' You're not my boyfriend,
And i'm not youre girlfriend...
But you have been telling me for many times that you never ever leave me.
So,
Are we friends or are we more?' -MutiaDhy****
"Jadi bener yang gue bilang tadi?" gadis itu mondar mandir dikamar nya sambil tangannya mendekatkan smartphone ke telinga nya. Ia sedang menelpon dengan gadis diujung sana.
"iya Jasmine Aurellia.... Iya bener kalau gue adik kandung nya Alwan, dan yang waktu itu pas kita ketemu yang gue maksud adalah Alwan. Bener juga kalau Alwan udah kenal lo sej-.. Ah pokoknya gitu deh lo tuh udah introgasi gue hampir sejaman tau! Ini udah jam satu udah deh gue mau tidur" Gadis sebrang sana tampaknya terusik karena Jasmine yang masih tak percaya bahwa Devi, Devina adalah adik dari Alwan.
"kenal gue apaan?" Jasmine sepertinya terfokus pada pernyataan Devi yang terputus dan secepat mungkin dialihkan.
"Ah gitu deh pokoknya, gue mau tidur ntar jam 3 harus ke bandara gue ada jadwal besok. So jangan cemburu sama gue lagi yahh.. Baybay?"
Tutt..tuttt
Devi memutuskan sambungan telepon sepihak, yang disusul erangan dari Jasmine.
Setidaknya ia sadar mengapa ia tak tahu banyak tentang kehidupan Alwan.
'Lo itu gapernah nanya kan sama dia? Alwan itu tipe cowok yang gak akan ngomong kalau gak ditanya. Dia juga gak akan nanya kalau lawan bicaranya itu gak ngomong duluan. Dia agak penyendiri tapi gue berani taruhan kalau dia gak akan menyia nyiakan orang yang dia sayang. Lo tau Tiara kan? Contohnya tuh!'
Devi mengatakan itu saat ditelpon tadi. Ia berfikir seberapa pantas ia cemburu? Sangat tidak pantas, terlebih lagi ia masih belum tahu apa apa tentang hidup Alwan. Apakah ada hal lain yang mungkin lebih mengagetkan jika ia tahu? Ah ia berharap itu kabar baik.
Jasmine mengingat kejadian beberapa jam lalu, saat pria itu mendekapnya. Ia merasa begitu nyaman. Ia telah banyak menghabiskan waktu dengan Alwan. Tapi tetap saja ia masih bingung dengan perasaan nya dengan Alwan.
****
Raut kecewa tampak di wajah Alwan. Seharusnya, ia bisa menjemput Jasmine dari butiknya. Namun, sepertinya satu hal yabg membuatnya harus merasa bersalah karena telah membatalkan janji dengan Jasmine.
Alwan melirik jam tangannya, pukul 14.14. Ia tersenyum, bukan perihal waktu melainkan perihal seseorang. Jam tangan itu mengingatkannya pada seseorang. Jasmine.
Sepertinya ia tahu persis, bahwa ia benar benar menyukai Jasmine. Tak peduli Jasmine baru mengenalnya, namun ia merasa Jasmine memiliki rasa yang sama.
Perasaannya pada Jasmine benar benar nyata, walaupun ia tahu persis bahwa bersama selamanya adalah Semu. Maka itu cukuplah untuk dia membuat Jasmine merasa bahagia walau akan merasa sakit cepat atau lambat.
Cklekkk
Pria itu buru buru mwnyembunyikan secarik kertas didalam selimutnya.
"Lagi?" tanya gadis yang masuk tanpa mengetuk.
"engga kok"
"Mau sampai kapan ka? Mau sampai kapan kaka sembunyiin itu semua? Mau sampai kapan?" mata gadis itu berkaca kaca.
"Ada saatnya Dev.." ujar pria itu merasa bersalah.
Devi masih diambang pintu lengkap dengan seragam pramugari dan koper disampingnya. Ia baru saja pulang bertugas.
"Tau gak sih kak Alwan jahat banget sama Devi, bahkan disaat kakak udah parah gamau ngabarin Devi.." Air mata kini berjatuhan seiring langkahnya menuju samping kasur Alwan.
Alwan yang hendak duduk itupun dicegat Devi, seolah menyuruhnya untuk berbaring saja.
"Maaf Dev, kaka gamau buat kamu kepikiran. Pekerjaan kamu udah cukup beresiko, kaka gamau nambah beban kamu." ujar Alwan yang pucat.
"Kaka tu sama sekali bukan beban buat Devi!! Bahkan kaka ada disaat mama sama papa sibuk kerja! Dan disaat kak Ag-"
"Jangan pernah benco dia Dev, bagaimanapun dia tetep ka-"
"udah kak Devi gamau bahas itu!" Bentak Devi membuat keduanya membisu.
Keheningan melanda kedua kaka beradik ini, cukup lama.
"Tadi Devi ketemu sama Jasmine di bandara" Devi memecah keheningan. Mata Alwan membelalak.
*****
Akhirnya aku nextttt huhu...
Lama yahh.. Iya maklum sok sibuk...
Emang kok emang sibukkkk...Maaf kalau makin gaje...
But kedepannya aku mulai bongkar satu satu deh...Hug&love
KAMU SEDANG MEMBACA
Temporary Heartbeat
Teen FictionAku nyaman didalam dekapanmu dan merasakan detak jantungmu. Sayang, sekarang aku tak lagi dapat merasakan detak jantung itu. Kau mengobati kerinduanku, dengan menghadirkan sosok sepertimu yang berbeda darimu.