°CLAIRE°

287K 9.2K 129
                                    

New York adalah salah satu kota terfavoritku sejak dulu, kota yang sempurna dengan dipenuhi oleh ratusan gedung-gedung pencakar langit dan jutaan orang yang serba sibuk. Namaku Claire Anderson, di New York aku tidak sendirian untuk tinggal dikota sepadat ini, melainkan aku tinggal bersama temanku, Hailey Pearson. Dia anak dari seorang wanita karir yang cukup popular di Chicago. Hails tipe wanita yang mandiri, dia tidak pernah meminta lebih dari uang saku yang diberikan oleh ibunya, bahkan sudah satu tahun lamanya dia tidak pernah menerima uang sepesenpun dari ibunya kecuali saat dalam darurat.

Tidak terasa, sudah dua tahun lamanya kami bertahan hidup di New York dengan memenuhi kebutuhan hidup yang sederhana, menyimpan uang dari hasil kerja sambilan kami setiap hari. Hingga pada akhirnya aku dan Hails mampu untuk membeli rumah sederhana yang tempatnya cukup jauh dari kota.

"Kau mau teh?" Menoleh kebelakang, aku menyaksikan Hails yang sedang berjalan menghampiriku sambil membawa dua cangkir teh panas.

Aku duduk ditangga yang berada didepan rumah, sendirian. Hingga pada akhirnya Hails memilih untuk bergabung denganku.

"Ya, terima kasih." Dia tersenyum lalu duduk tepat disebelahku.

"Tidak ada tugas?" Tanyanya dan aku langsung menggelengkan kepalaku lalu menyeruput secangkir teh buatannya.

"Tidak ada, bagaimana denganmu?"

Bisa ku dengar helaan nafas frustasinya.

"Cukup banyak."

"Apa kau butuh bantuan?"

"Tidak, terima kasih. Aku akan menyalin tugas milik Britney, dia akan membantuku."

Aku hanya tersenyum simpul. Hailey tipikal wanita yang tidak begitu suka dengan tugas-tugas kuliah yang diberikan oleh dosen dan jika setelah dia benar-benar lelah untuk berfikir lebih dalam, maka ia sering memintaku untuk membantunya.

Kami tidak berasal dari kota yang sama, aku berasal dari Seattle dan tinggal disana hingga umurku 17 tahun dan untuk beberapa alasan yang lain, aku memilih untuk tinggal sendirian di New York.

Entah mengapa dan dapat pikiran darimana aku bisa memilih New York untuk tempat tujuanku tinggal.

"Kau memikirkan sesuatu?" Aku menggelengkan kepalaku dan langsung berdiri dari dudukku, berjalan menaiki beberapa anak tangga.

"Bisa kita masuk, Hails? Diluar dingin, kita akan sakit jika berlama-lama diluar." Kataku dan Hails menuruti perkataanku, dia berjalan mengikutiku dari belakang dan langsung mengunci pintu rumah.

Aku duduk disofa sambil menyalakan TV dan menaruh tehku diatas meja, lalu mengenakan kaus kakiku yang panjangnya sampai 5cm dibawah lutut.

"Kau memikirkannya?"

"Tidak, aku tidak memikirkan siapa-siapa." Kataku dan langsung mengganti channel yang menayangkan ulang kartun The Flinstsones.

"Kau bisa menceritakan apapun padaku. Aku bisa membantumu kalau memang aku bisa, Cla."

Menghelakan nafas panjang, aku langsung meraih secangkir teh milikku dan menyesapnya kembali, "Tapi sayangnya kau tidak akan bisa membantuku, Hails... Tolong jangan membahasnya lagi." Kataku dan aku langsung menutup mataku. Enggan sekali mendengarkan perkataan Hails yang cukup membuat seleraku untuk menonton TV hancur.

"Maafkan aku."
_____

Bangun dari tidurku, aku langsung bergerak untuk segera duduk diatas kasur dan menurunkan kedua kakiku kebawah hingga menyentuh lantai yang dingin. Semalam, aku terbangun tepat jam satu malam dan memilih untuk pindah ke kamar, udara tengah malam lebih mengerikan.

I'm Yours Mr.NelsonWhere stories live. Discover now