7. Khawatir

36 2 0
                                    

There's someone,
Who chasing me,
When i finally realize,
Is you.

Once again,
Is you,
Chasing me,
(MutiaDhy)

*****



Kakiku melemas rasanya seluruh rangka ditubuhku hilang.

Aku memegang knok pintu dengan gemetar lalu menariknya.

Brukkk!

Aku merasakan seorang mendekapku dengan erat. Ia melingkarkan kedua tangannya dipunggungku. Melekatkan dagunya dipucuk kepalaku. Karena tubuhnya yang sedikit lebih tinghi dariku.

Aku tak membalas pelukannya. Aku merasa bersalah.

Tak ada perubahan posisi selama 10 menit lamanya.

Aku mencoba melepaskan pelukan, namun nihil pria ini malah memelukku lebih erat.

"Lep-"

"Saya memang gak bisa ngasih kamu kepastian. Tapi setidaknya, jangan tinggalkan saya tanpa kabar seperti ini. Asal kamu tahu saja, saya hampir gila selama 3 hari tanpa kabar dari kamu" ujarnya memotong ucapanku.

Aku meneguk slavinaku, mencerna kata katanya dengan baik.

"Lepas-"

"Akan saya lepasin asal kamu janji tidak akan membuat saya merasa kehilangan kamu lagi, karena saya tidak akan bisa kehilangan kamu." Lagi lagi ia memotong perkataanku.

Aku terdiam untuk beberapa detik.

"Ia gue jan-"

"Jangan bicara, jika kamu bersedia, balas pelukan saya. Jika tidak saya akan tetap diposisi seperti ini supaya saya gak akan kehilangan kamu lagi. Dan satu hal, ingat janji adalah keharusan yang haram diingkari."

Mataku terbelalak. Perasaanku kacau. Rasanya deg degan setengah mati. Pria ini memang selalu mampu membuatku merasa terbang tanpa menjatuhkannya kembali. Ia pandai sekali mencuri suasana.

Perlaan aku melingkarkan tanganku dipunggungnya. Membalas pelukannya.
Aku menutup mataku, membiarkan kami saling melempar sengatan energi kehangatan. Aku benar benar nyaman saat ini.

"Terimakasih sudah berjanji, terimakasih" ujarnya perlahan melepaskan pelukan.

Kini aku bisa menatap matanya yang teduh itu. Aku bisa merasakan aura kehangatannya.

"Saya sayang sama kamu Jasmine" katanya sambil mencubit pipiku.

******

Aku meneguk teh yang Jasmine buatkan padaku. Kini kami berada di Bar dapur di rumah ini. Kami saling berhadapan.

Yang jelas aku telah mempertanyakan mengapa ia tak memberiku kabar, dan alasan yang ia buat lumayan masuk akal dikepalaku.

"Enak?" Jasmine membuyarkan lamunanku kala meneguk tegukan terakhir teh hijau itu.

"Biasa aja, cuma karena view saya kamu, rasanya memang beda, kayak ada nikmat nikmatnya gitu" kataku yang disambut gelak tawa olehnya.

Aku tersenyum, untuk kesekian kalinya.

"Lain kali gak perlu nyusul kesini, kerjaan kamu jadi berantakan kan?" Tanyanya padaku sambil mengambil gelas kosong bekas teh tadi.

"Lain kali juga jangan gak ada kabar seperti itu. Saya kan sudah bilang, jangan buat saya seperti orang kehilangan arah. Kamu itu kompas saya, saya kehilangan arah tanpa kamu." Jawabku dengan santai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 18, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Temporary HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang