Mataku membulat sempurna ketika pnadanganku terus tertuju kearahnya, begitu terkejut akan kehadirannya yang begitu tiba-tiba.
Dan bagaimana bisa? Ku pikir dia tidak akan datang. Bukannya aku ingin menemuinya, tapi apa boleh buat? Aku tidak memiliki aktivitas apapun sore ini dan ku pikir tidak ada salahnya jika aku menemui si brengsek ini.
"Terima kasih untuk sapaanmu, nona Anderson. Kau baru saja bangkit dari tidurmu, ku rasa kau mimpi buruk hingga mengataiku brengsek."
Tunggu, bagaimana bisa dia mengetahui namaku disaat aku tidak menyebutkan namaku sama sekali dihadapannya. Apa dia cenayang?
"Maaf, anak buahku mengambil dompetmu. Aku hanya ingin mengetahui identitasmu." Katanya dan meletakkan dompetku diatas meja.
"Kau? Kurang ajar! Aku hampir tidak makan apapun karena aku tidak memiliki uang sama sekali dan dengan santainya kau mengatakan maaf padaku?"
Dia menghelakan nafasnya dan menyandarkan tubuhnya kebelakang, tatapannya terus tertuju padaku.
Tidak lama kemudian, seorang pelayan datang dengan membawa sepotong cake dan segelas kopi dingin.
"Apa itu bisa membayar kekacauan yang ada?" Tanyanya kali ini.
"Tidak. Aku sama sekali tidak butuh belas kasihmu hanya karena aku tidak makan, aku akan membayar ganti rugiku hari ini juga."
Aku membuka isi dompetku dan mengeluarkan lima lembar seratus dollar.
"Ganti rugi tidak semuanya berupa uang, aku hanya ingin kita menjalin sebuah kesepakatan."
Aku mengerutkan dahiku, menatapinya dengan seribu tanda tanya besar. Apa yang sedang ia rencanakan? Perasaanku benar-benar tidak enak.
"Kesepakatan?"
Dia diam sejenak, ku rasa ia sedang memikirkan sesuatu atau memang sengaja untuk membuatku penasaran.
"Kau harus ikut denganku. Malam ini."
"Apa?"
Dia tersenyum miring kemudian mamajukan badannya dan menaruh satu tangannya diatas meja lalu mencondongkan tubuhnya menghadapku.
"Kita akan berkencan, nona Anderson." Katanya.
Aku memutarkan bola mataku malas, aku sedang tidak ingin diajak bercanda atau dirayu, dengan gerakan malas aku mendorong kepalanya mundur dari hadapanku dan menghelakan nafas berat.
"Dengar, aku sedang tidak ingin main-main, jika memang kau ingin ganti rugi, aku akan membayarmu atau mungkin aku bisa membawa mobilmu kebengkel."
Dia hanya tersenyum, mengabaikan perkataanku yang baginya adalah angin lalu.
Aku meliriknya sekilas, menatapnya dari balik bulu mataku, dia sedang memainkan ponselnya dengan wajah yang begitu memuakkan, tapi harus ku akui walau dia benar-benar menjengkelkan akan tetapi dari segi wajah, tidaklah buruk. Dia tampan.
Mengalihkan pandanganku darinya, aku memilih untuk menatap keluar jendela, tidak ada niatan sama sekali untuk menyantap cake yang dia berikan dan aku hanya mengambil segelas kopi dingin yang ia berikan untukku.
Tidak lama kemudian, aku melihat dua pria berjas hitam tengah berjalan masuk kedalam kedai. Si brengsek ini mengundang anak buahnya lagi?
"Kau—"
"Bawa dia." Belum sempat aku melanjutkan perkataanku, pria itu sudah menyela ucapanku terlebih dahulu dan kedua anak buahnya langsung bergerak sangat gesit untuk menangkapku.
YOU ARE READING
I'm Yours Mr.Nelson
Romance#8 In Romance Dalvin Nelson. Pria tampan, angkuh, dan sombong ini memiliki ribuan kapal pesiar terbaik di seluruh dunia. Hidupnya dipenuhi dengan tumpukan uang, namun kebahagiaannya belum bisa dikatakan sempurna karena belum ada tambatan hati yang m...