seharusnya Jasmine senang karena dia tidak pantas untuknya. Tapi, kenapa rasanya begitu menyesakkan, sakit sekali rasanya kehilangan Aldro, seseorang yang ia percayai kesetiaannya, ternyata menyia-nyiakan kepercayaannya. Jasmine masih bingung apa yang membuat Aldro berpaling, tetapi tak perlu lagi, rasa sakit dihatinya lebih dari rasa penasaran Itu.
*****
Ini sudah hampir 3 bulan tapi mengapa bayang-bayang Aldro masih menyelimuti pikirannya? Apa karena Jasmine tidak pernah melihat Aldro lagi? Dia kemana? Apakah masih hidup?
Sesaat perasaan benci itu muncul dalam benak Jasmine. Tiba tiba saja sesorang membuyarkan lamunannya.
"Min, gue dikasih amanah sama Aldro buat nyampein ini ke lo, Aldro gaberani datang langsung dia takut lo gabisa terima lagi" Vanya menyodorkan sebuah undangan.
Sedetik undangan itu berpindah tangan, Jasmine melonjak kaget. Ia bahkan tak punya kata kata lagi kepada Vanya matanya terbelalak. Rasanya akan ada bulir-bulir yang hendak jatuh diujung kelopak matanya.
"Aldro mau nikah?" Setelah menenangkan diri akhirnya Jasmine berkata.
"Ada yang Mau gue jelasin." Vanya berbisik Kali ini,seolah hanya ia dan Jasmine aja yang boleh tahu
"Apaan?"
"Lo, orang yang hampir bikin pernikahan Aldro batal"
"Gue? Loh kok gue sih! " Jasmine nampak kesal dengan kabar dari Vanya entah kabar pernikahan Aldro atau kabar bahwa dirinya hampir menggagalkan pernikahan Aldro.
"Seminggu lalu, Mereka hampir ngebatalin pernikahannya gara gara Aldro menulis nama lo di undangannya. Tiara marah besar ia seolah takut kalau Aldro masih punya rasa Sama lo. Tapi nyatanya Tiara salah, Aldro cuma ingin pamer Sama lo kalau lo itu bukan lagi sumber kebahagiaan dia." Tampak raut serius dimuka Vanya.
"Oh,gitu... Ya-ya baguslaa kalau misalnya Aldro udah bisa move on toh dari awal dia memang serius sama Tiara kan?" Jasmine berkata dengan hati hati.
"Yaudah kalau gitu gue cabut dulu,lo harus datang yahh , byee!" Vanya meninggalkan meja di sudut kafe Itu.
Sementara, Jasmine tertunduk menopang wajahnya dengan kedua tangannya. Ia sadar Vanya bukanlah partner yang bisa ia percaya. Bahkan, jasmine menganggap Vanya cenderung tidak mendukungnya. Ya, disaat seperti inilah jasmine tidak tahu ia harus bercerita kepada siapa.
Dulu Aldro adalah tempat ia menyajikan segala keluh kesannya. Sekarang? Ia memilih untuk memendamnya sendiri.
****
Hari yang ditunggu tiba. Tidak tidak, Jasmine bahkan berharap bahwa hari ini tidak pernah ada. Sekuat apapun Jasmine ia masih merasakan kepedihan dihatinya.Jasmine melangkah perlahan memasuki Ballroom hotel tempat Aldro menyelenggarakan pernikahannya.
Ia tiba-tiba saja mematung,menghentikan langkahnya, ia menatap dalam dalam sepasang manusia tepat didepan nya berjarak 10meter. Dua insan itu,tampak bahagia tak peduli dengan perasaan Jasmine.
Jasmine tak berniat lama-lama berada di pesta ini. Ia memberanikan langkahnya menuju tangga pelaminan, ia menaiki tangga itu perlahan sekaligus terlihat tetap tegar.
Pertama ia menyalami kedua orang tau mempelai. Ia sadar bahwa Aldro tidak pernah memperkenalkan ia pada orang tuanya. Jadi, tentu saja mereka tak mengenal Jasmine.
"Selamat yah Al,ti.. semoga menjadi keluarga yang Samawa" Jasmine tahu persis bahwa suaranya bergetar saat menyalami Aldro dan Tiara.
"Makasih yah min..." Tiara tersenyum sinis.
"Thanks yah Jasmine, semoga lo dapet pasangan yang baik nantinya,yang bisa lebih baik dari gue " Aldro langsung membawa Jasmine kedalam dekapannya. Aldro selalu tahu,Jasmine Butuh saat saat seperti ini.
"Iya..." ujar jasmine melepaskan pelukannya, ia tersenyum lebar walau matanya berkaca kaca.
Usai keluar dari ballroom itu,ia berlari ketaman yang ada dibelakang hotel itu, duduk dibawah pohon Dan menangis sejadi-jadinya.
Seperti ada perasaan tidak ikhlas kalau Aldro nyatanya bukan miliknya lagi.
"Kalau mau ngehadirin pesta mantan itu harus strong,kalau kek gini lo makin dianggap lemah sama dia!" Pria berjas itu menyerahkan sebungkus tisu kearah Jasmine , ia berdiri sedetik kemudian merampas tisu itu.
Pria itu menyeringai geli. Kini posisi tubuhnya sejajar dengan jasmine.
"Lo siapa?"
"Saya?" Pria itu tersenyum. Ia terlihat damai tanpa beban hidup.
"Ah,udahla makasih tisunya, gue pergi dulu..." Jasmine seolah tak peduli lagi siapa nama pria itu. Tapi jujur ia mengagumkan walau sedetik.
"Tunggu,... saya...
See u next part!
KAMU SEDANG MEMBACA
Temporary Heartbeat
Teen FictionAku nyaman didalam dekapanmu dan merasakan detak jantungmu. Sayang, sekarang aku tak lagi dapat merasakan detak jantung itu. Kau mengobati kerinduanku, dengan menghadirkan sosok sepertimu yang berbeda darimu.