3. Kado Ulang Tahun Alwan

40 3 0
                                    

Ah, gadis itu teringat ia harus segera bersiap siap karena alwan akan menjemputnya. Hanya sekedar makan malam, bukan kencan dan sebagainya. Apa? Kencan tidak tidak bagaimana bisa disebut dengan kencan.

Tin...tin..

Setelah hampir 15 menit menunggu, picanto hitam milik alwan akhirnya terpampang didepan rumah jasmine.

"haii" sekiranya begitu sapaan yang diberikan Alwan ketika Jasmine menduduki jok penumpang disebelahnya.

"Jadi katakan kemana saya harus membawa kamu tuan putri? " tawar Alwan yang kemudian disambut kekehan oleh Jasmine.

"Apaansih lebay banget, yaudah yukk cepet.." ujar jasmine.

Tak ada lagi sikap dingin yang ditujukan Jasmine kepada Alwan sejak kejadian di butik Jasmine.
Yang ada perasaan kagum kepada Alwan karena dia berhasil melawan egonya. Garis bawah Kagum.

Mobil itu melaju di kecepatan rata rata. Membawa mereka hening dalam suasana.

"Kamu suka musik?" Tanya alwan sambil menghidupkan tapenya dan memilih satu lagu. Ya,lagu yang bisa memecah keheningan diantara mereka berdua mungkin.

"Suka juga..." lantas jawaban Jasmine itu menimbulkan garis lengkung di sudut bibir Alwan. Ya,ia tersenyum entah yang keberapa kalinya untuk Jasmine.

I met you in the dark...
You lit me up...
You made me feel as though...
I was enough...
We dance the night away...
We drunk too much...
I held your hair back when...
You were throwing up...

Entah mengapa bagai tertusuk Jasmine merasakan lagu itu sama seperti suasana hatinya. Apakah ini kode Alwan (?).

I wanna dance with you right now...

"Saya suka lagu ini, kesannya ia takut cintanya hilang.." kekeh alwan yang masih fokus menyetir, sekali sekali ujung matanya melirik Jasmine. Terukir senyum diwajah Alwan. Untuk kesekian kalinya.

I'm so in love with you...
I hope you know...

"Wan,hmm lo-lo ah dalam rangka apa lo ngajak gue dinner?" Entah mengapa kata itu keluar dari mulut jasmine.

"Saya... Mau ngerayain ulang tahun saya..." Jasmine langsung mengerutkan dahinya.

"apa? Dimana mana orang ulang tahun tu perginya sama keluarga,temen atau orang orang spesial gak kayak gini masa lo ajak gue ngerayain ultah lo?,dan lagi kenapa lo gak bilang kan gue bisa beliin lo kado at-..." omlean jasmine yang panjang lebar itu terhenti. Bukan karena Alwan memotong pembicaraannya. Tapi karena tangan kiri Alwan yang tadinya berada pada stir kini mengenggam tangan kanan Jasmine.

"udah ikut aja, saya mau ngerayainnya sama kamu. Orang tua saya kebetulan lagi di luar negeri sama adik saya juga lagi tugas. Nanti kalau mereka udah balik,saya janji bakal undang kamu buat makan malam bersama.."

Deggg

Jantung Jasmine berdetak lebih kencang tidak normal.

Rona merah tampak di pipinya.

Kenapa ini, perasaan apa ini...

*****

Caffe Nando's

"Wan, happy birthday yah... Gue bakal beliin lo kado tenang aja karna lo temen gue sekarang..." Ujar Jasmine yang melahap Sepotong daging stik dari garpunya.

"Gapapa kali. Btw tadi kamu bilang saya teman? Bisa diralat gak? Jadi.... Calon imam kamu..." Deggg, pipi jasmine kembali merona akibat godaan Alwan. "Hahaha ciee merah gitu pipinya..." ujar alwan terkekeh.

"Apasih lo mah ah..." Tampak kekesalanpada wajah Jasmine.

"Bercanda kali sayangg... "

Deggg!

Sayang.

Satu kata yang buat Jasmine kembali terpaku. Menampakkan rona merah di wajahnya.

*

***

Malam tadi adalah salah satu malam yang meninggalkan kesan pada Jasmine. Alwan mampu membuatnya blushing beberapa kali.

Seketika Jasmine teringat ia belum membelikan kado untuk Alwan. Ia bingung ingin memberikan apa. Tapi setelah dipikir pikir, sepertinya ia ingin membelikan Alwan jam tangan saja. Tampaknya pria itu penyuka jam tangan.

Jasmine memasuki salah satu toko jam tangan. Pandangannya tertuju pada jam tangan hitam diujung lemari kaca itu.

"Mbak, saya mau lihat jam yang itu dong.." ujar Jasmine seraya menunjuo jam yang menarik perhatiannya itu.

"Ini mbak, harganya Rp. 999.999 " ujar penjaga toko.

"Yaudah saya ambil yang ini aja satu." dengan satu anggukan penjaga toko tersebut lalu membungkus Jam tangan tersebut.

Setelah membayar Jam tangan itu, mata jasmine tiba tiba terfokus pada sosok gadis yang baru berselisih dengannya. Ia membalikan badan.

"De..vi?" Ujarnya kepada gadis itu. Gadis yang merasa namanya disebut itu langsung membalikan badan menghadap Jasmine.

"Jas..mine? Jasmine Aurellia?" Ujar gadis bernama Devi meyakinkan.

"iya, yaampun apa kabar lo?" jasmine langsung memeluk tubuh Devi.

"Gue baik,Lo sendiri?" tanya Devi yang masih lekat memperhatikan Jasmine.

"Seperti yang lo liat. Yah setelah gue gagal kemarin gue gak ada niat buat ikut perekrutan lagi. Gue fokus ngambil sekolah designer. Dan... Minggu depan gue peresmian butik. Lo pasti udah jadi pegawai tetap yah dimaskapai itu?" jujur sebenarnya Jasmine masih sakit hati akibat penolakan dirinya waktu itu.

"Ah, belum apa apa kok gue mesti ngejalani 1 tahun lagi buat jadi pegawai tetap. " Devi menampakkqn senyumnya. Wajar saja gadis itu bisa lolos, badan yang proporsional, ramah, murah senyum apalagi coba.

"Btw lo sama siapa kesini?"

"Gue sama abang gue, biasala quality time. Kapan lagi coba hahah" tawa hambar itu menggelegak seketika.

"Ah, iya minggu depan kalau lo gak ada jadwal terbang, boleh kali datang ke butik gue. Ntar gue dmin alamatnya deh." Jasmine menyipitkan matanya seolah berharap teman seperjuangannya itu bisa hadir.

"Yaudah ntar gue cek jadwal dulu, eh itu abang gue" Devi menunjuk pria berbaju hitam ditoko depan. Sayang, yang terlihat hanyalah punggungnya karena ia sibuk melihat peralatan elektronik. "Mau gue panggil, sekalian kenalan?"

"gausah gue mau balik juga. Mau ngantar ini..." Jasmine mengangkat bungkus jam nya.

"oh oke, yaudah babayyyy!" Devi pun melambaikan tangannya pada Jasmine yang mulai berlalu dihadapannya.

****

See u next part....
Hope u like it guys...
Dont forget to vote this story....

Temporary HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang