°CLAIRE°

129K 7.4K 51
                                    

Jet kami tiba tepat di bandara Internasional Prancis.

Setibanya kami di bandara, Dalvin menyuruhku untuk mengenakan kaca mata hitam dan mantel beludru berwarna silver sebelum kami keluar dari dalam jet pribadi miliknya.

"Untuk apa mengenakan semua ini?" Tanyaku penasaran.

"Banyak kamera yang akan menyorot wajahmu." Ujarnya sambil merangkul pinggangku dan mengajakku untuk segera keluar dari dalam jet.

Aku melirik memperhatikan setiap sudut bandara dan tampaknya terlihat sepi. Dia membohongiku?

Kami dikawal oleh kedua bodyguard nya yang selalu mengikuti kami kemanapun kami pergi.

Mungkin seorang paparazi yang sedang memata-matai kami, mengingat Dalvin adalah orang penting dan pasti wartawan sedang bersembunyi untuk menyorot aktivitasnya diberbagai Negara sebagai bahan berita. Apalagi mengenai berita panas tentang "Dalvin Nelson sedang berlibur di Prancis bersama seorang wanita, sebut saja si X." Pasti sudah bertebaran dimana-mana.

"Dalvin, bisakah kau pelankan sedikit langkahmu? Aku tidak bisa menyeimbangi mu." Ujar ku berbisik ke arah telinganya.

"Kita harus cepat."

"Tidak akan ada yang menyorot kita. Kau yang berlebihan."

Dalvin menghentikan langkahnya. Aku tahu! Dia kesal dengan diriku yang cerewet. Hingga tidak ku sangka-sangka dia langsung menggendongku untuk membawaku masuk ke dalam mobil.

"Aku sudah berpengalaman dengan kamera tersembunyi dan jangan heran apabila besok wajahmu yang jelek itu terpampang jelas dibalik TV dan koran."

What? Apa dia bilang? Aku jelek? Yang benar saja.

"Kau pikir, kau tampan hah?" Geriming ku kesal.

Aku mendengus mendengar ucapannya yang menyebalkan.

______

Kami masuk ke dalam mobil setelah adu drama di sepanjang bandara. Dia menyuruhku segera masuk kedalam mobil untuk bergegas pergi meninggalkan bandara dan menikmati pemandangan indah di Negara Prancis.

Selama perjalanan menuju ke penginapan, tidak ada di antara kami yang saling membuka pembicaraan. Aku pun sama sekali tidak berminat untuk mengajaknya berbicara, karena aku sudah menebak dengan jelas kalau akhir dari perbincangan kami akan menimbulkan ada mulut yang menjengkelkan.

Aku menatap keluar jendela, menyaksikan deretan gedung pencakar langit dan beberapa kedai yang di penuhi oleh beberapa orang yang berlalu lalang. Mungkin karena ini sudah sore, jadi banyak para pekerja yang sudah pulang dan memilih untuk nongkrong sejenak di beberapa toko yang menjual makanan atau minuman manis sebagai penghilang penat.

Selama perjalanan menuju hotel, aku tidak banyak bertanya dan berkomentar padanya, namun aku sedikit merasa ada sesuatu yang mengganjal di dalam pikiranku. Namun, apa itu?

Aku mencoba mengingat-ingat apakah ada salah satu barang ku yang tertinggal. Namun, sepertinya tidak ada. Aku mencoba berfikir lebih dalam lagi.

Apa? Apa? Apa? Astaga!

Mataku membelalak sempurna, bagaimana bisa kami lupa!

"Dalvin hentikan mobilmu!" Aku menjerit sambil menahan lengan Dalvin, pria itu menoleh kearahku dengan tatapan tidak suka.

"Ada apa? Jangan menggangguku!"

"Hentikan mobilmu, kita meninggalkan sesuatu yang penting."

Dalvin sempat mengerutkan dahinya karena heran dengan perkataan ku yang terdengar heboh dan dia langsung menepikan mobilnya menuruti permintaanku. Dengan sekali tarikan nafas aku langsung mengatakan, "Christian. Kita meninggalkannya."

I'm Yours Mr.NelsonWhere stories live. Discover now