"Cinta Rumana" berganti judul menjadi "RUMANA"
***
Rumana Ali Burhan yang terluka karena pengkhianatan mantan kekasih, akhirnya bersedia dijodohkan dengan sahabat sendiri, Ghani Firmansyah. Rumana yakin rumah tangganya bisa bahagia meski tanpa cinta...
Ghani mengangguk lalu tersenyum. "Kita liat sunrise."
"Wah, romantis sekali! Ayo, ayo!" Rumana yang bersemangat segera turun dari mobil disusul suaminya yang tertawa melihat tingkah Rumana.
Mereka menatap ke arah matahari terbit. Bias cahaya sudah mulai menghiasi langit pagi. Angin dingin membelai lembut wajah mereka. Suara ombak meneduhkan siapa pun yang mendengarnya. Ghani berdiri di belakang Rumana, mendekap, dan meletakkan dagunya di pundak sang istri. Pelukan Ghani menghantarkan kehangatan serta rasa nyaman bagi Rumana. Tidak hanya raga, tetapi rasanya menyentuh hingga ke dasar jiwa.
"Oh, itu! Sinar mataharinya udah muncul." Rumana berusaha menguasai dirinya yang mulai terlena pada perlakuan Ghani.
Ghani menuntun Rumana untuk membentangkan kedua tangannya. Telapak tangan Rumana menghadap ke atas, di bawahnya ada telapak tangan Ghani. Rumana menoleh ke samping kanan dan menemukan mata Ghani. Rumana tersenyum sementara Ghani mengecup kening istrinya.
Kaki Rumana lemas. Mungkin dia akan terjatuh jika saat ini Ghani tidak menahan tubuhnya. Ciuman itu menggetarkan Rumana hingga sekujur tubuhnya. Dia kembali menatap ke depan, menyambut sinar mentari.
Ghani mendekatkan bibirnya di telinga kanan Rumana kemudian berbisik, "Close your eyes, Rum. Feels good, right? It's warm."
Rasa dingin sudah tak lagi dirasa oleh Rumana, berganti dengan kehangatan yang mengisi jiwa. Suara debur ombak memberikan rasa damai bagi hati yang terluka. Terpaan angin bukan lagi dingin, tetapi sejuk untuk dihirup. Rumana juga mendengar suara tawa bahagia anak-anak yang bermain di tepi pantai. Hatinya tercelis, ingin rasanya dia memiliki anak-anak yang bisa diajaknya bermain ke pantai.
Tak hanya Ghani dan Rumana, ada pengunjung lain yang menikmati matahari terbit di pantai ini. Beberapa dari mereka datang bersama anak-anak. Sebagian orang tidak peduli dengan yang dilakukan Rumana dan Ghani. Sebagian lagi menatap, mata mereka seolah berkata, 'Jack and Rose? Titanic, ya?'. Begitulah kira-kira yang dipikirkan orang-orang saat melihat posisi Rumana dan Ghani. Namun Ghani membalas tatapan orang-orang yang berspekulasi, lewat tatapan matanya yang berarti, 'bukan, ini pose yoga'.
Rumana berbalik badan untuk menatap Ghani, bibirnya menyunggingkan senyum. "Terima kasih udah bawa Rum ke tempat ini. Rasanya jauh lebih baik," aku Rumana, diakhiri dengan tawa kecil.
"I wanna make you happy as my wife.It's breaking my heart to see you cry," ungkap Ghani, dengan suara serak.
Rumana menenggelamkan wajahnya di lekukan leher Ghani. "Laper, Kak," rengeknya.
Ghani tertawa mendengar ungkapan jujur Rumana. "Oke, kita cari restoran."
"Ya, ya! Ayolah buruan, laper banget ini." Rumana melepaskan pelukannya lalu berjalan mendahului Ghani.
Ghani tersenyum dan mengacak rambutnya sendiri. "Kalau makan aja, cepet," gumamnya, tanpa didengar Rumana yang sudah berjalan jauh.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.